27. Kristal Jadi Tidak Sabar

8.7K 399 2
                                    

      Kristal membuka matanya, entah sejak kapan pintu balkon terbuka membuat cahaya mentari masuk beserta semilir angin yang menenangkan jiwa.

Penyambutan pagi yang begitu indah apalagi Gavin sudah bangun lebih dulu dan kini tengah memandangnya. Penuh cinta.

Kristal terkekeh pelan, muka bantalnya jadi lucu. Tangannya terulur mengusap rambut Gavin yang berantakan kemudian dia elus sekilas rahang tegasnya.

"Pagi," sapa Kristal terlihat lebih manja, bahkan kini ndusel di d*da bidang Gavin yang telanjang.

Gavin mengecup kepala Kristal tanpa merasa risih dengan tingkah istrinya.

"Masih ngantuk," keluh Kristal kian manja. Entah bawaan atau memang dia ingin di manja, yang jelas Kristal suka saja padahal dia paling jijik bertingkah lebay menurutnya itu dulu.

"Ga boleh lewatin sarapan, kata dokter kamu—"

"Iya! Lima menit aja," potong Kristal agak merengek kian manja.

Gavin tergelak sesaat. Merasa perbedaan Kristal sebelum dan sesudah hamil begitu ketara. Astaga! Gavin bisa semakin jatuh hati kalau begitu caranya!

Selama kenal Kristal, dia berharap Kristal bergantung, patuh dan manja padanya. Tapi semua harapan itu terus pupus, sampai Gavin lupa dengan harapannya itu.

Tapi kini, harapannya terwujud. Ingin Kristal manja padanya, bergantung dan patuh.

"Janji?" Gavin mengurai pelukannya tanpa melepaskan, dia angkat sebelah tangannya sambil mendekatkan kelingkingnya pada Kristal.

Kristal cemberut lucu. Kalau saja sudah sikat gigi, Gavin ingin sekali membuat bibir itu bengkak kembali.

"Ga bisa, sepuluh menit deh!" Kristal membenamkan wajahnya lagi.

"Abis sarapan, tidur deh.." bujuk Gavin.

"Boong! Udah ga percaya! Kamu malah ajak jalan-jalan, jemur pagi!" dumelnya dengan masih nemplok manja.

"Kan biar sehat, sayang."

"Tapi ngantuk! Cuma minta sepuluh menit aja pelit!" bibir Kristal bergetar, suaranya yang lirih terdengar serak seperti akan menangis.

Gavin melipat bibirnya menahan senyum geli. Apa Kristal sadar dengan tingkahnya itu? Dulu saja Kristal mengolok orang lain yang bertingkah manja pada suaminya.

Sepertinya karma.

Karma baik bagi Gavin. Terima kasih Tuhan.

"Yaudah-yaudah, sst.. Lanjut tidur," Gavin memeluk kepala Kristal, mengusap puncaknya dengan mengulum senyum gemas sendiri.

***

"Ga mau!" rengek Kristal bagai bocah.

Astaga! Semakin hari Gavin malah semakin jengkel dengan rengekan Kristal. Jengkel sesaat jelas saja, selebihnya suka jika mood bagus.

"Aku baru cek data loh, ga kasihan sama aku? Kerja aku sambil liburan tetep aja banyak, sayangku,"

"Jadi ga mau pergi ke sana?!" Kristal terlihat siap menangis.

"Nanti, bukan engga mau, sayang." Gavin mengusap satu tetes air mata manja yang jatuh itu.

"Aku mual, maunya beli jeruk tapi yang di kota X, cuma sejam kok kalau dari sini," isaknya pelan.

"Iya aku berangkat tapi sebentar oke? Aku beresin semua dulu baru—"

"Yaudah," potong Kristal seraya beranjak menuju kamar. Merajuk.

Kristal Pawang Gavin (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang