Kristal Pawangnya Gavin

9.6K 332 1
                                    

         Kristal berjalan santai menuju pintu utama. Suara deru mobil Gavin terdengar yang artinya sang suami sudah pulang dari kerja dan bermainnya bersama teman.

Kristal tersenyum menyambut Gavin yang tersenyum cerah dengan kedua tangan di rentangkan seolah minta peluk, terlihat kekanak-kanakan. Gemes!

Kristal menghentikan langkah, merentangkan kedua tangannya juga sebagai balasan dan setelah dekat baru Gavin peluk gemas walau terhalang perut yang semakin hari semakin buncit.

"Gimana hari ini? Anak kita aktif ga?" Gavin mengurai pelukan, dia usap perut bulat itu lalu dia kecupi beberapa kali.

"Seperti biasa, kalau menuju malem baru aktif, siangnya tidur kayaknya," jawab Kristal dengan pasrah di rangkul Gavin untuk kembali masuk ke dalam rumah.

"Tahu aja papanya kadang pulang malem kayak gini, dia hibur aku yang seharian capek kerja kayaknya," kekeh Gavin dengan terus mengusap perut Kristal tanpa menghentikan langkah.

"Mungkin."

"Aku mau mandi, kamu udah makan malemkan?" alis Gavin bertaut serius, dia tidak mau kalau Kristal menunggunya sampai melewatkan makan malam. Gavinkan kalau lembur mendadak akan makan di ruangannya.

"Udah, bawel!" gemas Kristal lalu mencubit pelan pipi Gavin.

"Aku sayang sama kamu, makanya bawel!" balas Gavin lalu menggigit pipi Kristal dan bergegas kabur ke kamar.

***

"Semenjak hamil aku jadi ga suka baca buku, bawaannya tuh bosen, kenapa ya? Aneh banget," Kristal merebahkan kepalanya di tangan kiri Gavin.

Keduanya tengah bersantai di ruang tengah. Hari ini Gavin libur. Jadi banyak banget waktu untuk berduaan.

Gavin menyampingkan tubuhnya di sofa bagai kasur itu. Dia merapat pada Kristal, mengusap rambutnya dengan lembut.

"Kayaknya dia nanti mirip aku deh, yang." balas Gavin lalu mengendus kepala Kristal gemas seperti biasa.

"Mungkin, asal bandelnya jangan." Kristal balas merapat walau sudah sangat terhalang perut.

"Aku ga bandel kok," kekeh Gavin.

Kristal hanya mendumel sebal. Sudah jelas Gavin bandel, selalu membuat mama mertuanya pusing dan sering ke sekolah.

"Yang,"

"Hm,"

"Yang,"

"Apa?!" kesal Kristal lalu membuat jarak dan mendongak menatap Gavin yang cengengesan usil. Dasar si bunglon! Banyak banget ragamnya, warnanya padahal satu sosok.

"Kamu yang mau lahiran, aku yang mules mikirinnya, kok gugupan aku ya?" Gavin pun memilih jujur. Senyum dan tingkah usil sebenarnya hanya untuk menutupi kegugupan dan pikirannya yang takut soal Kristal lahiran nanti.

Kristal malah tertawa geli. Dia yang hamilnya saja berpasrah diri, sesakit apapun dia akan berjuang.

"Kenapa ketawa?" Gavin cubit sebelah pipi Kristal sampai si empunya mengaduh sebal. "Aku serius loh,"

"Iya-iya, aku geli aja. Kamu yang sukanya itu bikin variasi di ranjang ternyata bisa juga pikirin yang lain, malah ikut mules," Kristal kembali tertawa.

Gavin mendengarnya langsung mengacak wajah Kristal dengan ciuman gemas yang basah hingga suara kecupan terdengar nyaring.

"Ih udah-udah, aku lagi hamil, Gavin!" Kristal menjauhkan wajah Gavin yang terus menggelitik wajah atau lehernya.

Gavin pun berhenti, dia takut candaan keduanya malah menjadi musibah untuk bayi di perut Kristal yang bisa saja tersikut atau tertendang.

"Yang, serius. Kamu ga ada khawatir apapun?" Gavin kembali serius.

Kristal tersenyum, membelai wajah Gavin dengan sayang. Teman dari kecil, jodoh yang disiapkan orang tua ternyata benar jodohnya.

"Aku juga kadang pernah berpikir kayak, aku bisa ga ya nanti? Apa aku nanti baik-baik aja, apa anakku juga, banyak kok, sama gugup kayak kamu, kita hanya bisa berdo'a aja, Vin. Makanya aku mulai ga ambil pusing, takutnya malah ganggu kesehatan aku," Kristal mainkan rambut Gavin, dia usap-usap juga sesekali.

Gavin tersenyum nyaman. Dia bahagia Kristal menjadi istri dan ibu dari anaknya. Kristal berhasil menuntunnya ke arah yang lebih baik.

"Kamu tahukan secinta apa aku ke kamu?"

Kristal tersenyum tulus lalu mengangguk. "Sama kayak aku sekarangkan?" tanyanya balik.

Gavin terkekeh. "Bisa aja jawabnya," lalu dia peluk, usap punggung Kristal.

Keduanya terus menikmati waktu berdua. Hingga senja berubah malam lalu malam berubah pagi dan seterusnya.

Semoga keduanya akan selalu bahagia. Berjodoh hingga maut memisahkan keduanya.

"Sebagai pawang aku berhasil ga jinakin kamu?" kekeh Kristal yang rebahan menyamping saling berhadapan dengan Gavin.

Gavin menghentikan gerakan jemari Kristal di otot perutnya. "Sangat berhasil. Ga ada yang mampu jadi pawang selain kamu. Aku akan semakin liar kalau pawangnya bukan kamu, sayang. Cantiknya aku," lebaynya yang membuat Kristal tertawa geli.

"Semoga anak kita ga bermulut manis dan jadi buaya," Kristal cubit bibir Gavin sekilas.

Gavin mengulum senyum, dia ndusel di tangan Kristal yang berubah gemoy itu. Dia gigit-gigit manja.

Tamat

Kristal Pawang Gavin (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang