PART 47 | GORESAN TANGAN GENAN

8 0 0
                                    

"Mungkin hanya kertas kertas penuh goresan yang bisa membuatmu jauh lebih tenang daripada pelukan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mungkin hanya kertas kertas penuh goresan yang bisa membuatmu jauh lebih tenang daripada pelukan"

________

"Dengan berat hati, kami memberitahukan bahwa sodara genandra putra abinaya pada pukul 17.19 di nyatakan meninggal dunia"

"BOHONG! NGGAK, GENAN BILANG GENAN MAU TIDURRRRR! tante bilang ke nara, nara cuma mimpi kan, ini nggak nyata kan tante, tante genan bilang sama nara genan capek genan mau tidur tante, nggak mungkin, genan cuma tidurrrrrr hikssss"

Arna lalu mendekap nara denagan erat, sementara alita masuk kedalam untuk menemui anaknya terakhir kali. Ia kembali melihat wajah pucatnya.

"Nggak papa sayang, kamu udah nggak rasain sakit lagi kan? Mama sayang sama kamu, tapi Tuhan lebih sayang ke kamu"

Alita mengecup kening anak lelaki di depannya yang sudah terbujur kaku. Alita keluar dengan hati yang sangat amat sakit. Ia tidak bisa menahan tangisnya sekarang. Anak yang ia besarkan dengan kasih sayangnya. Anak yang paling ia banggakan sekarang sudah pergi meninggalkannya, tidak untuk sementara, tapi untuk selamanya.

"Kak arna, dokternya bohong kann?"

"Sayang, ikhlasin genan ya, maafin segala kesalahan genan selama ini hikss"

Tubuh nara meremang. Pandangannya gelap. Sampai akhirnya tubuhnya terjatuh di lantai.

"Tuhan, jika ini mimpi nara mohon bangunkan nara"

Saat membuka matanya ia sudah terbaring di ranjang rumasakit dengan infus. Ia juga sudah memakai baju pasien. Perlahan pikirannya kembali. Ia teringat bahwa ada manusia yang amat ia sayangi, kini benar benar pergi. Dalam waktu yang singkat di saat yang paling bahagia.

"Ini nggak nyata kan?"

Nara memegangi kepalanya. Ia berasa ia hanya tidur dan memimpikan hal buruk. Ia melepas infus yang berada di lengannya, berjalan perlahan ke ruangan genan di rawat. Namun ranjang pasien itu sudah bersih dan rapi.

"Sus, pasien yang di rawat disini dimana ya?"

"Pasien bernama genan, dia sudah di bawa dan akan segera di makamkan hari ini"

Bak di sambar petir, rasa nyeri di dadanya menyelimuti dirinya. Kesedihan kini menguasai nara. Dengan telapak kaki tak beralas ia berlari menyusuri koridor, menyusuri jalan sampai akhirnya ia sampai di sebuah pemakaman yang sudah ramai dengan pakaian hitam. Isak tangis jelas ia dengar dengan jelas.

Kakinya lemas seketika. Ia menggeretnya dengan paksa. Sampai akhirnya ia ikut berada di kerumunan itu.

"Genan"

Wajah pucat nara langsung mengalihkan pandangan alita yang sudah sembab. Mata nara tak lepas dari tanah merah yang menggunung di depannya dengan nisan bertuliskan genandra putra abinaya. Kakinya yang lemas kini jatuh bertekuk di sampung makam itu. Ia meraih nisan itu mengusapnya pelan.

NARARYA || END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang