"Genan semesta itu jahat untuk orang seperti kita, mereka tidak bisa memberikan kita rasa baik baik saja, semesta terlalu jahat untuk kita yang menganggap semua orang baik genan"
"Tapi gue tetep bersyukur karena semesta mengizinkan lo untuk di sampi...
Arna tiba di rumah sakit malam itu, mengantarkan beberapa pakaian untuk nara. Saat dirinya membuka pintu ruangan itu ada sedikit senyum yang ia kembangkan ketika melihat gadis itu sedang tertawa lepas bersama genan. Ia seakan tidak ingin membiarkan senyum gadis itu pudar, ia memilih untuk menunggu sebentar di ambang pintu.
"Kenapa, genan kan harus sembuh, kasian tau ari nanti main sama siapa?"
"Sama gue lah, gue kan super herro jatuh dari ketinggian beberapa puluh meter juga paling mati doang ahhaahha"
Kini arna mulai memasuki ruangan itu.
"Ekhemm, asik banget ngobrolnya. Nih ra gue bawain pakaian, ganti dulu gih"
Nara mengiyakan dan segera pergi menganti pakaiannya.
"Gimana keadaan lo ge?"
"Nggak papa kok, tadi gue coba untuk lebay aja, pinsan segala"
"Nggak lucu. Udah berapa lama lo sakit kayak gini, malah lo diemin"
"Selama gue masih bisa tahan sendiri gue nggak bakal ngasih tau si, cuma timingnya aja kurang tepat, malah kalian harus tau dari dokter, gue cuma nggak mau orang di sekitar gue khawatir sama kondisi gue"
"Tapi lo masih bisa sembuhkan?"
"Nggak tau, sekasihnya sama yang di atas"
"Lo lupa janji lo? Kalo bukan lo yang bahahagiain nara siapa lagi?"
Genan menatap arna dengan lekat.
"Maka dari itu, kalau gue nggak bisa nepatin janji gue, gue mau lo jaga nara, nggak usah banyak, sebisanya lo aja. Gue tau cepat atau lambat penyakit gue bakal gerogotin gue lebih dari ini"
Jelas terlihat genangan air mata di pelupuk arna.
"Harus banget ngomong kayak gitu? Udah ngasih apa lo sama nara sampe lo berani ngomong kayak gitu?"
"Gue cuma bisa berusaha semampu gue na, kalau memang nantinya penyakit gue parah, gue juga nggak mau nara tau, kalau nantinya gue pergi ninggalin dia gue juga nggak mau dia tau, gue nggak mau nara sedih"
