"𝑴𝒂𝒓𝒊 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒓𝒂𝒚𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒂𝒌𝒊𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒓𝒂𝒚𝒂𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒄𝒊𝒍 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊"
______
Semuanya cukup di mengerti hari ini, bahwa sesungguhnya setiap manusia mempunyai waktu masing masing, waktu yang tepat untuk mencapai apa yang benar benar mereka mau, dan waktu setiap orang itu berbeda.
Binar mata terpancar dari keduanya. Bahkan binar mata yang belum pernah siapapun lihat sebelumnya.
"Atas rasa sakit dan rasa bahagia yang pernah kita rasakan, mari bersama kita rayakan hari ini untuk rasa itu, mari rayakan itu semua untuk diri kita masing masing, mari saling bertrimakasih kepada diri sendiri"
Senyum yang benar benar merekah sangat ringan tampak dari keduanya. Bahkan gelak tawa mengikuti setiap detik yang mereka lalui hari ini.
"Gue ada sesuatu, lo tunggu disini ra"
Tiba tiba saja pria itu sudah meninggalkan nara duduk sendiri di pantai. Nara hanya menikmati air yang menari di depannya. Pasir putih yang menangkap kakinya benar benar membuatnya enggan untuk beranjak.
Akhirnya genan kembali, membawa sebuah kotak kaleng bekas yang entah dari mana ia dapatkan.
"Buat apa genannn?"
"Gue mau kita buat keinginan terbesar kita disini, dan rasa kekecewaan terbesar kita, nanti kita kubur dan gue mau kita bukak ini nanti kalau kita udah lulus sekolah, kita bareng bareng bukak kotak ini"
Nara tersenyum, ia merasa ide genan kali ini benar benar ajaib. Nara memberikan buku yang ia bawa, mereka mulai menulis surat untuk masa depan mereka.
Nara memberhentikan aktifitasnya. Ia membuka isi tasnya dan mengeluarkan buku diari miliknya.
"Nara rasa ini lebih dari cukup untuk di kubur dalam dalam"
Seketika genan menatap buku diari yang tampak sudah usang itu. Nara tersenyum lebar. Genan hanya tersenyum simpul. Akhirnya gadis itu ,memutuskan untuk mendekat ke tepi pantai itu, meninggalkan genan yang masih sibuk untuk surat masa depannya.
Sapuan ombak itu mulai menyapu jari jari kakinya yang mungil, ia melangkahkan lagi agar lebih dekat dengan air, kini kakinya benar benar tersapu oleh ombak tenang itu.
Ia berjalan menyusuri pantai itu, ia melihat jejak kakinya sendiri yang sedetik kemudian tersapu ombak.
"Seperti harapan yang sudah berjejak namun akan terhapus oleh keadaan yang sebenarnya, apa sesulit itu untuk benar benar menggapainya?" Batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARARYA || END✔️
Fiksi Remaja"Genan semesta itu jahat untuk orang seperti kita, mereka tidak bisa memberikan kita rasa baik baik saja, semesta terlalu jahat untuk kita yang menganggap semua orang baik genan" "Tapi gue tetep bersyukur karena semesta mengizinkan lo untuk di sampi...