4. Pertengkaran Kecil

23.4K 1.3K 25
                                    

        Gavin menyandarkan kepalanya di bahu Kristal, menatap jemari Kristal yang tengah asyik menari di atas kertas sketsa. Begitu pintar dan terlihat mudah.

"Gambar apa sih itu?" Gavin jadi penasaran, sebenarnya apa yang tengah di buat Kristal.

Kristal lebih dulu menyingkirkan kepala Gavin yang menghambat gerak tangannya. "Tebak aja." jawabnya datar sambil lanjut menggambar.

"Ga mau main? Ga bosen di kamar terus kayak gini?" Gavin menatap si Introvert kesayangannya.

"Engga."

Gavin menghela nafas, dia yang kebosanan. Jalan-jalan di minggu begini padahal lumayan seru.

"Ntar malem gue balapan."

Kristal masih acuh, dia tidak mau tahu dan tidak bisa melarang soal itu. Gavin agak keras kepala soal.

"Oh iya, gue mau kasih tahu juga kalau bibir gue udah sembuh."

Barulah Kristal menghentikan gerakan tangannya.

"Lo harus cium gue, Kristal." bisik Gavin lalu melilitkan lengannya ke perut Kristal, takutnya dia kabur.

Kristal menatap Gavin. "Emang harus? Waktu itu gue cuma—"

"Ga ada alesan!" tegas Gavin sambil mendekatkan wajahnya.

"Tunggu bentar! Kita—"

"Apalagi?" gemas Gavin sambil meraih wajah Kristal lalu menyatukan bibir tanpa ada aba-aba.

Pegangan di buku sketsa dan pensil pun lepas, kedua benda itu jatuh begitu saja saking kagetnya Kristal.

Kristal mengerjap pelan lalu memejamkan mata saat Gavin mulai melumat bibirnya lembut.

Gavin menyesap pelan setelah mencecapnya, perlahan dia buka bibir Kristal dengan dorongan lidahnya.

Kristal meremas lengan Gavin dengan jantung semakin menggila, perutnya menegang dan rasanya sungguh baru.

"Eungh.." tanpa bisa Kristal cegah, suara aneh menurutnya itu muncul saat lidah Gavin membelit lidahnya yang kaku.

Gavin semakin semangat, mengubah posisi wajahnya untuk mengambil nafas sejenak. Tak lupa, tangannya mulai tidak bisa diam.

"Eum, Gavin." lirih Kristal dengan tangan berusaha mendorong dada Gavin.

Gavin pun melepaskan pagutan. Keduanya sontak terengah dengan mata saling terkunci.

Gavin menyeka bibir Kristal lalu tersenyum. "Enak ga?" tanyanya mesum.

Kristal hanya bisa merona tanpa menjawab.

Wajah jutek yang memerah itu malah membuat Gavin gemas. Ingin gigit rasanya.

***

Gavin melepas helmnya, di sambut meriah oleh rekan satu gengnya. Gavin tersenyum remeh pada Zayan.

"Gavin di lawan! Kalah lagikan lu nyet!" Budi berseru bangga.

Gavin tersenyum sengit pada lawannya yang kini menggonggong tidak terima itu.

Gana hanya tersenyum mengamati lalu mendekati Gavin dan menepuk bahunya. "Selamat, gue tahu lo emang susah di kalahin." kekehnya.

Gavin merangkul Gana. "Menurut lo, kita rayain pake apa nih?" tanyanya.

Gana mengangkat bahu sesaat. "Tergantung, lo pulang ga malam ini? Kalau engga kita minum." jawabnya kalem.

"Nah, setuju gue." Jamal ikut masuk ke dalam percakapan.

"Udah lama ga minum, tapi besok senin." Budi mulai mengeluh dan yang lain pun sama.

Gavin melirik lawannya yang kini membubarkan diri tanpa perlu di usir itu. "Paling kita bolos sehari." jawabnya santai.

***

"Gavin ga sekolah ya?" Bidari berbisik pada Kristal yang asyik baca buku.

"Mungkin."

"Kenapa?" Bidari selalu saja di buat penasaran dengan Gavin dan Kristal. Keduanya itu sangat dekat namun selalu menolak jika di sebut pacaran.

"Ga tahu, bukan emaknya." jawab Kristal kalem.

"Cih! Gue sobek juga tu buku!" amuk Bidari lalu mulai kembali bermain ponsel sambil menunggu pesanan datang.

Sebenarnya Kristal sudah tahu. Gavin pasti mabuk-mabukan setelah balapan. Kristal memang tidak suka tapi rasanya terlalu bawel kalau dia terus melarang.

Kristal merogoh ponselnya di dalam saku yang bergetar.

Gavino
Sayang, pulang gue jemput ya, di tunggu di deket halte.

Kristal hanya membaca tanpa membalas. Bukan marah, sedang malas saja.

Satu pesan kembali muncul.

Gavino
Lv you.. Kangen.

Kristal menggeleng samar, apa anggota gengnya tahu kalau Gavin selebay dan sebucin itu?

Gavino
send pict

Kristal menatap foto Gavin yang tanpa atasan, matanya agak sembab seperti orang yang baru bangun tidur.

Gavino
Nanti main di kamar kamu ya, sambil pijitin kepala.

***

Kristal memukul bahu Gavin. "Turun ga?! Gue ga suruh lo tiduran di atas gue dengan berbantalkan dada!" amuknya galak.

Gavin malah ndusel sambil mengeratkan pelukan.

"GAVIN!"

Gavin menatap Kristal. "Apa sayang? Gue lagi pusing.." keluhnya.

"Terus kalau pusing harus rebahan di—"

"Lo ada rasa ga sih sama gue? Sejijik itu lo sama ketua geng ini?" potong Gavin dengan begitu sensitif.

Gavin mungkin sedang lelah makanya dia jadi sensitif. Di tambah dia pusing habis mabuk-mabukan.

Kristal mingkem.

"Gue tahu gue paksa lo waktu itu, apa sekarang pun lo masih merasa terpaksa?"

Kristal menelan ludah. Benar, Gavin tidak selamanya akan sabar menghadapi segala penolakan dan tingkahnya.

Kristal menahan lengan Gavin yang hendak menjauh itu. "Ga gitu, gue takut kita lewatin batas." jelasnya pelan.

Kristal Pawang Gavin (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang