25. Doa Yang Terkabul Dan Jejak Cinta

12.9K 462 2
                                    

"Hallo, sayangku." sambut Gavin saat Kristal membuka matanya.

Kristal tidak tahu sejak kapan dia ketiduran di mobil.

"Yang ga ngantuk ternyata tidur," sindirnya lalu meraih kepala Kristal dan dia peluk gemas sesaat karena Kristal menggeliat melepasnya.

Kristal mengusap rambut lalu wajahnya dengan masih mengumpulkan nyawa. Tidurnya singkat tapi rasanya enak, lelap.

"Udah sampe ternyata," gumam Kristal setelah melihat sekeliling.

"Hm, udah 10 menit aku di sini nungguin kamu bangun." Gavin merapihkan rambut Kristal sekilas.

Kristal menatap Gavin sejenak. Rasanya dia melihat lagi Gavin remaja. Lebih banyak perhatian dan sentuhan sayang.

Ternyata Kristal merindukan sisi itu dari Gavin. Dia senang bisa merasakannya lagi. Hubungan mereka benar-benar tak baik-baik saja.

Kristal merasa jadi istri yang begitu keras kepala karena ingin bekerja. Bukannya istirahat, terus berusaha agar hamil dia malah lari untuk menghindar dari sesuatu yang terus mengganggu pikirannya itu.

"Kenapa liatinnya kayak gitu? Lagi mau ya?" Gavin memicing geli, mencolek dagu Kristal sekilas.

"Hm, mau tampol!" Kristal memukul manja lengan lalu pipi Gavin. "Kita turun, harusnya kamu tuh bangunin! Kalau kita terlambat gimana?!" omelnya.

"Dasar ya kamu! Apa semua istri itu suka ngomel?" herannya sambil ikut turun.

"Apa semua suami itu hobbynya bikin kesel istri?"

Gavin tertawa pelan seraya bergerak memeluk Kristal. "Gitu amat sama suami, emang kesel apa sih, sayang?" kekehnya.

"Tuh, liat sekarang muka kamu ngeselin!"

Gavin terbahak. "Ganteng gini," dia benarkan tatanan rambutnya.

"Tuh, tambah ngeselin,"

***

"Makan dulu, sayang." Gavin melirik Kristal yang menguap, sepertinya masih ngantuk sampai tidak nafsu makan. Biasanya Kristal akan paling semangat kalau soal makanan.

Kristal memejamkan mata setelah menggelengkan kepala. Kedua matanya sungguh berat.

Satu setengah jam pun berlalu, Kristal maupun Gavin bangun dari tidurnya. Sebentar lagi sampai, keduanya harus bersiap.

"Kenapa?" Gavin merangkul Kristal selama berjalan setelah turun dari pesawat.

Kristal terlihat meringis. "Masa mau datang bulan, belum jadwalnya aduh kram perut." wajah Kristal menekuk sakit, dia tidak sanggup berjalan.

Gavin terus memapahnya. "Mau gendong?" tawarnya.

Kristal menggeleng, wajahnya kian pucat. Kristal tidak tahu kenapa datang bulannya kali ini sangat sakit.

"Mba! Itu darah!" pekik orang lain dari belakang mereka.

Kristal menunduk, pantas saja dia merasakan sesuatu mengalir dari selangkangannya. Kram perutnya semakin menjadi, panggulnya sakit juga.

Gavin syok. "Kenapa, sayang? Tembuskan ini?" paniknya.

"Mas, apa mbanya hamil?" tanya orang lain itu. Perempuan matang.

Beberapa orang ikut mendekat, petugas bandara dan sebagainya pun membantu membawa Kristal ke rumah sakit terdekat.

***

Gavin terus memeluk Kristal yang merasa bersalah. Dia menyesal tidak menuruti Gavin untuk konsultasi dengan dokter kandungan.

Jika saja waktu itu Kristal lebih patuh, mungkin anaknya akan tetap ada. Walau masih gumpalan darah.

Kristal Pawang Gavin (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang