Bab 21.

1.3K 29 3
                                    

Waktu Ran untuk mencari pekerjaan sudah habis, dua hari telah berlalu dan nanti malam dia akan kembali ke rumah sakit untuk menjaga Guren bergantian dengan Miztard.

Ran termenung sendiri menatap kosong suatu objek seperti kebiasaannya, pikiran Ran kusut memikirkan nasib dirinya sendiri. Nyatanya mencari pekerjaan sendiri tidak semudah bagi yang memiliki kenalan.

“Kak?”

Ran menoleh ketika suara Adit terdengar. “Sejak kapan kau di sini?” tanya Ran karena dia memang tidak menyadari kehadiran Adit.

“Kaka kebiasaan melamun, Kakak baik-baik saja?”

Ran tersenyum tipis, setidaknya masih ada orang yang peduli dengannya.

“Kau adik yang baik, terima kasih. Jadi, kenapa kau datang?”

“Memangnya tidak boleh?”

“Boleh sih.”

Lalu Adit menoleh ke arah pintu. “Masuklah, Wanti,” suruh Adit.

Sosok gadis yang mungkin seumuran Adit pun keluar dengan kepala yang tertunduk malu, dia duduk di samping Adit namun tidak berani menatap Ran.

“Eh, kau membawa pacar, ya?” Ran menggoda Adit dengan menaik-turunkan alis.

“Bu-bukan,” sanggah wanti akhirnya menegakkan kepala lurus menatap Ran, seketika Wanti terpesona dengan sosok cantik yang ia lihat.

Cantik banget.

Adit seakan tahu apa yang dipikirkan Wanti, terlukis senyum bangga di bibirnya. “Cantik, kan?”

“Iya,” jawab Wanti spontan.

Ran terkekeh pelan. “Terima kasih, jadi Wanti ini temannya Adit ya?”

“Kami sekolah di tempat yang sama, Adit seniorku, Kak.” Mata Wanti terus tertuju pada Ran, karena sangat cantik Wanti jadi ingin terus melihat Ran.

Lalu Adit berdehem sebelum memulai pembicaraan yang serius. “Wanti adalah sepupunya bang Arif.”

Wanti pun kembali menundukkan kepala, dia sudah mendapat cerita dari Adit bahwa sepupunya menyimpan video yang menunjukkan transaksi di antara papa Ran dan juga pamannya Wanti.

“Maaf,” cicit Gadis itu.

Ran menilik Adit dengan tatapan yang terlihat jelas tengah kecewa, Adit paham itu, kemudian Adit berujar kembali agar Ran mengerti tujuan Adit.

“Maaf, Kak. Aku ingat kau tidak memperbolehkanku untuk membeber soal ini, tapi jika rahasia itu terus disimpan juga tidak akan membuahkan apapun. Wanti bisa membantu kita, aku dan dia berencana menghapus bukti itu.”

Biarpun Adit bermaksud baik tetap saja Ran kecewa padanya, Ran beranjak dari duduknya tidak mengatakan apapun lagi.

“Kakakmu marah, Dit?”

Adit merenungi kepergian Ran, dia tahu telah mengkhianati kepercayaan Ran tapi Adit tidak bisa diam saja membiarkan Ran terjebak ke dalam pernikahan yang tidak diinginkan.

“Tidak apa-apa, Wan, kita tetap jalankan rencana kita tanpa kak Ran.”

Aku tidak mau kakak dipukul lagi dengan si Guren setan itu. Maaf kak, untuk sekarang tidak apa-apa kau kecewa padaku tapi kelak kau akan bangga mempercayakan rahasiamu padaku.

~~~

Sedangkan di rumah sakit, Miztard dan Guren tidak banyak berkomunikasi seperti sebelumnya, entah sejak kapan hubungan mereka canggung.

“Kau banyak mengabaikanku, Ren. Aku punya salah apa padamu?” tanya Miztard, dia juga tidak mengerti kenapa Guren tidak suka keberadaannya.

“....”

“Apa otakmu miring karena kecelakaan? Sejak sadar kau malah menganggap aku parasit.”

“Pergilah, aku bukan bayi yang harus dijaga 24 jam.” Guren semakin kesal saja mendengar ocehan Miztard yang bertanya apa kesalahannya.

Dengan lekat Miztard mengamati tingkah Guren, kemudian dia mendapat satu ide konyol untuk menggoda si sepupu. “Kau cemburu padaku, ya?”

“Hah! Apa hal yang membuatku cemburu padamu?” gertak Guren tidak terima akan tuduhan Miztard.

“Kenapa bertanya padaku? Kaulah yang tahu jawabannya …. Oh, apa karena aku dekat dengan Ran ya?”

“Ngomong apa kau sialan! Kau nikahi dia pun aku tidak peduli.”

Miztard menghela napas berat, biarpun tingkah Guren tidak jelas akhir-akhir ini tapi setidaknya ini komunikasi yang paling panjang selama dua hari Miztard bertugas menjaga Guren.

Sabar Miz, mungkin otak orang satu ini juga cedera makanya dia aneh seperti ini.

Miztard beranjak dari sofa, sebelum dia keluar dari pintu pria itu berkata, “Ini sudah waktunya, aku jemput Ran dulu.”

Setelah itu Miztard benar-benar hilang dari mata Guren.

“Kenapa dia yang repot-repot menjemput Ran?” Guren kesal, dia rasanya ingin menarik Miztard dan menggantung pria itu di gedung yang paling tinggi di kota.

Dua puluh menit kemudian Guren mendengar dua orang tengah berkomunikasi di depan pintu rawat inapnya, Guren pun menguping.

“Terima kasih sudah menjemputku, Kak Miztard. Sebenarnya Kakak tidak perlu merepotkan diri seperti itu, aku bisa sendiri.”

“Siapa yang repot? Aku senang bertemu denganmu, kita bisa jadi lebih dekat lagi jika sering bertemu, kau terlalu canggung padaku, Ran.”

Otak Guren panas mendengar obrolan yang seperti orang Pdkt itu, dari dalam di pun berteriak, “Apa kalian sedang bercinta di luar? Aku haus ambilkan aku minum!”

Ran dan Miztard diam sejenak setelah mendengar teguran Guren di dalam. “Aku masuk dulu ya, Kak. Sampai jumpa.”

“Iya, aku juga ada urusan lain.”

Ran pun masuk ke dalam, dia langsung bersitatap dengan pria yang tampak menyebalkan itu.

“Leherku pegal berbaring terus, pijitin cepat,” perintah Guren.

Ran terlebih dahulu meletakkan tasnya di atas meja, kemudian dia mendekati Guren dan duduk di tepi tempat tidur Guren. Guren memiringkan badan agar Ran bisa meraih tengkuk lehernya.

“Aku tidak pandai memijat, aku panggil suster saja, ya?” saran Ran, dia takut malas salah urat nanti.

“Tidak perlu, kau saja.”

Gagal sudah niat Ran untuk menghindar.

“Ah, kepalaku juga pusing, pijatkan.”

Semakin lama Guren malah minta ini itu sampai tangan Ran lelah hanya untuk memijatkan Guren.

“Aku capek,” keluh Ran.

Tentu saja Guren mendengar keluhan Ran, tapi bukan Guren namanya kalau dia tidak egois.

“Siapa yang menyuruhmu berhenti? Lanjutkan.”

Ran mengabaikan perintah Guren, dia pergi merebahkan diri di atas sofa dan setelahnya memejamkan mata.

Hal itu tidak luput dari pengawasan Guren, pria itu pun membiarkan Ran mengistirahatkan diri.

Dia terlihat begitu lelah, apa yang dia lakukan beberapa hari ini?

Kemudian Guren memalingkan pandangan dari Ran, pikirannya tertuju pada wanita lain sekarang.

Pasya tidak ada mengunjungiku, di mana dan sedang apa dia sekarang? Kalau dia mencintaiku seharusnya dia tidak membiarkan Ran yang merawatku.

Mata Guren kembali memperhatikan gadis yang tampak sudah nyenyak itu, bibirnya terangkat tipis selanjutnya dia memiringkan badan menghadap Ran.

Aku sudah kasar padamu, tapi kau masih mau baik denganku, sebegitu besar obsesimu padaku, Ran.

Di mata Guren, Ran, adalah sosok wanita yang obsesi padanya hingga tidak peduli bagaimanapun Guren memperlakukannya Ran akan tetap bertahan karena obsesi yang begitu besar.

Kalian tahu itu hanya pemikiran Guren sendiri, semuanya jauh dari kenyataan.

Aku tahu aku tampan, hahah.

Bersambung….

Terpaksa Merebut Calon Suami KakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang