9. Pelepasan Pertama.

38.1K 1.1K 9
                                    

     Gavin mengetuk pintu kamar Kristal tidak berhenti sampai pintu pun terbuka. Wajah Kristal terlihat galak tak bersahabat.

"Sayang!" Gavin berteriak di akhiri cegukan khass mabuk lalu memeluk Kristal.

Kristal yang belum siap agak oleng, bahkan melotot kaget saat Gavin terus mendorongnya hingga terlentang di karpet bulu.

"Minggir!" Kristal bergerak panik dengan menatap Gavin semakin galak.

"No! Kita ga boleh di pisah. Kayak dada ini!"

Kristal melotot saat satu telapak tangan Gavin menyentuh dadanya yang ada di balik piyama tanpa bra itu.

" GAVIIN!" Kristal menyingkirkan remasan lancang itu.

"Kangen mimi." Gavin menelungkupkan wajahnya di dada Kristal.

Kristal sontak memejamkan matanya malu sendiri. Kepala yang berat itu sungguh susah di pindahkan dari atas dadanya.

"Kangen mainin mereka, katanya mereka punya gue?!" Gavin berujar marah walau agak terdengar meracau.

Kristal menggeram kesal, dia akan marah saat Gavin bangun nanti. Untung saja orang tuanya belum pulang, kalau ada pasti Gavin benar-benar di batalkan jadi calon mantu!

Kristal melotot panik saat piyama rok yang di pakainya naik dengan begitu cepat dan saat itu juga bibir hangat yang lancang itu hinggap tepat di puncaknya.

Kristal mendorong kepala itu dengan histeris marah, wajahnya merah antara marah dan percikan gairah.

Astaga! Kristal meremas rambut Gavin dan menjambaknya kian kuat. Hisapan di sana malah semakin kuat.

Keduanya sama-sama kuat, hingga Kristal pasrah saat merasakan hisapan itu menyakitinya.

Jambakan terlepas, bibir itu pun menjauh. Kalau tahu begitu Kristal tidak akan menjambak Gavin lama.

"Ahh!" Kristal panik saat satunya di serang lagi, haruskah dia menjambaknya sebentar agar cepat terlepas?

Kristal menjambak, hisapan kian kuat lalu Kristal melepasnya. Namun meleset, Gavin malah semakin kuat.

"Ah sakit, Gavin!" Kristal memukul bahu Gavin brutal.

Kristal terisak pelan, hisapan dan gigitan itu menyakitinya.

Gavin duduk di kamar mandi Kristal dengan mengerang kesal pada dirinya sendiri, bagaimana bisa dia menyakiti dua bukit kesayangannya.

Gavin yakin saat ini dada Kristal merah atau memar karena hisapan dan gigitan itu. "Maaf, sayang." gumamnya. "Maaf untuk semuanya." lanjutnya.

***

Kristal menatap dirinya di cermin, mengusap memar di dada kirinya dan mengusap kemerahan di dada kanannya.

Mengingat malam itu wajah Kristal sontak memerah, saat pacaran biasanya Gavin hanya akan mengusap, menghisapnya ringan dan sebentar. Hanya sebatas itu.

Tapi malam itu Gavin menyentuh area lain yang membuat Kristal basah dan merasakan pengalaman pertama yang sulit di lupakan.

Apakah Gavin mengingat full kejadian malam itu? Kristal malu karena itu yang pertama kali, dia sampai bergetar.

"Astaga!" Kristal menutup matanya saat sadar jemarinya mulai membelai miliknya sendiri.

Kristal merasa aneh pada dirinya sendiri beberapa hari ini. Membaca buku pun menjadi tidak fokus.

Kristal Pawang Gavin (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang