"Genan semesta itu jahat untuk orang seperti kita, mereka tidak bisa memberikan kita rasa baik baik saja, semesta terlalu jahat untuk kita yang menganggap semua orang baik genan"
"Tapi gue tetep bersyukur karena semesta mengizinkan lo untuk di sampi...
Perlahan barisan anak yang berada di ruang meninggalkan tempat duduk masing masing. Menyisakan bangku kosong di mana mana. Suara riuh obrolan tidak berguna memenuhi koridor koridor sekolah.
Nara masih terduduk di bangkunya, ia enggan beranjak. Di luar masih tampak hujan deras yang tidak mau berhenti sedari tadi pagi. Ia kembali menatap jendela itu entah kesekian kalinya.
Sementara ada seseorang yang masih menunggunya beranjak dari tempat duduknya.
"Ra lo nggak mau pulang?" Genan beranjak dari tempat duduknya.
"Kayaknya ujan ujanan seru banget ya genan"
"Lo kan baru sembuh raa"
Wajah gadis itu berubah murung. Genan mengulurkan tangannya.
"Kita pulang bareng sambil nikmatin guyuran hujan, mau?"
Entah datang darimana tapi lengkungan indah itu mungcul tiba tiba menyapa genan. Ia baru pertama kalinya mendapati gadis itu sebahaia ini, hanya perihal hujan.
Nara meraih tangan genan beranjak dari tempat duduknya. Mereka sekarang tampak berada di teras depan sekolah. Masih menatap riuhnya hujan di depan mereka.
Gadis itu menatap hazel mata di sampingnya.
"Makasih genan, nara nggak pernah sebahagia ini sebelumnya"
"Gue kan udah janji buat nepatin janji gue agar lo bisa bahagia, dan ini salah satunya"
Tanpa aba aba gadis itu langsung melompat di genangan air bersama derasnya hujan.
"Genan, ayokkk"
Dan ini adalah pertama kalinya ia mendengar suara gadis itu dengan lantang.
Genan melangkahkan kakinya. Hujan deras sore itu benar benar membasahi mereka. Tawa gadis itu tampak sangat sempurna terdengar di telinganya.
Mereka mulai berjalan menyusuri jalanan kota yang basah. Bahkan dedaunan dan pohon seakan menyambut mereka.
"Ra lo nggak pernah takut sakit kalo ujan ujanan?"