Bab 24.

1.4K 28 0
                                    

Risti menjelaskan dengan rinci tentang Ran yang hanya berniat membantunya untuk mencari keberadaan Miztard sebab HP Risti yang hancur.

Tentu Miztard mengejek Guren setelah itu serta minta ganti rugi atas rusaknya HP baru Miztard. Tidak hanya HP Miztard, Guren juga memberikan uang untuk membeli HP baru Risti.

“Cyber kaya nih, Yang. Enggak apa-apa, ambil saja,” ucap Miztard karena Risti tampak ragu menerima sejumlah uang yang diberikan Guren.

Setelah kepergian pasangan itu Guren sendiri memikirkan Ran yang di sana tengah berduaan dengan lelaki lain berdalih tugas kelompok.

Sial! Kenapa aku kesal? Itu pertanyaan yang Guren lemparkan pada dirinya sendiri. Pria itu berusaha mengalihkan diri dengan memikirkan pacarnya, Pasya.

Hancur total, memikirkan Pasya percuma saja karena otaknya seakan tidak terima. Guren semakin resah tidak karuan, ingin marah tapi karena apa?

“Ada apa, Nak?” Muti datang setelah entah pergi ke mana dia tadi. Melihat Guren yang tidak nyaman membuat Muti bertanya-tanya apakah rumah ini juga tidak nyaman bagi Guren.

“Tidak ada, Ma,” jawab Guren. Namun itu belum cukup untuk membuang pemikiran Muti barusan.

Dengan yakin dia menawarkan, “Bagaimana kalau tinggal bersama kami untuk sementara, di sana ada banyak orang yang bisa merawatmu.”

Itu bukan yang Guren mau, tentu saja dia menolak. Muti membujuk Guren pun tetap Guren tidak mau.

“Kamu ini kenapa, sih? Semenjak tinggal sendiri jarang pulang ke rumah, Ran mengancammu dengan hal lain lagi, ya?” tuduh Muti dengan sangat yakin.

Kenapa Ran lagi? Pikir Guren. Dia mendadak membayangkan dirinya menjadi Ran yang selalu kena tuduh, pasti menyakitkan. Helaan napas Guren hembuskan, dia tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini dan dia pun memutuskan untuk pura-pura tidur.

Muti hanya bisa pasrah jika seperti ini.

***
Hanya berdua dengan Ran menjadikan Aldo pria yang sangat canggung. Dia sudah lama suka dengan Ran, melihat Ran sedekat ini dengannya, hampir membuat jantung Aldo meledak.

“Ada apa?” tanya Ran.

Aldo langsung salah tingkah ketika mata mereka saling bertemu, dengan cepat Aldo mengalihkan pandangan karena ini bisa membuatnya Gila.

“Ti-tidak ada. Aku cuman kagum kau bisa mengerjakannya dengan cepat,” dalih pria itu.

“Oh ya?” balas Ran dengan senyum manis yang membuat siapa pun meleleh seperti es krim.

Seketika Aldo mengkhayal bahwa dirinyalah yang menjadi pasangan hidup Ran. Gadis cantik yang ceria, kekayaan, dan kenikmatan ranjang. Aldo langsung iri dengan seberapa beruntung Guren memiliki Ran.

“Aldo?” tegur Ran.

Panggilan itu membuyarkan lamunan Aldo, menatap Ran dengan kikuk merasa bersalah memikirkan hal kotor dalam hubungan Ran dan juga Guren.

“I-ya?”

“Sudah selesai.”

“Benarkah? Ka-kalau begitu ... bagaimana kalau kita main game?” saran Aldo, karena ini kesempatan yang bagus untuk berteman dengan Ran tanpa rasa takut akan dijauhi cewek lain.

“Game? Aku tidak pandai bermain game.”

“Aku akan ajarkan.”

Ran berpikir sejenak, seharusnya dia memanfaatkan waktu luang seperti ini untuk mencari pekerjaan. Namun, tawaran Aldo terdengar lebih menarik.

“Bai—”

Ponsel Ran berdering saat gadis itu ingin menyetujui tawaran Aldo. Mama mertua, baca Ran dalam hati. Langsung saja Ran menjawab panggilan tersebut, selanjutnya dia dimaki karena terlalu lama keluar sedangkan ada suami yang tak berdaya di rumah.

Terpaksa Merebut Calon Suami KakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang