- CRUSH -
Menatap bayangan diri dari pantulan cermin adalah hal yang gue lakuin saat ini. Tersenyum gugup, menyadari penampilan gue cukup menarik dengan balutan dres satin berwarna cream.
Awalnya gue ragu, karena bagian atas dres ini mengekspos bahu gue. Namun dengan rambut yang gue biarkan tergerai, gue rasa semuanya akan terlihat baik-baik saja.
Gue pun mengakhiri semua keraguan gue dengan helaan nafas tenang, mulai melangkah keluar dari kamar dengan heals setinggi tiga centimeter yang warnanya gue samakan dengan warna dres.
"Cantik sekali!" puji Dava yang entah sejak kapan dia udah berdiri di depan kamar gue. Biasanya kalau dipuji gitu tuh gue selalu mengelak, tapi kali ini gue menerima dengan senyuman.
"Mau kemana, Ra?"
Pertanyaan Mama membuat senyum gue mengendur. Gue tidak menjawabnya, masih kesal dan memang malas aja bawaannya kalau denger suara Mama.
"Kalau orang tua nanya tuh dijawab," singgung Mama. "Mau kemana? Mau pacaran pakai dres kayak gitu?"
Gue hela nafas dengan kasar. "Mau ke tempat teman, ada acara. Mama Papanya ngerayain wedding anniversary."
Mama mengangguk tipis. "Kamu punya pacar, Ra?"
Gue mengernyit. Entah kenapa ia tiba-tiba bertanya seperti itu. "Emang kenapa?" Gue bertanya balik.
"Nyari cowok tuh hati-hati, jangan asal mau cuma karena ganteng. Jangan salah pilih, nanti ujung-ujungnya kayak Mama."
Rasanya gue mau ketawa sekeras-kerasnya setelah mendengar pernyataan tersebut. Gimana ya, gue tuh sedih tapi malu juga. Bisa-bisanya dia bilang gitu setelah apa yang gue saksiin malam itu.
"Bukan Mama yang salah pilih, tapi Papa," sahut gue sinis. "Mama tuh lupa, ya, penyebab Papa cerain Mama? Mama posesif, cemburuan, menggila kalau Papa nggak pulang ke rumah, dan suka nuduh Papa macam-macam di luar sampai Papa capek sendiri sama Mama. Mama lupa itu?"
"Ra--"
"Satu lagi." Gue tidak membiarkan Mama menyela. "Aku pikir Mama bakal jadi orang stres yang nggak bisa lupain Papa dengan mudah, eh taunya baru sebulan cerai udah dapat yang baru lagi. Emang boleh secepat itu dapat pacar baru lagi?"
Oke, gue minta maaf kalau kesannya ini kurang ajar. Tapi gue benar-benar nggak bisa nahan kekesalan gue selama ini yang terus-terusan gue pendam. Izinkan kali ini aja gue mengutarakan semuanya.
"Emang siapa yang dapat pacar baru lagi, hah? Kamu jangan sok tau," balas Mama.
Ya, Tuhan. Gue berharap Vanesa segera sampai ke depan rumah untuk menjemput gue daripada gue kebablasan malam ini.
"Ya, siapa lagi yang semalam dianterin sama depan rumah? Yang pintunya dibukain sebelum keluar dari mobil, habis itu ketawa-ketawa bareng kayak orang gila?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUSH | SO JUNGHWAN ✅
Teen FictionSeberapa lama lo bisa nyimpan perasaan suka sama seseorang? Gue 6 tahun. Cukup gila. Mau uncrush pun gue rasanya nggak bisa. Entah karena emang nggak ada yang lebih baik dari dia, atau emang guenya yang menolak untuk uncrush. Dia Kefano Alexander...