04 - Di jam 16:30

53 3 3
                                    

Matahari mulai terbenam meninggalkan jejak berwana jingga yang begitu indahnya. Menenggelamkan sejuta kerinduan pada gadis malang itu. Kerinduan dimana ia mengharapkan pelukan hangat dari seorang yang ia sebut malaikat tanpa sayap.

"Mah...Eksha datang jenguk mama. Maaf Eksha lama tidak berkunjung. Eksha kangen mama tauk. Mama tau sekarang Eksha sudah kelas tiga, iyah sebentar lagi Eksha lulus, mah. Eksha makan dengan teratur kok, begitu juga dengan jam tidur Eksha." tutur nya mencoba tegar.

Hari semakin gelap dimana angin berhembus dingin menusuk kulit. Bunga Kamboja bewarna putih itu berjatuhan menghujani dua remaja dikala itu. suasananya pun begitu hening hanya terdengar suara tangisan, Eksha.

"Sha...pulang yu, besok-besok kita kesini lagi !" kata Abi dengan memegang pundak gadis yang sedang menangis itu. "Abi janji kapanpun Eksha pengen kesini Abi siap nganter Eksha kapan pun itu!" imbuhnya.

Abi tidak tahu harus berbuat apa. Ia tidak sanggup melihat sahabat itu menangis. Andai takdir bisa dirubah, Abi sangat ingin bertukar takdir dengan sahabatnya itu.

Tak lama akhirnya Eksha mengiyakan ajakan, Abi. Sebelum ia hendak pergi tak lupa ia menaruh setangkai bunga mawar putih di batu nisan yang terukir nama Nadhira Aruna deepa.

Bunga mawar putih. Selain bermakna cinta yang abadi, mawar putih juga memiliki makna tersembunyi, yaitu ; sebagai penghormatan terakhir untuk seseorang yang telah tiada.

"Sha, mau makan dulu ngga? dari tadi belum makan apa-apa, loh.." tuturnya, dengan membantu Eksha memasangkan hlem Bogo.

"Terserah sih bi, tapi jujur gue males banget buat makan. Tapi kalo semisal lo-"

"HUUUUUSTTT..!!!" dengan kekuatan super Abi menutup bibir gadis itu dengan jari kelingking miliknya. Emang aga beda ni orang.

"Udah, jangan banyak bicara! Lu harus makan sha, baru aja tadi lu janji sama ibu masa mau lu ingkari." sembari tancap gas sepeda motornya.

***
Disepanjang jalan melintasi luasnya ibu kota jakarta dengan lampu-lampu menyala terang menderangi jalan di setiap jalan raya.

"Mau makan lele ngga, sha?" goda Abi disaat melintasi jajaran pedagang kaki lima.

"ih ga mau Bi!" tolak Eksha dengan memberikan cubitan kecil di pinggang sahabatnya itu.

Abi pun menahan tawa dibuatnya, sebab sedari awal ia memang tahu jika sahabatnya sangat tidak suka dengan hewan berkumis itu. Apa lagi sampai memakannya. Kata orang lele itu enak. Namun, bagi Eksha dengan melihatnya saja rasanya ingin muntah. Abi hanya sedikit menggodanya saja, suapaya gadis itu terlihat kesal dari pada ia harus melihatnya termurung dalam kesedihan.

"Lalu mau makan apa tuan puteri, hem?"

Eksha hanya diam tak menjawab. Ia membaca dengan sekilas menu-menu yang tertulis besar di spanduk pedagang kaki lima yang ia lewati.

"Sha...Ayam goreng, mau?"

"Ngga"

"Gado-gado?"

"Ngga"

"Sate?"

"Ngga"

The Queen LosesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang