42

36.5K 2K 46
                                    


Haihai!

HAPPY READING ~

Hampir seminggu setelah kejadian dimana Rafael menyatakan perasaannya pada Zea. Saat itu juga hubungan mereka semakin terbuka.

Bukan hanya para siswa-siswi saja yang mengetahui bahwa Zea adalah kekasih dari Rafael bahkan para guru sekali pun mengetahui hal itu.

Hubungan mereka berdua bisa dibilang mulus-mulus saja tanpa adanya si pengacau didalamnya. Meski begitu, Zea masih malu-malu kucing saat bersama dengan Rafael.

Seperti saat ini. Rafael pulang bersama dengan Zea. Kali ini Rafael mengendarai mobil miliknya.

Perjalanan mereka hanya diisi dengan Rafael yang terus-menerus bercerita tentang masa kecil mereka berdua. Sementara Zea hanya tersenyum sembari mendengarkannya.

Sampai beberapa saat kemudian Rafael pun memberhentikan mobilnya didepan sebuah minimarket.

"Kok kita kesini Fael?" Tanya Zea kebingungan.

"Tadi anak-anak nitip cemilan" jelasnya yang diangguki oleh Zea.

"Ayo masuk" Rafael menggenggam tangan Zea kemudian mereka berdua pun berjalan memasuki minimarket tersebut.

Sekarang mereka tiba ditempat dimana makanan ringan berada. Rafael sibuk mencari beberapa makanan ringan untuk teman-temannya dengan dibantu oleh Zea.

Setelah dirasa cukup, mereka pun berjalan menuju kasir untuk membayar.

"Lo tungguin gue di mobil aja, ini biar gue yang bawa" ucap Rafael pada Zea.

"Zea mau nungguin Fael disini aja"

Rafael pun menggeleng pelan.
"Enggak Zea, Lo lebih baik nungguin gue di mobil. Lagian ini bentar lagi kok"

"Oke?" Terdengar helaan nafas dari Zea. Dengan terpaksa iapun menganggukkan kepalanya. "Iya Fael"

"Anak pintar" Rafael mengelus lembut rambut milik Zea.

"Udah sana" Zea pun mulai berjalan meninggalkan Rafael dan keluar dari minimarket tersebut.

><><><

"Halo bos, sekarang mereka berdua ada di salah satu minimarket"

"Kirimin alamatnya"

"Baik bos, kami akan segera mengirimkannya"

Panggilan pun ditutup oleh sepihak.

Sementara diseberang sana terlihat seorang perempuan yang sedang duduk di dalam mobil. Ia menatap kearah ponsel miliknya sembari tersenyum licik.

Anak buahnya baru saja mengirimkan lokasi dimana mangsanya saat ini berada.

"Lo sekarang gak akan bisa kabur dari gue"

"Zea,"

Ia pun mulai menjalankan mobilnya kemudian berlalu menuju alamat tersebut.

Sesampainya di sana, perempuan itu pun turun dari mobil lalu menghampiri tempat dimana anak buahnya berada .

"Dimana mereka?"

"Mereka belum keluar bos, mungkin sebentar lagi" ia pun mengangguk paham.

Beberapa saat kemudian, terlihat seorang gadis yang berjalan keluar dari minimarket.

"Bos itu dia!"

Ia mengarahkan pandangannya kearah yang ditunjukkan. Sebuah senyuman licik terbit dari bibir perempuan itu.

Ia melihat gadis itu. Tidak. Lebih tepatnya ia melihat Zea yang berjalan menuju parkiran.

Tiba-tiba saja sebuah ide cemerlang terlintas di pikiran perempuan tersebut.

"Kalian pergi dari sini. Sekarang biarin gue yang ngelakuin tugas ini" ucapnya kemudian dengan segera kembali memasuki mobil miliknya.

"Gara-gara Lo, apa yang seharusnya gue dapetin itu gak terjadi. Gara-gara Lo, semua rencana yang udah gue susun jadi hancur berantakan" monolog perempuan itu.

"Lo udah ngerebut kasih sayang semua orang dari gue. Lo udah ngerebut kebahagiaan gue. Dan Lo udah ngerebut Rafael dari gue! Lo pantes mati Zea! Lo pantes mati!" Ia mencengkram kuat setir mobil tersebut.

Ia kemudian menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi dan mengarahkannya pada Zea yang tengah menyeberang.

Dengan dipenuhi rasa kebencian, ia pun menabrak Zea dari samping.

Brukk..

"AKHHH!"

Tubuh Zea sontak terpental kuat di aspal membuat Perempuan tersebut pun tersenyum puas padanya.

"Lo emang pantes dapetin ini Zea" ucapnya kemudian berlalu pergi.

Zea merasakan seluruh tubuhnya saat ini sudah remuk. Bahkan membuka mata saja ia sudah tidak kuat. Sekarang Zea hanya menanti pertolongan.

Dengan perlahan, Zea pun kehilangan kesadaran.

......

"Totalnya semua 250 ribu" Rafael mengangguk kemudian ia mengeluarkan dompetnya lalu memberikan uang tersebut.

Setelah selesai, Rafael pun berjalan keluar menuju parkiran.

Namun mata Rafael tak sengaja menatap kearah jalanan di mana ada banyak orang yang berkerumun disana.

"Pak, ada apa disana?" Tanya Rafael pada salah satu warga.

"Aduh dek, disana baru aja ada seorang siswi yang ditabrak lari"

Deg.

Rafael terdiam sejenak ditempatnya.

Seorang siswi? Di tabrak?

Ia menggeleng cepat menghindari pikiran buruknya itu. Rafael pun berlari dan menyelusup masuk kearah kerumunan tersebut.

Seketika belanjaan yang ia pegang pun terlepas dari genggamannya.

Ia menatap gadis malang tak berdaya itu yang dipenuhi dengan banyak darah.

"ZEAAA!"

Rafael berjongkok kemudian memindahkan kepala Zea di pangkuannya.

"Zea bangun! Zea!" Ia menepuk pelan pipi gadis tersebut. Rafael tak bisa menahan air matanya melihat kondisi Zea saat ini.

"Tenang dek, ambulans akan segera tiba. Apa dia keluarga mu?"

"Iya pak"

Beberapa saat kemudian ambulans pun tiba ditempat kejadian. Zea segera diangkat dan dimasukkan ke dalam mobil tersebut bersama dengan Rafael.

Diperjalanan, Rafael tak henti-hentinya merintihkan air matanya menatap kondisi malang Zea. Ia terus menggenggam erat tangan Zea.

"Maafin gue Zea, gue udah lalai jagain Lo"







Ayo hujat orang yang nabrak Zea!

Btw author lagi adain Q&A  tentang transmigrasi Viola.

Jadi kalian bisa mampir buat nanyain hal yg kalian ingin tanyakan oke?

Cek : @Sechillll_

Ini sekarang yah.. jadi jngn sampai ketinggalan 🤩

SEE U NEXT PART 😽🫶

Transmigrasi Viola [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang