16. Belanja Dan Kangen

13.2K 814 68
                                    

     Kristal mengikuti langkah Gavin, membiarkan jemarinya di genggam dan di tuntun oleh Gavin. Mata kedua pasang manusia itu mengedar mencari toko yang menjual kebutuhannya.

"Bantal leher udah lepek, beli lagi jangan ya?" tanya Kristal dengan masih mencari toko.

Gavin menoleh sekilas. "Beli aja, gue malah ga punya. Ilang." jawabnya santai.

Kristal menarik Gavin masuk ke toko boneka. Niat awal hanya ingin membeli bantal leher pun berubah menjadi banyak yang di beli.

"Buat apa sih? Di kamar paling ke tempelan debu." heran Gavin.

"Jadi ga mau beliin? Ga romantis emang!" sewot Kristal dengan terus memilih beberapa boneka lucu yang pasti akan Gavin belikan. Dia yakin.

Gavin menghela nafas. "Serius nanya ya, buat apa boneka itu? Kalau di simpen sayang uang, kita nabung buat nikah." nasihatnya so bijak.

Kristal meringis jijik nan ngeri mendengarnya. "Kamue Nanyeaa? Kamu bertanyea-tanyea?" balasnya menyebalkan.

Gavin mendatarkan ekspresinya. Dia cukup kesal dengan respon Gana, Budi dan teman tongkrongan lainnya. Sekarang Kristal juga tertular virus bertanya-tanya?

Gavin kesal!!!

"Gue lagi serius!"

Kristal tertawa pelan lalu mengusap pipi Gavin sekilas. "Maaf-maaf, Milea khilaf." jawabnya.

Gavin memiting manja leher Kristal. "Ini bukan lo ya! Keluar lo! Keluar! Lo nempel dari jalan mana?! Keluar!" gemasnya.

Kristal sontak memukul lengan Gavin sebal. Dia malu karena mereka sedang di tempat umum.

"Serius, sayang. Bonekanya emang buat apa beli sampe dua gitu, besar-besar lagi."

"Buat di peluk kalau inget sama lo." gombal Kristal.

Gavin berdecak. "Tambah lagi!" titahnya so tegas lalu keduanya tertawa pelan.

***

Gavin masuk ke toko dalaman bermerk. Langganannya yang dia tahu Kristal pun selalu membeli merk yang sama.

Gavin melihatnya saat bercinta waktu itu.

"Gue malu!" sebal Kristal

"Kenapa malu? Gue udah tahu kok."

Kristal memukul lengan Gavin semakin sebal. Dia terpaksa masuk karena sudah ada pelayan menyambut dan mulai menawarkan beberapa barang terbaru.

Kampungan kalau sampai Kristal putar balik hanya karena malu oleh Gavin.

Gavin mendekati telinga Kristal. "Ambil yang merah di atas, yang. Lucu kalau lo pake." bisiknya.

Kristal menatap yang di maksud Gavin lalu pipinya sontak merona melihat style erotis hot itu.

"Ck! Gak! Masa anak kecil beli daleman gitu!" dumelnya lalu beralih pada gaya CD anak SD.

Gavin tetaplah Gavin dengan segala tingkahnya termasuk keras kepala. Di raih set dalam itu dan memasukannya ke dalam keranjang berwarna emas itu.

Kristal tidak ngeh, dia hanya memilih dan memasukannya. "Udah segitu, masih ada stok di rumah." jelasnya.

"Gue juga udah." Gavin pun lebih dulu ke kasir dan membayar semuanya.

Kristal melotot saat melihat pelayan kasir itu mengangkat dalaman merah itu. Di tatap kesal Gavin yang lurus-lurus saja.

Kristal keluar toko lebih dulu karena kesal plus malu. Dia duduk di kursi yang di sediakan pihak mall, menunggu Gavin di sana.

"Yuk, jangan marah." Gavin mencolek dagu Kristal.

Kristal memalingkan wajahnya. "Gue ga akan marah kalau kita ke sana!" tunjuknya pada toko serba-serbi Korea itu.

Gavin berdecak. "Gue masih suka cemburu liat lo mandang cowok cakep selain gue!" sebalnya.

"Lo lebay! Dia itu idola gue, ga mungkin gue gapai kali!" kesalnya.

"Yaudah! Satu tapi!"

"Hm.."

Tak lama mereka keluar dari toko dengan wajah Gavin di tekuk sebal. Belinya memang satu, tapi maksudnya satu orang satu.

Exo, NCT, dan yang lainnya. Gavin sampai di buat pusing karena merasa wajah mereka semua mirip tapi namanya berbeda.

"Haechan tuh gantengnya beda." Kristal menatap beberapa gambar di majalah itu.

Gavin tidak merespon. Kristal menoleh dengan bibir berkedut geli.

"Cemburu itu tahu tempat! Dia, mereka-mereka ini mau seganteng apapun cuma ada di ponsel, laptop, foto. Gue realistis kali, udah ada yang ganteng di depan mata gue kenapa harus cari yang lain."

Gavin memicingkan matanya, menatap Kristal agak ngeri. Itu bukan gaya Kristal. Manis sekali ucapannya, bahkan terkesan gombal.

"Kenapa?" Kristal tertawa pelan saat melihat ekspresi aneh Gavin.

***

"Laper ga?" tanya Gavin setelah memasukan seluruh belanjaan ke dalam bagasi mobil.

"Emang udah waktunya makan siang." Kristal pun lebih dulu masuk ke dalam mobil.

Tak lama Gavin masuk. "Yaudah ke dalem mall lagi aja." ajaknya urung meraih sabuk pengaman.

"Ga di sini, mau ke tempat biasa bolehkan?"

"Kamu nanyea?"

Kristal sontak mendatarkan wajahnya dan menatap Gavin kesal.

Gavin terbahak. "Keselkan lo?! Makanya jangan gitu! Gue lagi serius malah jadi Dilan kw!" di usap gemas kepala Kristal.

Kristal hanya mendengus dan menarik sabuk pengaman agak kesal.

"Kita beli tapi makannya di rumah ya?"

Kristal urung saat hendak menjawab kamu nanyea, dia sedang tidak ingin bercanda atau usil.

"Oke, tapi kenapa?"

"Mau berduaan, kangen." jawabnya mengandung makna yang luas.

Kristal menelan ludah. "Ga! Makan di sana aja!" tegasnya.

Gavin menulikan telinga. Dia akan tetap pada keinginannya. Dia sungguh kangen berduaan dengan Kristal.

Kristal Pawang Gavin (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang