"𝑩𝒖𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂? 𝑻𝒂𝒑𝒊 𝒌𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝒂𝒌𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒃𝒆𝒅𝒂?"
___________Semilir angin yang berhembus, menyapu helaian rambut gadis yang duduk termenung sendirian. Menatap hamparan rerumputan di bawah pohon rindang.
Pikirannya tenang, jiwanya bebas, seakan setiap hembusan angin membawa satu persatu suara di kepalanya.
Perlahan ia memejamkan matanya. Menikmati suara dedaunan yang saling bergesekan. Mungkin ini yang di namakan ketenangan setelah hujan.
"Nararya" samar terdengar suara yang memanggilnya.
"Nararya" sekali lagi ia mendengar suara pelan itu.
Ia berusaha mencari sumber suara itu. Saat ia membalikan badannya ia mendapati Yodha perdiri sambil tersenyum kepadanya.
"Maafin papa nara, papa salah selama ini, maafin papa udah nuntut banyak dari kamu"
Nara masih tak percaya atas apa yang ia dengar dan apa yang ia lihat. Dari kejauhan tampak perempuan yang ikut datang menemui yodha.
"Sayang! Kenapa minta maaf ke nara, anak seperti dia nggak pantes di perlakukan seperti arna, dia jelas berbeda!"
Namun saat ia ingin mendengar pembelaan dari yodha, nara tidak dapat menemukannya. Mereka pergi meninggalkannya sendirian.
Tampak seringai dari wajah wanita itu. Ia masih menatapnya jeli, enggan terlepas dari gendis.
"Dasar anak pungutt!"
Jelas! Ia membaca dengan jelas apa yang di katakan gendis. Anak pungut?
"Nara, nara bangunnnn!"
Nara membuka matanya, betapa leganya apa yang ia alami hanya mimpi buruknya. Nara berusaha mengatur nafasnya. Air matanya sudah mengucur deras
"Mimpi buruk lagi?" Tanyanya sambil membuka gorden kamar milik nara.
Nara memegangi kepalanya yang terasa pening.
"Lo nggak papa kan?"
Kembali nara menggelengkan kepalanya.
"Siap siap, terus turun sarapan"
"Kaka duluan aja, nara nyusul nanti"
KAMU SEDANG MEMBACA
NARARYA || END✔️
Novela Juvenil"Genan semesta itu jahat untuk orang seperti kita, mereka tidak bisa memberikan kita rasa baik baik saja, semesta terlalu jahat untuk kita yang menganggap semua orang baik genan" "Tapi gue tetep bersyukur karena semesta mengizinkan lo untuk di sampi...