PART 2 | GEMERLAP LAMPU DAN TEDUHNYA POHON

25 4 0
                                    

"𝑲𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒏𝒂𝒓𝒂 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉, 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉𝒊𝒏 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒕𝒆𝒕𝒆𝒑 𝒏𝒂𝒓𝒂"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"𝑲𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒏𝒂𝒓𝒂 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉, 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉𝒊𝒏 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒕𝒆𝒕𝒆𝒑 𝒏𝒂𝒓𝒂"


_______

Rerumputan yang membentang itu, tampak sangat tenang di pandang mata. Pohon pohon besar mendominasi tempat itu. Tempat yang masih basah karena guyuran hujan tadi pagi.

"Kenapa ngajak gue kesini ra?"

"Kak arna kalau mau pulang pulang aja nggak papa kok, nara disini sendirian nggak papa"

"Udah gue anterin malah nyuruh gue balik"

"Nara nggak papa kok kak"

Arna menyerah dan memutuskan untuk menemani sang adik. Mereka duduk di kursi bawah pohon. Udara dingin sejuk membuatnya enggan beranjak.  Nara memejamkan matanya, menghirup udara yang dirasanya sangat segar itu.

"Kak arna, nanti kalau kakak nemuin nara lagi sedih, nara mau, kakak peluk nara, boleh?"

Arna menatap mata gadis di depannya itu. Sudah ada genangan air yang siap meluncur kapan saja. Entah kenapa ada perasaan sakit saat nara mengatakan hal itu.

"Bolehh" jawabnya lirih.

Ia tau kalau setiap malam sang adik menangis sesenggukan. Tapi tak sekalipun ia menanyai keadaan adiknya tersebutt.

"Apa yang nggak boleh kak arna lakuin ke nara, jangan kakak lakuin, jangan buat mereka kecewa"

Lelaki itu mulai menundukan kepalanya. Ia mengingat kembalii perkataan orang tuanya sedari mereka kecil.

"Apapun yang terjadi kepada nara. Biarin, kalau kamu bantuin nara nggak akan pernah dewasa, kamu paham arna?"

"Tapi paa"

"Jangan terlalu dekat dengar nara kalau di sekolah, jangan terlalu jaga nara!"

"Nara adik aku paa"

"Biarin nara tumbuh sendirii, ingatt arnaa, nara itu kayak anak kecil, otaknya nggak akan pernah maju kalau sering kamu bantuin, justru nara akan ketergantungan sama kamu"

Perkataan menyakitkan itu datang beberapa tahun lalu. Hati kecil nara sudah lama tergores oleh orang orang di sekitarnya.

"Lo nggak papa kan ra? Kalau mau cerita cerita aja"

"Kalau nara cerita, kakak bakal ngertiin nara, kakak bakal bantuin nara? Kakk, nara tau kok, jadi percumah nara cerita, biarin nara rasain sakitnya sendiri!"

"Maaf ra"

Air mata itu berhasil lolos dari pelupuk matanya.

"Nara cuma pengin rasain gimana pelukan mama sama papa sekali aja kak, nara pengin denger mama bilang  sayang ke nara, nara cuma mau papa nyempetin waktu buat nara!"

NARARYA || END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang