Bab 19.

1.1K 30 0
                                    

Seminggu telah berlalu pasca kejadian yang hampir merenggut nyawa Guren. Hari ini tepatnya pukul sembilan malam, pria itu membuka mata setelah tujuh hari tidak sadarkan diri.

Di mana ini?

Saat Guren ingin bergerak pria itu langsung meringis sakit.

Keadaan itu berhasil membuat seorang gadis yang duduk di sofa menaruh perhatian, namun anehnya dia tidak bergerak dari tempatnya untuk melihat.

“Jangan banyak bergerak, kakimu patah,” katanya.

Guren menoleh ke samping, ternyata ada Ran di ruangan itu tengah mengerjakan tugas seorang diri.

“Ngapain kamu di kamarku?”

“Kamarmu? Ini rumah sakit.”

Selanjutnya Guren mencoba mengingat apa yang terjadi, perlahan dia ingat semuanya, Guren pun akhirnya paham situasi.

“Gara-gara kau aku jadi kecelakaan,” tuduh Guren menilik tajam wajah Ran.

Ran tentu saja bingung, waktu itu dia sedang sakit di rumah, itu pun gara-gara Guren. Tapi kenapa malah dia yang disalahkan atas kecelakaan yang menimpa Guren dan Pasya? Ran malas menanggapi Guren.

“Oh iya, Pasya! Dia baik-baik saja ‘kan?” panik Guren.

Ran mendenguskan napas berat, dengan malas dia menjawab, “Dia hanya luka ringan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari dia.”

“Jadi di mana dia sekarang? Kenapa tidak dia saja yang menungguku?”

Otak Ran terkenang pada tujuh hari yang lalu.

Waktu itu, dalam keadaan masih sakit Ran mendapat kabar tentang Guren. Di saat Adit belum pulang sekolah, Ran dengan sendirinya bersusah payah datang ke rumah sakit.

Di situ sudah ada keluarga Guren dan juga mama papanya.

“Bagaimana keadaan mereka, Ma?” tanya Ran khawatir.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Ran, mereka semua mengabaikan keberadaan Ran.

Hati Ran tercubit, biarpun dia telah biasa menghadapi situasi seperti itu, tapi tetap saja sakitnya tidak berkurang.

Lalu datanglah Miztard dari belakang bersama kakek Tarmizi.

“Ran,” panggil Miztard.

Ran pun menoleh ke belakang. “Kak Miztard, Kakek, apa kabar?” Ran menyambut dengan Ramah.

Kakek dan Miztard mengamati tubuh Ran yang terdapat banyak memar serta kulit gadis itu yang pucat.

“Ran kau kenapa?”

Ran paham maksud Miztard dari tatapannya yang menyoroti lebam di tubuhnya. Gadis itu pun beralasan, “Aku tersenggol mobil yang melaju,” tipu Ran cengengesan seperti orang bodoh.

Miztard percaya, tapi tidak dengan kakek. Pria tua itu sepertinya mengerti apa yang terjadi dengan Ran, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk membahas masalah itu.

“Lebih baik kau istirahat Ran, sepertinya kau sakit.” Kekek tidak tega melihat Ran yang tampak lemah yang bahkan tetap berdiri saja memakan tenaga yang banyak.

Setelah itu Ran diantar pulang oleh Miztard atas perintah kekek, pria itu juga menjelaskan apa yang terjadi dan juga keadaan Pasya dan Guren karena Miztard adalah keluarga pertama yang tahu tentang kecelakaan itu.

Sedangkan Muti menangis terus, wanita itu ditemani oleh Salsa yang terus mengucapkan kata-kata semangat.

“Mut tenanglah, Guren pasti baik-baik saja.”

Terpaksa Merebut Calon Suami KakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang