Chika memasuki rumahnya dengan tatapan sendu, ia melihat ke sisi ruangan yang selalu menjadi tempatnya bermain bersama kedua orang tuanya dulu.Begitu banyak kenangan yang orang tuanya tinggalkan di rumah itu.
Rumah itu memang tidak besar, karena Chika bukan dari keluraga yang berada. pekerjaan kedua orang tuanya hanya sebatas pegawai negri biasa tetapi dengan begitu kehidupan Chika di masa kecil sangat bahagia,
Diaa tidak kekurangan apapun terutama kasih sayang dari kedua orang tuanya bahkan dirinya sangat di manjakan.
" Huuuffftt "
Chika meniup bingkai foto yang telah berdebu, di foto itu meperlihatkan dirinya yang sedang tertawa lepas bersama ibu dan ayahnya.
" Hai Ayah Ibu " ucapnya dengan tersenyum menatap foto mereka.
" Hahhhh, aku gak boleh nangis ".
Chika menghela nafasnya sambil mengelap air matanya lalu tersenyum memandang kembali foto itu dan menyimpannya di tempat semula.
" Chika bersihin rumahnya besok aja ya bu, Chika capek soalnya " ucap Chika seolah - olah dia sedang berbicara dengan ibunya.
Chika pun segera masuk ke dalam kamarnya sambil mengeluarkan barangnya dari dalam koper. setelah itu ia pun langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk memberisihkan dirinya.
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, ia langsung merebahkan tubuhnya yang terasa sangat lelah setelah perjalanan panjang..
" Astagah, kok aku bisa lupa ngabarin Opah " gumamnya, dia pun segera mengambil ponselnya dan langsung menelpon Bram untuk memberitahukan bahwa dirinya sudah sampai di Indonesia.
Tak lupa Chika juga menanyakan kabar tentang Arletta Omahnya itu, Chika merasa bersalah saat mendengar tangisan Omahnya dari balik telpon.
Bram mengatakan bahwa setelah Ia balik ke rumahnya, Arletta sudah bangun dan mencari keberadaan mereka berdua yang tiba - tiba pergi tanpa memberitahukannya.
" Omah minta maaf sayang, kamu nggak benci kan sama Omah ? " tanya Arletta sambil menangis memikirkan Chika cucu satu - satunya itu.
" Chika yang minta maaf Omah, maafin Chika yah "
" Omah nggak usah sedih, Chika nggak marah kok sama Omah " lanjutnya
Mendengar ucapan Chika tangisan Arletta perlahan terhenti, ia sungguh menyesali perbuatannya. dan dia juga berjanji tidak akan ikut campur dalam mengurus jodoh cucunya itu lagi.
Setelah menutup telponnya, Chika membuka pesan yang masuk dari dalam ponselnya. ia melihat nama Gracio yang telah mengirimkan beberapa pesan padanya.
Mereka saling berbalas pesan, Chika sesekali tertawa pelan membaca pesan lucu yang di kirimkan Cio padanya.
Tidak lama ia pun segera mematikan ponselnya dan segera tidur sedangkan Cio terlihat kesal karena Chika sudah lebih dulu Offline tanpa memberitahunya.
Sementara di kamar putra sulung keluarga Nalendra, Shani kembali memimpikan gadis yang menolongnya itu tetapi mimpinya kali ini beda, dulu dia hanya memimpikan sepenggal cerita dari kronologi kecelakaannya namun kali ini semuanya jelas.
Tubuhnya kembali berkeringat dingin namun dia tetap tidak bisa bangun dari tidurnya, mimpinya kali ini seakan terasa nyata karena di mimpi itu semua kejadian yang terjadi 6 tahun lalu, terekam kembali dalam mimpinya dengan jelas.
FLASH BACK...
Saat itu shani baru berumur 23 tahun. dia dulu adalah pria yang setia pada satu wanita dan memiliki seorang pacar yang ia temui saat pertama kali dia masuk universitas, wanita itu bernama Fransisca dan dia adalah cinta pertamanya Shanzo.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Gir'l ( shanchik ) ✓
Fanfic{ COMPLETED } Mencari hingga menemukannya . . .