13. Ingin Kristal

19.4K 916 4
                                    

       Gavin membuka matanya cepat, sekitarnya yang gelap kini sudah sangat terang. Dia pun melirik jam Kristal di nakas.

"Anjir!" pekiknya sambil mendudukan tubuh. "Kita kesiangan, ga usah sekolah aja." ditepuk pipi Kristal.

Kristal membuka matanya dengan berat. "Ha?" gumamnya.

"Udah jam 9, sayang." Gavin menyugar rambutnya lalu menguap sambil meregangkan tubuhnya.

Kristal sontak melotot. "Apa?! Gue ada ulangan harian!" paniknya kesal.

"Terus gimana?" Gavin menatap Kristal. "Kita udah terlanjur kesi—"

"Semua gara-gara lo!" potong Kristal kesal lalu melepas selimutnya kasar dan berlalu ke kamar mandi.

Gavin menghela nafas sabar, benar atau salah memang selalu dia yang di salahkan. Dia sudah biasa, untung bucin parah pada Kristal.

Gavin melirik ponselnya yang menyala, dia raih lalu fokus pada nomor baru yang menanyakan kabar dan memperkenalkan diri tanpa di minta itu.

Gavin tidak membuka pesannya, dia lebih memilih pesan Gana yang hampir menyentuh 55 dan panggilan tak terjawab 25.

"Ada apa ya?" gumamnya sangat pelan.

***

Kristal membaca tulisan di selembar sticky note pink. "Sayang, gue pergi duluan sorry ga pamit karena gue mendadak ada urusan di tongkrongan. Love You, makasih ya sayang." gumam Kristal.

Kristal meraih dan menyingkirkan sticky note yang menempel di lemarinya itu. Dia mulai memilih pakaian dan memakainya.

Mood Kristal masih terlihat bete. Dia malas ulangan susulan, itulah alasannya.

Kristal duduk di pinggiran kasur dengan bingung. Dia tidak tahu harus ngapain.

"Baca buku— tapi bentar, cek ponsel dulu, apa Gavin udah izin apa belum." celotehnya sambil menyalakan ponsel.

Kristal menekuk alisnya. "Loh? Ini ponsel Gavin, apa salah ambil ya?" gumamnya.

Kristal pun memanggil ponselnya berkali-kali, tak kunjung diangkat. Kristal pun mengklik simbol whatsapp, namun bersandi dan Kristal tidak tahu sandinya apa.

Kristal pun mencari nomor Budi maupun Gana di kontak. Keduanya memang ada namun sama, tidak ada yang mengangkat panggilannya.

Kristal memutuskan untuk ke tongkrongan Gavin, dia butuh ponselnya.

Kristal menuruni anak tangga lalu melirik ke arah pintu utama yang terdengar ramai. Orang tuanya pulang ternyata.

***

Kristal turun dari mobil, membiarkan sopir untuk menunggu. Kedua langkahnya terayun melewati lorong kumuh yang akan mengantarkannya menuju sebuah ruangan.

Kristal sayup-sayup mulai mendengarkan keributan, suaranya dominan laki-laki. Dia jadi gugup namun sudah terlanjur datang.

"LO GOBLOK! TINDAKAN LO MERUGIKAN KITA SEMUA!"

Mendengar suara Gavin yang mengeras emosi, Kristal pun menghentikan langkahnya dan bersembunyi di pilar besar nan tinggi itu.

"GUE TAHU! GUE PAHAM! TAPI KALIAN GA TAHU KALAU DI SANA MEREKA HINA KITA, MEREKA—"

Kristal Pawang Gavin (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang