46

33.3K 1.3K 18
                                    


Haihai!!

HAPPY READING ~

Dengan penuh dendam, Meyln pun langsung menggenggam tangan putri kuat. "Gue akan bawa Lo di hadapan mereka semua" ucapnya lalu melangkah meninggalkan toilet tersebut.

Saat membuka pintu, mereka berdua sontak terkejut. Mengapa tidak. Di hadapan mereka sekarang telah berdiri ketiga sahabat Zea beserta Rafael dan teman-temannya. Kecuali Gibrant.

"Rafael" ucap putri.

"Rafael pasti kesini mau nyari aku kan? Rafael tolongin aku, aku diancem sama Meyln" lanjutnya dengan wajah yang dibuat sedih.

Rafael yang tengah menahan amarahnya pun langsung berjalan mendekati putri lalu memegang kuat lengan perempuan itu.

"Ikut" desisnya. Ia pun kembali berjalan meninggalkan toilet dan disusul oleh mereka semua.

Selama perjalanan Putri tersenyum penuh kemenangan. Ia mengira bahwa Rafael kembali berpihak padanya.

"Untung aja ada Rafael, jadi gue bisa bebas dari Meyln"

Setelah beberapa menit, Rafael pun memberhentikan langkahnya yang membuat mereka semua juga ikut berhenti.

Mereka berhenti di gudang lama yang berada dibelakang toilet sekolah.

"Lho, kok kita kesini?" Tanya putri bingung.

"Heh menurut Lo Rafael mau bawa Lo kemana? Pelaminan? Yakali!" Sarkas Reina yang sedari tadi menahan emosinya.

"Justru kita bawa Lo kesini buat ngasih pelajaran sama Lo!" Lanjut Vania. Sementara putri masih belum faham keadaan.

Rafael menggerakkan matanya pada Azka dan Garry seolah memberikan sebuah kode. Mereka berdua pun mengangguk paham.

Azka dan Garry lalu menyeret putri dan mendudukkannya diatas kursi kemudian mengikatnya dengan tali.

"Kalian mau ngapain bangsat?!" Teriak putri dengan terkejut.

"Berisik banget lo!"

Ia mengeliat kesana-kemari berusaha melepaskan tali tersebut. "Lepasin gue!"

"Coba aja sendiri"

"R-rafael tolongin aku. Aku gak tau salah aku apa sama mereka" ucapnya pada Rafael berharap ia membebaskannya.

Rafael melangkahkan kakinya hingga berhenti tepat dihadapan putri. Ia pun kemudian berjongkok dihadapannya.

"Nolongin Lo?" Putri mengangguk cepat.

"Setelah apa yang lo perbuat selama ini, Lo masih berani nyuruh gue buat nolongin Lo?"

Putri terdiam. "Maksud kamu apa?"

Rafael menghela nafasnya kasar. Ia benci sikap basa-basi yang membuat waktunya terbuang sia-sia.

Ia pun lalu kembali berdiri. "Tunjukin videonya!"

Meyln maju kemudian memutar sebuah video di ponsel miliknya.

Putri sontak membelalakkan matanya saat melihat video tersebut yang berisi bukti dimana ia dengan sengaja menabrak Zea waktu itu.

"Jadi?"

Ia menoleh ke arah Rafael yang kembali mendekatinya. Aura dalam gudang seakan perlahan mulai mencekam.

"I-itu bukan aku Rafael, jangan percaya! Itu pasti editan! ya! Pasti mereka sengaja ngedit pake muka aku!"

"Mana mungkin aku yang nabrak-- akhhhhh!!"

Monolognya terhenti saat Rafael tiba-tiba menarik kebelakang rambut milik putri dengan kuat.

"Kenapa lo nabrak Zea?" Desis Rafael yang membuat putri mulai merasa ketakutan.

"JAWAB!" Tangan Rafael naik menggenggam kuat dagu putri.

"Maafin aku hiks.."

"Gue gak butuh maaf, yang gue butuh itu PENJELASAN!!" Ucap Rafael meninggikan suaranya.

"Apa semua ini belum cukup bagi Lo? Gue rasa Lo udah ngerebut semuanya dari Zea. Lo juga udah buat satu sekolah jadi benci sama Zea!"

"Lo, lo bahkan sampai rela gunain kekuasaan keluarga Lo buat misahin gue dari Zea! Dan sekarang apa?!"

"Apa semua itu belum cukup buat Lo sampai lo rela NABRAK ZEA?!!" emosinya kini meledak.

Butiran keringat mulai berjatuhan dari kening gadis itu. Sekarang ia benar-benar merasa takut pada Rafael.

Suasana creepy itu tiba-tiba terhenti saat seseorang memasuki gudang tersebut yang membuat semua menoleh kearahnya.

"G-gue baru aja di telfon mommy. Katanya kita harus cepet-cepet ke rumah sakit sekarang" jelas Gibrant. Ya ia adalah Gibrant.

"Zea kenapa?"

Rafael yang masih tersulut amarah menatap putri dan Gibrant secara bergantian. Ia masih ingin memberi pelajaran pada gadis itu namun disisi lain ia juga penasaran dengan kondisi Zea saat ini.

"CK!" Decaknya.

"Kali ini lo selamat. Tapi lo harus inget, kalo sampai terjadi sesuatu ke Zea apapun itu gue gak bakal biarin lo lolos" ancam Rafael dengan nada rendah.

Ia menendang kaki putri kemudian menendang kursi yang gadis itu duduki yang membuat putri terjungkal bersama kursi tersebut.

Putri mengerang kuat. Ia mulai menangis, tendangan Rafael sangat kuat hingga membuatnya benar-benar kesakitan.

Sedangkan Rafael segera pergi dan meninggalkan gudang.

Gifran juga ingin menyusul, namun putri menghentikan langkahnya dengan menahan kedua kakinya.

"T-tolongin gue plis"

Ia melihat tatapan memohon dari gadis itu, tetapi gifran hanya menatapnya datar.

"Ini belum seberapa dibanding nyawa adek gue di rumah sakit" tuturnya kemudian pergi.

Putri kembali tersiak. Ia merasakan sakit di seluruh bagian tubuhnya.

"Heh!" Tungkas Reina.

"Karena Rafael udah pergi, sekarang giliran gue yang ngasih Lo pelajaran" Reina mulai menggulung lengan seragamnya lalu berjalan kearah gadis tersebut.

Namun ia terpaksa berhenti saat Clara dan Vania menahan kedua lengannya. "Lepasin! Gue udah dari tadi nahan pengen banget bonyokin muka dia!"

"Itu nanti Rei, sekarang kita harus nyusul dulu ke rumah sakit buat ngeliat kondisi Zea" tutur Clara.

Reina tampak berpikir sejenak.

"Ck! Awas Lo yah!" Sarkasnya sembari menghentakkan kakinya dan pergi.

"Gimana? Sakit gak?" Vania tersenyum meremehkan.

"Tadinya sih gue kepikiran buat fotoin lo terus dijadiin stiker, cuma gimana ya," Akhirnya ia pun berjalan dan dengan sengaja menginjak salah satu kaki putri.

"AKHHHH!"

"Upss, sorry keinjek hahaha!" Dengan tertawa mengejek, ia berlalu begitu saja.

Clara yang melihat hal itu hanya menggelengkan kepalanya pelan. Namun ia juga suka dengan perlakuan Vania baru saja.

"Urus dia" ucap Clara pada Arga dan Meyln yang diangguki mereka berdua.



















1 part lagi hehe

Gimana?

See U Next Part ♡

Transmigrasi Viola [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang