Haihai!♡HAPPY READING ~
Keluarga Wijaya kini tengah berkumpul diruang keluarga sembari menyaksikan acara yang ditayangkan di televisi.
"Emm, Daddy, kapan Zea bisa kembali ke sekolah?" Tanya Zea ragu memecah keheningan.
Rion menoleh kearahnya. "Apa Zea sudah merindukan sekolah?" ia tersenyum sembari mengelus lembut rambut milik putrinya.
Zea pun mengangguk antusias, wajahnya bersinar penuh harap. "Iya daddy. Zea rindu sekolah dan teman-teman Zea."
Namun Alice menyela pembicaraan tersebut. "Tapi Zea masih perlu banyak istirahat sayang. Kamu dengar kan kata dokternya tadi?" Jelasnya dengan lembut.
"Zea udah sehat kok mommy. lihat, sekarang Zea baik-baik saja kan?" sahutnya.
"Halah, bilang aja Lo mau caper lagi, atau enggak, Lo mau ngebully putri lagi" ucap Gibrant menyela dengan nada menyindir.
Rion yang mendengarnya sontak menegur Gibrant dengan suara serius. "Gibrant! Jaga perkataanmu, dia itu adikmu."
Namun Gibrant mendelik. Ia menatap Zea dengan tatapan tak suka yang membuat gadis itu menunduk ketakutan.
"M-mommy, Daddy, Zea udah mulai ngantuk. Zea udah boleh tidur gak?"
Alice menoleh. Ia paham perasaan putrinya saat ini. "Yaudah, tidur yang nyenyak ya sayang," sembari mengelus lembut kepala Zea.
Zea mengangguk mencoba tersenyum. Sebelum pergi, ia sempat mencuri-curi pandang ke arah kedua abangnya, namun mereka hanya menatapnya dengan ekspresi datar.
Ia menghela nafas pelan. Akhirnya gadis itu pun melangkah pergi menuju kamarnya.
"Mommy gak pernah ya ngajarin kalian berdua buat ngomong kasar kayak tadi. Apalagi itu adalah adik kalian sendiri. Mau se-enggak suka apapun kalian ke Zea, kalian harus tetap ingat bahwa Zea itu adalah adik kalian. Terima ataupun enggak." tegur Alice dengan meninggikan sedikit suaranya.
Setelah mengucapkan itu, ia kemudian berdiri lalu berjalan menuju kamarnya.
Kini hanya tinggal mereka bertiga di ruang tamu. Twins G menatap Rion, berharap ia membelanya.
Namun sang daddy tak merespon apapun. Ia menghela nafasnya lalu memilih untuk menyusul Alice, istrinya.
Melihat itu membuat Gibrant berdecak kesal. "Ck!"
Sementara itu, di dalam kamarnya Zea menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Ia tenggelam dalam pikiran yang terus menghantuinya. Lebih tepatnya ia memikirkan kedua abangnya.
Apakah mereka sebegitu membenci Zea hingga tak mempercayai bahwa ia kehilangan ingatannya?
Zea menghela napasnya panjang, mencoba menyingkirkan semua hal itu.
"Gapapa Zea. Mungkin bang Gibrant dan bang Gifran butuh sedikit waktu untuk percaya padamu." ucapnya lembut, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
Setelahnya, Zea pun memejamkan matanya perlahan-lahan membiarkan dirinya terbawa dalam alam mimpi.
ლლ
Dengan perlahan Zea membuka matanya. Ia kemudian melirik kearah jam kecil yang berada di samping tempat tidurnya.
Waktu menunjukkan pukul 05:08 pagi, sebuah waktu yang masih terlalu dini bagi kebanyakan orang.
Namun tidak dengan dirinya. Pagi ini, Zea memiliki rencana untuk membantu menyiapkan sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Viola [REVISI]
Fiksi RemajaBagaimana jika seorang gadis nerd dan sering dijadikan bahan bully di sekolahnya bertransmigrasi ke tubuh gadis antagonis yang berperilaku buruk? Hal itu terjadi pada Viola Qania Raquel yang meninggal akibat kecelakaan dan berakhir ditubuh seorang g...