"Kupu kupu dan lingkaran yang berproses menjadi lebih baik"
_______Setelah kejadian itu akhirnya genan di rawat beberapa hari di rumah sakit. Setelah akhirnya menjalani terapi, genan di perbolehkan untuk pulang dan bisa beraktifitas seperti biasa asal tidak terlalu lelah dan tidak terlalu banyak fikiran.
Detik jarum kala itu seakan melambat berputar, cahaya yang menerobos ruangan penuh buku itu seakan menunjukan bahwa ada manusia yang di ciptakan alam semesta begitu sempurna. Walau helaian rambutnya yang tak lagi tebal, itu tak mengurangi kadar kesempurnaanya. Ia menatap lekat seakan itu adalah hari terakhir untuk melihatnya.
"Aku ingin kamu bisa tersenyum sepanjang hari bersamaku, aku ingin kamu berbahagia nantinya, aku juga ingin melihat rambutmu kembali tumbuh tebal, dan aku juga menginginkan kulit pucatmu berwarna kembali"
Berbulan bulan ia lewati dengan penuh suka dan sedih. Orang tuanya yang sama sekali tidak menemuinya atau sekedar menghubunginya membuatnya yakin bahwa mereka memang tidak menginginkannya.
Ia sekarang mulai berdamai dengan dirinya sendiri, melewati hari harinya dengan orang yang peduli dengannya. Benar bahwasannya seseorang akan jauh lebih bahagia dengan orang orang yang mampu menghargai hal sekecil dengan orang sekitarnya. Namun bukan menolak untuk tak rindu dengan sosok orang tuanya, ia ingin sekali menemuinya, namun arna selalu tak memberikannya izin. Ia juga berharap suatu saat orang tuanya menghampiri dirinya dengan kasih sayang.
"Udah nggak usah di tatap terus kali, guenya nggak akan pergi"
Nara hanya mengembangkan senyumannya. Darah segar kembali keluar dari hidungnya. Nara sigap mengambil sapu tangan. Sebenarnya ia sangat khawatir dengan kondisi genan yang semakin hari semakin buruk.
"Ra, gue mau ngasih kejutan buat lo"
"Kok ngomong si, yang namanya kejutan kan rahasia"
"Biarin lah, gue mau kasih kejutan sepesial buat lo di hari kelulusan, gimana? Penasaran kan?"
"Ihh masih lama genaannn kenapa ngomongnya sekarang"
"Ya biar lo penasaran"
"Nyebelin"
Pulang sekolah ternyata tak semulus yang di bayangkan, setelah cuaca panas tidak ada angin justru sekarang hujan deras. Terpaksa genan dan nara meneduh di teras sekolah.
Namun nara tersenyum kecil melihat hujan yang turun begitu tiba tiba. Dari belakang genan meraih tangan nara dan menggenggamnya.
"Lo nggak dingin?"
"Dingin"
Genan lalu menggesek gesekan kedua telapak tangannya kemudian menempelkannya di wajah nara.
"Gimana hangat kan?"
Hal hal kecil seperti itu saja ingin membuatnya menangis. Ia tersenyum sambil menganggukan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARARYA || END✔️
Teen Fiction"Genan semesta itu jahat untuk orang seperti kita, mereka tidak bisa memberikan kita rasa baik baik saja, semesta terlalu jahat untuk kita yang menganggap semua orang baik genan" "Tapi gue tetep bersyukur karena semesta mengizinkan lo untuk di sampi...