"𝑮𝒖𝒆 𝒚𝒂𝒌𝒊𝒏, 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒍𝒐 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒍𝒆𝒏𝒈𝒌𝒖𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒊𝒃𝒊𝒓 𝒍𝒐, 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒅𝒖𝒏𝒊𝒂 𝒃𝒂𝒌𝒂𝒍 𝒕𝒂𝒌𝒍𝒖𝒌 𝒓𝒂"
____
Mainan tergeletak dimana mana. Coretan di dinding tampak sudah penuhh. Tawa anak kecil memenuhi ruangan itu. Aroma khas bayi menusuk hidung bagi siapa saja yang memasuki ruangan tak besar itu.
"Ariii, nanti kalo ari udah gede, harus bisa jagain mama okeyy?"
"Nggak mau ari kan gedenya masih lama"
"Makannya nantiiiii bangetttt pokoknya kalo ari udah gede dehhh, udah kaya kakak"
"Kan ada kakak, ari kalo udah gede mau jadi polisi"
"Ide baguss!"
Hidung anak kecil di depannya tampak ia cubit gemas.
"Kakkkk, genannnn!"
Suara nyaring jelita tampak jelas di dengar genan yang sedang asik bermain dengan adiknya.
"Iya maaaaaa!"
"Jagain ari dulu, mama mau ke supermarket sebentar"
Genan beranjak dari duduknya. Memilih untuk menemui jelita.
"Naik apa ma?"
"Angkot aja, kamu jagain ari sebentar ya"
"Genan anterin aja ayo"
"Nggak usah, kamu di rumah aja sama ari, yaudah kalo gitu mama berangkat dulu ya"
Genan kembali ke kamar sang adik. Lalu berbaring di kasur kecil itu. Bahkan kakinya melebihi panjang dari tempat tidur adiknya.
Merasa bosan karena ari juga sudah tertidur pulass, dan kebetulan jelita juga sudah pulang membeli bahan masakan untuk makan malam mereka, akhirnya genan memutuskan pergi ke kamarnya.
Ia membuka buku catatannya mengerjakan beberapa soal yang menurutnya mudahhh.
Tiba tiba pintu kamarnya terbukak. Menampakan wajah jelita yang sudah menahan air mata.
"Mama? Kenapa?"
"Ada papa kamu diluar, temuin dulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
NARARYA || END✔️
Teen Fiction"Genan semesta itu jahat untuk orang seperti kita, mereka tidak bisa memberikan kita rasa baik baik saja, semesta terlalu jahat untuk kita yang menganggap semua orang baik genan" "Tapi gue tetep bersyukur karena semesta mengizinkan lo untuk di sampi...