"𝑨𝒑𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕 𝒌𝒆𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂𝒂𝒏?"
________
Nara memasuki rumah besar itu. Namun pemandangan yang ia saksikan hanyalah rumah kosong tanpa pemilik. Ia tidak menemukan satupun orang di rumah itu, bahkan termasuk pembantu rumah tangga yang biasanya ada, sepertinya semua orang sibuk dengan pesta ulang tahun arna.
Ia kemudian pergi ke kamarnya menaruh kue ulang tahun yang ia beli di nakas mejanya. Namun dirinya menemukan secarik surat dari sang kakak.
"Gue harap lo bakal dateng ra"
Nara menatap surat itu dengan berat hati. Sejujurnya ia ingin sekali datang ke acara itu, tapi tidak mungkin. Ia juga tidak mau membuat masalah, kalaupun datang nara hanya akan menjadi orang asing, bukan sebagai adik arna. Mengesalkan sekali. Nara menghela nafas beratnya.
"Maafin nara kak, nara nggak bisa"
Ia hanya tidak ingin sang ayah menyalahkan dirinya kalau dirinya hadir di acara itu, bahkan mungkin saja arna akan kena omel lelaki itu karena mengundang sabagai adik.
Sungguh aneh, ada sebagian keluarga yang merayakan acara penting bersama keluarga besar mereka, tapi tidak nara, keluarga kecil pun merayakan ulang tahun tanpa dia.
Lagi lagi matanya menatap kue ulang tahun di depannya. Ia hanya tidak tau akankah dirinya bisa merayakan acara ulang tahun dengan sang kakak atau tidak sama sekali.
"Kenapa rasa kayak gini selalu nara rasain bahkan di rumah yang kata semua orang adalah tempat ternyaman, tapi kenapa nara tidak merasakan itu, rasanya resah disini, tidak ada ketenangan"
Ia pergi ke dapur untuk mencari makanan untuk mengganjal perutnya, namun ia tidak menemukan apapun. Nara hanya membuat teh hangat dan membawanya kembali ke kamarnya. Ia hanya bisa memakan kue sus yang tadi di belinya di toko.
Nara memakan roti sus itu dengan nikmat. Namun entah kenapa dadanya terasa sesak. Rentetan kejadian masa lalu tiba tiba saja terasa tergambarkan di depan matanya. Satu air matanya berhasil lolos.
•••
Gadis berusia 7tahun itu tampak menggenggam roti sus dengan kuat. Ia memakan roti itu sendirian di sudut ruangan dingin. Ia hanya bisa menyaksikan seseorang yang sedang merayakan ulang tahun dengan bahagia. Ya nara hanya menonton adegan itu dengan rasa sakit, bersama roti sus yang sudah terasa kering, namun ia paksakan untuk di telan.
Menyesakan, bagi anak usia 7tahun itu adalah hal paling sensitif. Ia mendengar gelak tawa manusia di depannya. Perlahan mata mata itu melihat ke arahnya, menatapnya dengan tatapan menghakimi.
Ia menundukan kepalanya, menyangganya dengan kedua kakinya yang tertekuk rapat. Tak terasa air mata mengucur dengan derasnya. Sampai akhirnya, ia tidak mendengar suara riuh itu lagi. Ia melihat sofa kosong di depannya, hanya berisi sisa sisa kebahagiaan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARARYA || END✔️
Roman pour Adolescents"Genan semesta itu jahat untuk orang seperti kita, mereka tidak bisa memberikan kita rasa baik baik saja, semesta terlalu jahat untuk kita yang menganggap semua orang baik genan" "Tapi gue tetep bersyukur karena semesta mengizinkan lo untuk di sampi...