Sebuah literatur pernah mengutip, cinta pertama adalah wujud keterpikatan antara laki-laki dan perempuan untuk pertama kalinya dengan kesungguhan. Arti cinta pertama sangat mempengaruhi hubungan cinta yang dijalin setiap individu di masa depan. Jiya yakin dia akan menjadi penyokong paling utama mengenai hal tersebut dengan menggarisbawahi 'kesungguhan', usai mendengar rekaman cerita romansa remaja pagi ini.
Dua orang remaja di masa bergeloranya asmara, melemparkan pandangan memancing, seperti kail-kail pancing berumpankan cacing gemuk. Ketika kail tersebut disantap dengan penasaran, barulah sinyal ketertarikan membawa sebuah tindakan. Nindi yang cantik dan ceria, seperti buah cerry mempesona dan mungil di mata Zidan. Ketika disejajarkan dengan dongeng anak-anak, Zidan adalah pemenang terbaik sebagai pangeran berkuda dengan putri dambaannya.
Semakin dekat membuahkan sebuah perekat. Saling bertukar kabar dan perasaan, Zidan dan Nindi berkubang dalam lautan harapan dan impian untuk bersama. Apabila terdengar dentingan keras, ingatkah mereka tentang banyaknya asumsi cinta pertama tidak selalu terwujud? Keduanya memecahkan asumsi tersebut, perasaan menggelora semenjak di bangku akhir tingkat menengah atas terwujud setelah hampir 15 tahun terukir.
Katakan pada Dewi Cinta, Aphrodite, keduanya memiliki cinta pertama yang bertahan lama dan berakhir bahagia. Tanyakan, apakah ada persyaratan untuk bisa disebut cinta? Apakah ada ketentuan, bahwa cinta pertama harus berakhir pahit atau manis? Dewi Aphrodite juga tahu, kecantikan menimbulkan sebuah titik sensitivitas dan ketertarikan untuk menarik sebuah kenikmatan. Ribuan kata berbaris membentuk pernyataan abu-abu. Jangan tanyakan, Dewi Cinta sendiri dalam kontroversinya juga tidak tahu makna dari sebuah cinta.
"Aku dan Zidan sudah saling mencintai sejak dulu. Berakhir berpisah, itu tidak pernah ada di barisan impian kami bersama. Aku mengenalnya dengan baik, begitu juga sebaliknya. Ketika dia tidak nyaman, aku tahu apa yang mengganggunya. Memaksakan sebuah hubungan dan melenyapkan perasaan lain, itu juga tidak adil, kan?"
Jiya menahan senyuman getirnya, mungkin bangku cafe akan kalah panas dengan hatinya. "Dan aku? Bagaimana keadilan untukku?"
Keterdiaman Nindi bukanlah jawaban yang Jiya inginkan, wanita itu mengusap perut buncitnya pelan. Tidak ada semilir angin yang Jiya rasakan, panas seolah menggerogoti tubuhnya, tak ubahnya berada di dalam ruangan kecil tanpa ventilasi.
"Juga bagaimana keadilan untuk putraku? Jika Mbak percaya cinta itu hebat, lantas kenapa cinta putraku harus kalah dengan cinta yang mbak simpan untuk Zidan? Cinta mana yang sebenarnya lebih hebat?"
"Malik adalah anak kandung Zidan, darah dagingnya sendiri, bahkan sebelum Mbak memiliki ikatan sah dengan Zidan saat ini, putraku lebih dulu memiliki ikatan dengan Zidan, baik itu antara batin keduanya. Hewan saja tahu bagaimana bersihnya hati anak kecil. " Jiya meremat roknya, wajah Nindi seakan momok kesedihan dalam hidupnya.
"Setidaknya gunakan hati sedikit untuk putraku. Aku pulang ke Jakarta bukan untuk merebut kembali kebahagiaanku, tapi mendapatkan dan mempertahankan kebahagiaanku. Malik adalah putraku, buah hatiku dan kebahagiaanku. Sisakan simpati di hati Mbak dan suami Mbak, biarkan Malik tetap bersamaku. "
Sepersekian detik membawa dentuman kecil dalam hati, mengais sisa-sisa empati yang terkubur. Sedikit saja, mungkin tak cukup untuk mencari kata 'maaf' dalam waktu singkat. Setidaknya dalam detik ini, Nindi menatap kedua mata yang tulus di depannya. Wajah yang mirip dengan Malik, Nindi yakin hatinya telah mati rasa beberapa waktu lalu.
Hampir lima tahun yang lalu, Nindi tak berani datang di depan muka Jiya dan Zidan di atas pelaminan. Kini Nindi berhadapan dengan Jiya seolah dua koin yang ditukar di atas dua kotak saling berlawanan. Lima tahun yang lalu, seandainya Zidan tak menemukannya, mungkin ia akan lebih memprihatinkan. Kehilangan cinta pertamanya, Nindi tahu, cintanya begitu besar dan dalam untuk Zidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Kertas
General FictionUsai mengetahui perselingkuhan sang suami, Jiya memutuskan untuk mengakhiri pernikahannya. Menjadi tulang punggung keluarga kecilnya, serta naungan satu-satunya bagi sang buah hati tercinta, Jiya harus berdiri kuat agar tak goyah. Tekanan yang lurus...