26. Mau Kiss Suami Terus

10.9K 453 3
                                    

           Kristal terus mengulum senyum selama perjalanan. Sebelah jemarinya terus di genggam Gavin yang kini tengah menyetir santai di jalanan yang hanya satu atau dua mobil dan motor lalui. Selama perjalanan itu pula pemandangan pantai menyambut keduanya.

"Tempatnya makin indah ya, Vin." ujar Kristal tanpa mengalihkan pandangan dari lautan yang tak berujung itu.

Gavin hanya melirik sekilas dan fokus mengendara. Bibirnya tersenyum tipis. Dia mengusap jemari Kristal dengan jempolnya.

"Jangan cape-cape, kata dokter usianya masih muda dan rentan. Jalan-jalannya tunda ya? Kita  liat pemandangan di balkon kamar aja."

Kristal mengangguk, tidak akan keras kepala seperti beberapa tahun kebelakang. Dia akan patuh dengan semua keinginan Gavin yang memang untuk kebaikannya juga.

Gavin mengecup jemari itu sekilas tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan. Dia membawa dua nyawa sekarang, harus semakin berhati-hati.

"Kamu seneng tahu aku hamil?" Kristal kini beralih menatap Gavin, dengan penuh cinta walau tidak terekspresikan dengan baik.

"Ga usah di tanya, sayang! Seneng bangetlah! Liat kamu bahagia, aku lebih bahagia,"

Kristal terkekeh, menampar manja pipi Gavin. "Gombal! Dasar pensiunan buaya!" balasnya sebal namun mengulum senyum.

"Aku buaya sebelah mananya sih, sayang? Cintanya sama kamu, ga ada yang lain juga!"

"Yakin? Mau bahas yang lalu-lalu nih?" tantang Kristal.

"Ck! Itu bukan cinta! Cuma kebutuhan aja, aku manusia biasa, tempatnya salah." malas Gavin. Dia yang akan kena kalau membahas soal dulu. Lebih baik tidak di respon bagus agar Kristal berhenti membahas.

Kristal melepas genggaman tangan itu, beralih bergelayut di lengan Gavin dengan nyamannya.

"Maaf deh. Ga akan bahas lagi, cepetin mobilnya! Aku udah ga kuat mau cium kamu ishh!" kesalnya.

Gavin tertawa renyah penuh cinta. Dia pun mengabulkan keinginan bumil itu. Membelah jalanan lurus yang jarang di lewati kendaraan itu.

Kristal mengulum senyum, menurunkan jendela hingga udara masuk mengibaskan rambutnya dengan begitu cantik.

Bahagia di waktu yang tepat. Di saat dia dan Gavin benar-benar siap. Terima kasih Tuhan. Ucapnya dalam hati.

***

"Apa sih!" jengkel Kristal saat Gavin terus mengekorinya ke dapur.

"Kamu itu ceroboh, gampang banget kepentok pinggiran meja! Aku udah sering ya liat memar di sini!" usapnya di setiap lingkar perut Kristal.

"Astaga! Ujung mejanya juga udah pake pelindung!" jengah Kristal.

"Tetep bahaya!" balas Gavin keras kepala.

Rasanya Kristal ingin menangis saking jengkel.

"Apa? Mau nangis? Jangan! Nanti pusing!" tegas Gavin lalu memilih menggendong Kristal ala koala.

Kristal melirik Gavin tajam. Dia sangat kesal.

"Cepet mau ambil apa?" Gavin membuka kulkas dengan masih menggendong Kristal dengan sebelah tangannya yang kekar. "Kita liat sunset di balkon," lanjutnya.

Kristal tertarik. Niatnya memang ingin melihat sunset. Dengan mengabaikan kekesalan, Kristal mulai menunjuk satu persatu yang dia inginkan.

Kristal Pawang Gavin (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang