Pukul sembilan pagi, Guren membuka matanya. Seketika manik itu membulat setelah menyadari ada seorang gadis yang tengah menyisir rambut basah di depan cermin.
“Ran?” gumam Guren.
Dari pantulan cermin Ran dapat melihat Guren yang sudah duduk di ranjang, Ran berbalik dengan senyuman tipis seperti biasanya.
“Selamat pagi Kak Guren, apa tidurmu nyenyak?”
Guren tersentak, dia sadar kalau sekarang dia berada di kamar yang asing, terlebih lagi dia tengah bertelanjang yang bagian perutnya tertutupi selimut.
“Apa yang kau lakukan padaku, Ran?” Nada suara Guren terdengar getir, pasti dia sudah memikirkan hal yang jauh.
Ran berbalik memasang wajah jahat lalu berkata, “Setelah ini kau harus menikahiku, Kak. Kecebongmu sedang berenang di dalam sini,” kata Ran sambil mengelus perutnya.
Jantung Guren seakan ingin meledak, dia langsung kesulitan bernapas, tangannya gemetaran dengan mata yang menatap Ran tajam.
“Kau menjebakku, kan?”
“Hmm, aku?” tanya Ran dengan menunjuk dirinya sendiri.
“Aku sudah tahu selama ini kau menyukaiku, kan? Itu terlihat jelas dengan ekspresi yang kau buat manis ketika menyapaku. Jangan bermimpi Ran aku tidak akan menikahimu!”
“Kak Guren jahat banget, Kaka sudah meniduriku loh, terus bagaimana nasib anak kita? Masa dia enggak punya papa, sih.”
“Cih, aku bukan orang pertama yang menyentuhmu, kan?” Guren memasang wajah jijik, namun Ran malah tertawa kecil.
“Benar-benar jahat, kenapa Kaka berpikir seperti itu?”
Guren berdiri kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, jari telunjuk Guren menunjuk ranjang kemudian berkata, “Tidak ada darah di situ, itu berarti kau sudah tidak perawan, berbeda dengan kakakmu saat aku menyentuhnya untuk pertama kali. Kau jalang Ran!” tutur Guren lalu setelahnya keluar meninggalkan Ran sendiri di kamar.
Melihat Guren yang sudah pergi, senyum Ran pudar, sekarang dia bebas memancarkan aura sedihnya yang tidak pernah dilihat oleh siapa pun.
“Jalang? Bahkan tadi malam aku tidur di kursi terjaga sepanjang malam,” gumam Ran. Ya, tidak ada yang terjadi selain Ran yang membuka baju Guren. Selebihnya Ran hanya duduk di kursi dengan perasaan bersalah.
Sehabis dari hotel Guren tidak langsung pulang, melainkan dia berhenti di tengah jalan merenung di dalam mobil. “Jangan sampai Pasya tahu.” Ya, Guren sibuk memikirkan masalah barunya hingga tak terasa sudah pukul dua siang.
Sampai di rumah, Guren membuka kasar pintu. Kedatangan Guren menjadi pusat perhatian keluarganya yang sudah berkumpul di ruang keluarga.
“Guren, kemari kau,” panggil kakek Tarmizi.
Guren heran kenapa semuanya berkumpul bahkan ada pamannya dan juga Miztard di sana bersebelahan dengan ibunya.
Guren melangkah mendekati keluarganya, dia duduk di samping sang kakek. “Ada apa ini?” tanya Guren.
“Apa yang kau lakukan tadi malam?” tanya kakek Tarmizi, di saat kakek sedang berbicara tidak ada berani membuka suara kecuali mereka sedang ditanya oleh kakek.
Pertanyaan kakek membuat Guren sesak napas, apa dia ketahuan?
“Ma-maksud Kakek apa?”
Kakek mengambil ponsel papanya Guren, Arman. Dia menunjukkan sebuah foto yang terdapat dirinya dan Ran yang tengah tidur di bawah selimut yang sama. Guren yang tidak menggunakan atasan juga Ran yang tenggelam di dalam selimut namun wajahnya masih kelihatan jelas.
“I-ini.”
“Tanggung jawab, pernikahanmu dengan Pasya akan digantikan oleh Ran.”
“Kakek tidak bisa begitu! Ran yang menjebak aku, aku sungguh tidak tahu apa-apa, Kek!”
“Nyatanya kalian sudah melakukannya, apalagi yang perlu disangkal?”
“Ran bukan orang pertama yang aku tiduri, kalian tahu itu. Tapi kenapa sekarang Kakek memintaku menikahi gadis licik itu? Mah, Pah, kalian pernah bilang kalau kalian tidak menyukai Ran, tapi kenapa kalian diam saja sekarang? Kakek menyuruhku menikahinya loh!” Guren mencoba meminta bantuan pada papa mamanya yang hanya diam saja.
“Miztard, jelaskan pada sepupu bodohmu ini, kalian orang tua ikut aku.” ucap kakek kemudian pergi bersama anak-anaknya.
Miztard pindah tempat duduk di samping Guren, tangannya ia tepukan di bahu Guren guna menenangkan Guren yang tertelan emosi.
“Apa yang sebenarnya terjadi Miz? Kalian tahukan aku sering meniduri wanita, tapi kenapa pas giliran Ran kakek malah..”
“Ran mengancam akan menyebarkan foto itu jika kau tidak bertanggung jawab,” jelas Miztard dengan pandangan mata yang serius.
Guren menoleh perlahan. “Kenapa tidak berikan uang saja pada Ran?”
“Sudah, tapi Ran tidak mau bahkan papamu sudah mengancam Ran dengan bermacam-macam alasan, tapi gadis itu malah menantang papamu.”
“Hah?”
“Reputasi papamu sebagai hakim yang cukup dikenal oleh masyarakat akan hancur, perusahaan yang dibangun kakek pasti akan kena dampak juga jika sampai foto itu tersebar. Kau mengerti sekarang?”
“Itu hanya foto, bilang saja itu hanya editan.”
“Ran bilang dia memiliki videonya, tapi dia tidak mau memperlihatkan dengan alasan malu.”
“Video!” ulang Guren bersama mata yang melotot. Sekarang dia benar-benar membenci Ran hingga ke tulang-tulang. Rasa ingin mencabik gadis itu begitu besar namun tidak mungkin ia lakukan, mempertahankan reputasi keluarga benar-benar merepotkan.
Miztard menyandarkan tubuh di kursi, kepalanya mendongak ke atas menatap langit-langit. “Kasihan sekali,” gumam Miztard.
“Kau mengasihaniku?” tanya Guren.
Miztard menggelengkan kepala sembari memejamkan mata lalu berkata, “Aku sarankan kau jangan terlalu membenci Ran, kasihan gadis itu.”
“Apa yang perlu dikasihani darinya, dia gadis licik,” tutur Guren lalu kemudian pergi keluar entah ke mana tujuannya.
Sedangkan di tempat lain..
Plak!
Ran mendapat tamparan keras dari mamanya, padahal dia baru pulang tapi langsung mendapat sambutan yang meriah.
“Kau anak kurang ajar, aku menyesal melahirkanmu ke dunia ini. Bikin malu orang tua aja, Guren itu tunangan kakakmu, Ran! Tega kamu ya berbuat licik untuk merebutnya dari kakakmu!” marah Salsa pada Ran yang hanya diam saja.
Sedangkan Pasya mengurung diri di kamar, berita yang dikabarkan keluarga Guren tadi pagi membuatnya tidak berhenti menangis, bahkan suara tangisan itu terdengar jelas.
Selanjutnya Ran mendapat tendangan dari sang papa, dia tersungkur namun Ran masih tidak mengeluarkan suara sedikit pun.
“Pergi kamu jangan pernah menampakkan diri di hadapan kami lagi!” bentak Dani, papanya Ran. Telunjuk pria itu lurus ke arah pintu keluar, jelas sekali dia tengah mengusir Ran.
Ran berdiri, kemudian dia berjalan menuju pintu, sebelum menutup pintu Ran berkata, “Aku melakukan ini demi Papa.” Usai itu sosok Ran tidak terlihat lagi.
Adit menangis, dia ingin mengejar Ran namun dirinya ditahan oleh Salsa. Adit teriak memanggil nama Ran agar gadis itu kembali, tapi apalah daya, saat Adit dilepaskan, dia sudah tidak menemukan keberadaan Ran lagi.
Beberapa menit kemudian Adit terdiam dengan air mata yang belum kering di pipi, satu kalimat Ran membuat Adit berpikir, “Apa maksudnya demi Papa?” gumam Adit mencoba mencerna hal yang menurutnya adalah alasan di balik tindakan Ran.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Merebut Calon Suami Kaka
Romance"Jangan bermimpi Ran, aku tidak akan menikahimu," kata Guren yang malam ini dijebak oleh Ran untuk bermalam dengannya. Ran adalah gadis ceria, namun di mata semua orang Ran adalah sosok gadis jahat yang tega menjebak calon abang iparnya sendiri. Na...