23. Boba Nyoy Nyoy

18K 509 0
                                    

         Gavin menyimpan amplop cuti dan pengunduran dirinya. Entah mana yang akan di ambil oleh papanya. Yang terpenting dia akan berusaha dulu. Berjuang demi mendapatkan buah hati. Sebenarnya niat dia tak hanya itu, dia ingin kemesraannya dan Kristal kembali seperti awal pernikahan.

"Yang, sibuk ga? Kita rencanain sekarang gimana?" tanyanya agak berteriak karena Kristal sedang di dapur dan Gavin sedang di kamar.

"Udah selesai," balas Kristal sama teriak.

"Oke," gumam Gavin lalu membawa tab dan ponselnya keluar dari kamar.

Kristal melepaskan celemek bermotif love itu lalu duduk di susul Gavin yang sebelumnya mengecup kening Kristal.

Kristal memicing sejenak. Tumben sekali cium kening di saat-saat tidak penting.

"Mienya pasti enak," Gavin terlihat lebih segar dan ceria. Mungkin karena sudah satu hari tidak ke kantor.

"Papa ngamukan karena seenak jidat kamu ga masuk kantor?" Kristal mengaduk mie untuk Gavin lalu giliran mangkuknya.

Gavin meraih sendok lalu menghancurkan telur setengah matang itu agar semakin bercampur rata.

"Marahnya papa ga akan lama, dia nanti juga paham soal rencana aku yang mau bulan madu lama," balas Gavin kalem.

"Tapi harusnya bilang dari jauh-jauh hari, biar papa cari orang buat jadi pengganti sementara," Kristal menyiapkan segelas air lalu menyimpannya di samping mangkuk Gavin.

Kristal meraih gelas baru untuk dirinya sendiri.

Gavin memakan mienya dengan fokus dan nikmat. Mie buatan Kristal memang paling jago memanjakan lidahnya.

Kristal pun makan tanpa banyak kata lagi. Hanya suara denting sendok yang terdengar, hingga Gavin selesai lebih dulu.

Gavin memilih menunggu dengan bermain tab. Dia mencari penginapan yang bisa memberikan pelayanan untuk pengantin yang akan berbulan madu.

"Yang, mau pemandangan kota, gunung atau laut saat di kamar?" Gavin menoleh pada Kristal yang tengah minum lalu menyelesaikannya demi menjawab.

"Laut," jawabnya singkat lalu meraih lagi sendok untuk menghabiskan mie dan sayurnya sedikit lagi.

"Oke, kita sama." Gavin terlihat bahagia memilihnya. Dia pikir Kristal akan memilih gunung mengingat introvertnya Kristal.

Kristal menyandarkan tubuhnya, mengusap perut yang kini kembung saking kenyang. Mie buatannya sendiri begitu nikmat.

Gavin melirik tingkah Kristal dengan senyum tipis. Dia ingin melihat Kristal mengusap perutnya yang berisi buah hati bukan makanan. Apakah bisa?

Jika pun tidak ada anak tak masalah. Kristal saja cukup jika memang itu takdir. Tapi jika masalah ada di dalam dirinya bagaimana? Kristal akan tersiksa akibat dirinya? Gavin tidak rela.

Anak memang bukan menjadi tujuan utama pernikahan. Tapi tetap saja. Kasihan Kristal yang selalu tertekan jika sedang kumpul keluarga.

"Kenyang, sayang?" Gavin ikut mengusap perut Kristal dengan mendoakannya dalam hati.

Kristal terpejam dan mengangguk kecil. Dia memang terlalu kekenyangan. Harusnya berhenti sebelum kenyang.

Kristal membuka matanya saat merasakan rahangnya dikecup ringan oleh Gavin, kecupan yang memanjang hingga lehernya.

"Kenyang ih! Jangan mancing," tolak Kristal seraya mendorong pelan wajah Gavin.

***

Gavin menggeliat dengan bibir perlahan tersenyum. Tidurnya benar-benar nikmat. Biasanya mereka akan bercinta cepat tapi tadi begitu rileks, benar-benar dinikmati kebersamaannya.

Kristal Pawang Gavin (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang