"Genan semesta itu jahat untuk orang seperti kita, mereka tidak bisa memberikan kita rasa baik baik saja, semesta terlalu jahat untuk kita yang menganggap semua orang baik genan"
"Tapi gue tetep bersyukur karena semesta mengizinkan lo untuk di sampi...
Nara membaringkan tubuh kecilnya di ranjang. Memejamkan matanya. Berharap ketika ia membuka matanya, kejadian hari ini hilang dalam ingatannya. Ia tidak mau hati kecilnya hancur terus menerus.
Dirasa sudah cukup tenang ia membuka matanya. Melihat atap yang masih sama serta cat yang sudah lapuk itu.
Nara keluar dari uks menuju kelasnya. Matanya masih sembab. Dengan berat dia berjalan menuju kelasnya. Namun sialnya ia berpapasan dengan yodha. Kepalanya tertunduk menatap sepatunya yang tak kotor.
Dia melangkahkan kakinya lebih jauh, berusaha tidak mengenal sosok itu padahal ia tau dan kenal sosok itu.
"Selalu tidak di anggap, bahkan ketika di depan publik selalu arna yang di tampilkan, nara selalu jadi penonton setia atas kebahagiaan mereka, sementara rasa sakit yang tidak bisa di tahan ini akan terus menerus datang tanpa batas, pada akhirnya ada manusia yang di inginkan untuk lahir dan ada manusia yang tidak di inginkan untuk di lahirkan"
Kejadian itu berlalu begitu saja seperti tidak saling mengenal satu sama lain. Ia mendudukan tubuhnya di kursi mikiknya. Menatap langit yang hari ini sedang cerah.
Biru, warnanya selalu terang bersinar. Awan yang berada di sekelilingnya serasa melengkapi keindahannya. Serta satu peran penting untuk menampakan warna cantiknya. Matahari yang selalu bersinar terang namun tidak bisa terlihat oleh mata. Perannya penting. Namun semua orang lebih menyukai bulan daripada matahari. Bintang malam selalu menarik bagi semua orang daripada awan yang terlihat seperti kapas. Dan sekali lagi langit malam sering di harapkan daripada langit siang. Namun tidak sedikit yang mengagumi langit di siang hari.
Mata sembab menjadi pandangan pertama yang genan lihat. Hanya ada genan dan nara di kelas, semua orang sedang sibuk dengan makan siang geratisan yang di sediakan oleh yodha.
"Lo kemana aja nararya? Gue nanya"
"Uks, kepala nara sakit tadi, sakit harus liat anak kesayangan papa yang di panggil. Emang nara harus selalu jadi penonton atas kebahagiaan mereka ya ge? Nara sakit juga liat kejadian tadi, padahal nara pikir nggak akan sesakit itu"