Chapter 6

3.7K 286 3
                                    

- CRUSH -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- CRUSH -


Seperti biasa, kalau Mama sama Papa lagi berantem, udah pasti yang kerepotan di rumah itu gue.

Repot bersihin lantai yang ketumpahan jus jeruk akibat Mama yang ngelemparin itu ke Papa saking emosinya dia. Repot membersihkan pecahan vas bunga yang Papa lempar untuk ngebalas Mama. Repot ngejawab bacotan Viona yang terus-terusan minta gue untuk nenangin Dava yang nangis karena ketakutan dengar suara tinggi dari orang tua gue.

Dan gue benar-benar nggak punya kesempatan untuk ngungkapin kekesalan gue, karena terlalu kerepotan sama hal-hal tadi.

"Gue sama Mama mau pergi ke luar. Lo ajak Dava pergi ke mana kek, biar dia nggak nangis-nangis lagi."

Gue memberikan Viona helaan nafas lelah. "Papa kemana?" tanya gue berusaha tenang.

Kalau udah berantem gini, Viona kebagian tugas untuk nenangin Mama kalau dia lagi nggak sibuk sama tugas kuliahnya.

"Papa udah pergi," jawab Viona singkat. Cewek itu kemudian melangkah keluar rumah dengan Mama yang gue yakin udah nunggu di dalam mobil.

Informasi lain tentang keluarga gue ini adalah gue dan Viona difasilitasi masing-masing kendaraan roda dua untuk urusan sekolah dan kuliah kami. Di rumah juga ada mobil keluarga yang biasanya nganterin Dava ke sekolah.  Sementara Papa dan Mama pakai mobil masing-masing.

Btw, Papa gue adalah seorang direktur pemasaran dari salah satu perusahaan di kota ini, sementara Mama gue adalah seorang terapis.

Di rumah ada asisten rumah tangga yang jam kerjanya cuma dari pagi sampai sore hari. Ada supir juga yang kerjaannya cuma nganterin Dava, atau jemput dan nganterin gue dan Viona kalau lagi mager bawa motor.

Oke.

Ketika gue udah selesai dengan semua urusan rumah, gue baru teringat sama ajakan Anna yang siang tadi nganterin gue pulang ke rumah.

"Malam ini jam 7, ya. Lo wajib ikut biar kebagian PJ."

Ya, akhirnya Anna dan Dimas resmi berpacaran.

Karena itu, disinilah gue bersama Dava dan juga Vanesa. Di kafe yang Anna pilih untuk mentraktir kami bertiga.

Ralat!

Kami berenam. Termasuk Kenzo, Ebra, dan tentunya sahabat dekat Dimas sendiri, yaitu Kefano Alexander.

Nggak usah nanya betapa canggungnya gue saat ini. Gue sedang berusaha keras untuk terlihat biasa-biasa saja.

Dua meja persegi disatukan dengan delapan kursi yang dibagi dalam dua sisi. Empat di sisi kanan, dan empat di sisi kiri.

Gue, Dava, Vanesa, dan Kenzo mengisi sisi Kanan. Sementara di sisi kiri meja, ada Anna, Dimas, Ebra, dan Kefano yang bisa dibilang saling depan-depanan sama kami berempat.

CRUSH | SO JUNGHWAN ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang