Bab 1. Mama pilih kasih.

3.6K 51 0
                                    

Bayangkan jika dirimu menjadi anak yang dibedakan di antara saudaramu yang lain, bagaimana perasaanmu? Perbedaan yang sangat jelas terlihat namun tidak disadari oleh orang tua, saat kau meminta uang, saat kau disuruh ini itu, dan saat kamu bicara.

Ranizi Liszila atau panggil saja Ran. Dia adalah anak kedua dari keluarga sederhana yang masih lengkap, ada mama, papa,  juga satu orang kakak bernama Pasya Ina, dan adik laki-laki yang masih SMP bernama Aditya Karna, Ran adalah anak tengah di antara saudaranya.

Mereka bersaudara namun Pasya tidak menyukai Ran, adiknya sendiri. Kenapa? Alasannya karena di sekolah Ran dikenal sebagai Pick me girl yang sangat dibenci di sekolah. Pasya malu memiliki adik seperti itu. Mereka satu kampus hanya beda angkatan dan jurusan saja.

“Ih Kakak pakai parfum berapa banyak sih? Mandi parfum, ya? Menyengat banget wanginya, kaya aku dong dikit aja jadi orang-orang enggak bakal terganggu.”

Lihat kan? Ran selalu merasa kalau dirinya berbeda dengan gadis atau wanita mana pun. Hal itulah yang membuat orang-orang jijik dengannya termasuk Pasya si kakak.

“Sana kau! Engga usah pedulikan urusanku.”

“Hmm ya sudah sih enggak usah marah-marah, sebagai adik yang baik aku hanya memberikan saran.”

Ran pergi keluar dari kamar Pasya, dia lihat di ruang tamu ada Guren, pacarnya si Pasya.

Guren adalah anak hakim yang namanya harum di kota. Papanya ingin Guren menjadi hakim besar seperti dirinya juga, tapi Guren tidak minat, malahan pria itu jago di bidang Cyber security. Dia sudah bekerja di perusahaan milik kakeknya sebagai IT.

“Eh ada Kak Guren, halo Kak.” Ran duduk di samping mamanya berhadapan dengan Guren. Tersenyum manis menyapa Guren. Bukannya genit, tapi ini adalah calon kakak iparnya, apa salah bersikap ramah?

Guren sebenarnya menjadi salah satu orang yang tidak menyukai Ran, tapi di hadapan orang tua Ran dia bersikap ala kadarnya saja, tidak menunjukkan kebencian ataupun sok akrab.

“Ran buatkan teh untuk Guren,” perintah Mama Salsa.

“Oh iya lupa, dari tadi Mama ngapain di sini, masa membiarkan Kak Guren berhadapan dengan meja kosong sih.”

Ran beranjak dari duduknya. “Tunggu ya Kak Guren,” kata Ran sebelum pergi.

Guren hanya tersenyum kikuk menanggapi.

Selagi Ran pergi membuat minum, Pasya pun datang sudah siap dengan penampilannya yang rapi.

“Aduh anak gadis mama yang paling cantik, makin terlihat cantik jika seperti ini,” puji Salsa.

Guren dan Pasya saling tatap-tatapan lalu kemudian Pasya menunduk malu. Guren tersenyum tipis melihat Pasya yang malu-malu begitu.

“Yuk ah pergi,” ajak Pasya.

“Pah, Mah, anaknya aku pinjam sebentar, ya.”

“Iya, jangan macam-macam. Pulang juga jangan terlalu larut.”

Kemudian mereka pergi, di sana ada Ran yang berdiri mematung di tempat dengan tangan yang memegang sebuah mapan. Dia menatap sedih orang-orang di sana, termasuk orang tua yang seperti tidak menganggap Ran ada.

Aditya baru keluar kamar, Ran yang hanya menatap orang-orang di dekat pintu sana membuatnya sedih, hanya bocah itu yang mengerti posisi Ran yang selalu merasa sendirian.

Dengan berani dia menyindir. “Kakakku sudah buat kan minum, hargai sedikit kenapa?” jerit Adit mencuri perhatian mereka.

“Adit! Huuus,” tegur Ran.

Terpaksa Merebut Calon Suami KakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang