Bab 6. Jangan sampai jatuh cinta.

1.1K 29 0
                                    

Setelah menempuh perjalanan singkat menuju kampus, akhirnya Guren dan Pasya sampai ke tujuan mereka. Pasya melepas helm memberikannya pada Guren.

“Sayang, kamu jangan sampai jatuh cinta dengan Ran, ya!” peringat Pasya dengan telunjuk lurus mengarah ke Guren, walaupun Guren mengatakan akan segera berpisah dengan Ran akan tetapi Pasya selalu takut akan timbul perasaan di kemudian hari.

Guren mengacak-acak rambut Pasya seperti pasangan yang tengah jahil. “Apa yang kau takutkan, Pasya? Tidak mungkin aku jatuh cinta dengan gadis caper seperti Ran.”

“Tapi Ran cantik.” Pasya menundukkan kepala dengan air mata yang sudah jatuh mengenai bumi.

“Dia tidak ada apa-apanya dibandingkan kamu, Pasya. Rupa bukan segalanya, secantik apa pun Ran jalang tetaplah jalang.” Guren menghapus air mata Pasya, kemudian dia menyuruh Pasya untuk pergi duluan ke kelasnya sendiri.

Guren terdiam di parkiran motor, dia menghela napas panjang memikirkan bagaimana caranya agar dia cepat lepas dari Ran sedangkan gadis yang berstatus istrinya itu katanya masih menyimpan video mereka di malam itu.

“Aku harus mencari dan menghapus video itu,” gumam Guren kemudian dia beranjak pergi ke kelas.

Kedatangan Guren mendapat sambutan meriah oleh teman kelasnya, bukannya senang Guren malah menahan malu hingga rasanya pria itu ingin bersembunyi ke dalam lubang.

“Cie nikah sama cewek caper nih ya.”

“Selamat Guren, kamu berhasil mendapatkan pick me girls cantik yang suka mencari perhatian.”

“Mana istrinya nih, Pak? Kok sendiri aja, pengantin baru itu harus mesra.”

Perkataan mereka tidak terdengar seperti pujian melainkan ejekan, bahkan mereka tertawa dan berbisik satu sama lain. Ran yang dinobatkan sebagai cewek pencari perhatian di kampus merupakan aib besar bagi Guren.

Dengan memasang wajah masam, Guren mencoba mengabaikan mereka dan terus melangkah menuju bangkunya.

Walaupun begitu mereka masih menggosip, terlebih lagi cewek-cewek di kelas yang sangat membenci Ran. Oh tidak, kalau soal membenci mungkin hampir seluruh cewek di kampus membenci Ran.

Alasan mereka membenci Ran adalah karena Ran Caper, namun ada alasan lain yang tidak mereka ungkapkan, Ran cantik, Ran pintar, siapa yang tak kenal Ran di kampus? Bahkan anak baru saja langsung mengenal Ran, sebut saja dia populer, itulah alasan tersembunyinya dari para cewek yang membenci Ran.

“Mampus kau, Guren,” batin Arif yang mengintip dari jendela. Ya inilah tujuan Arif, Guren akan dijadikan bahan lolucon untuk teman kelas karena menikahi ratu caper kampus.

Setelah itu Arif menghampiri Guren. “Hai Bro, pagi-pagi muka sudah masam, enggak di kasih jatah lu sama Ran?” tawanya.

“Diam! Ogah aku nyentuh dia,” jawab Guren ketus, moodnya pagi ini benar-benar buruk, bukannya menghibur, Arif malah ikut-ikutan menggoda Guren.

“Itu bukannya Ran, ya? Kok dia bareng Miztard?” Arif menunjuk sepasang manusia yang berada di parkiran, mereka bisa melihat Ran dan Miztard melalui jendela kelas dengan sangat jelas.

“Cih, seharusnya Miztard biarkan saja dia jalan kaki,” ujar Guren dengan mata yang menatap malas kedua orang di bawah sana.

“Engga boleh begitulah Ren, diakan istrimu bukan istrinya Miztard seharusnya kamu yang lebih perhatian, masa sih kamu biarkan sepupu kamu yang mengurus istrimu.” Arif berkata seolah dia tidak tahu apa-apa, dia menasihati Guren bak teman yang baik.

Ya, walaupun nasehat Arif diabaikan oleh Guren, sih.

Sedangkan Ran di sini tentu saja merasakan ada banyak mata yang melihatnya, bahkan tusukan mata mereka lebih tajam dibandingkan hari sebelumnya. Kalau tidak pandai berakting bukan Ran namanya, gadis itu tampak biasa bahkan melambai-lambaikan tangan seolah dia adalah seorang idol yang datang berkunjung, padahal aslinya dia ingin melarikan diri ke planet lain.

Kemudian Ran berbalik menghadap Miztard. “Terima kasih, kak Miztard,” tutur Ran tersenyum tipis.

Miztard membalas keramahan Ran. “Nanti pulang tunggu aku saja lagi, jangan berharap lebih dengan Guren.”

“Aku tidak pernah berharap dengan dia.”

Miztard mengangguk mengerti, kemudian pria itu pergi duluan.

Sebelum masuk kelas Miztard di cegat oleh seorang gadis yang menghadang jalannya. “Jelaskan padaku!” gertak gadis itu yang terlihat jelas jikalau dia sedang marah.

Miztard tahu maksud gadis itu. “Risti, jangan salah paham.” Risti adalah pacarnya Guren, dia satu kelas dengan Ran. Tampaknya gadis itu melihat Ran keluar dari mobil Miztard.

Miztard menarik tangan Risti, membawa pacarnya itu menjauh dari lingkungan yang ramai. Risti mengikuti langkah Miztard, dia memang menginginkan penjelasan dari pria itu.

Mereka berdua berhenti di sebuah koridor yang sepi sebab itu merupakan jalan menuju tangga darurat.

“Cepat jelaskan,” nada suara Risti terdengar jutek dengan napas yang seakan sulit dihembuskan.

Miztard menarik napas panjang sebelum dia berbicara, “Guren meninggalkan Ran di rumah tadi, jadi aku bawa dia karena sekalian, iyakan? Lagian dia itu sudah menikah, Ris. Tidak ada gunanya cemburu dengan Ran.”

Risti memelaskan wajahnya, raut yang tadinya ketus kini malah menatap Miztard dengan tatapan yang sedih. “Walaupun dia sudah bersuami tetap saja kau tidak boleh perhatian dengan dia.” Akhirnya air mata Risti turun, isakan tangisnya membuat Miztard membawa gadis itu masuk ke dalam pelukan hangatnya.

“Kau ini sangat cengeng, ya. Jangan menangis, aku tidak ada apa-apa dengan Ran, kami sekarang dalam lingkup keluarga, apa salah jika aku membantu keluargaku sendiri?”

Risti mencengkeram baju Miztard, suara tangisnya makin terdengar jelas. Alasan Miztard tidak cukup menenangkan Risti, gadis ini terlalu mencintai Miztard hingga dia sangat takut kehilangan pria itu.

Dalam isakannya Risti berkata, “memang ada apa sih tiba-tiba Pasya digantikan oleh Ran? Hal itu menjadi pertanyaan tahu.”

“Kakek menyukai Ran ketimbang Pasya, jadi begitulah.”

“Masa sih cuman itu?”

“Jangan terlalu dipikirkan, kau cobalah berteman dengan Ran mau bagaimanapun dia adalah istri sepupuku, nanti mana tahu kalian iparan, iya enggak?”

“Tidak mau, aku tidak mau temanan dengannya.” Risti semakin menenggelamkan wajahnya ke dalam pelukan Miztard kemudian dia melanjutkan pembahasan yang membuatnya menangis seperti ini. “Hanya sebatas membantu, kan? Tidak lebih?” cicitnya dengan suara pelan.

“Iya,” jawab Miztard sembari mengelus pelan kepala pacar manjanya itu.

“Sayang,” cicit Risti pelan, kemudian dia melanjutkan, “Kenapa ya, aku tidak pernah melihat Ran ikut acara kampus apa pun itu.”

“Kenapa tanya aku?”

“Aku hanya menanyakan pendapatmu, karena aku benci banget sama dia. Masa, dosen kan sudah lupa dengan tugas minggu lalu, tapi dia sering betul ngingetin dosennya, mentang-mentang dia sudah siap, dia ingin menjerumuskan kami semua.”

“Kau tidak memikirkan bagaimana dia susah payah mengerjakan tugas? Sebenarnya kalianlah yang egois, Ran hanya menyerahkan tugas yang ia selesaikan.”

Risti langsung terdiam, padahal niatnya ingin menjerumuskan Ran agar dibenci Miztard. Nyatanya Miztard tidak termakan hasutan Risti.

Bersambung...

Terpaksa Merebut Calon Suami KakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang