Chapter 20

3.9K 328 10
                                    

guys, i'm watching you!!

autor ga nerima jiplakan dalam bentuk apapun, ya!

sudah ada akun yang author tandai, akan di block permanen kalau dalam satu minggu ini tidak di unpublish😡😡 trims

.....

- CRUSH -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- CRUSH -

Menapakkan kaki di gedung bernuansa putih ini akan menjadi hal paling gue benci mulai sekarang. Mengingat bagaimana kacaunya saat kami berlarian dari parkiran kemudian memasuki area lobby hanya untuk memastikan Kefano baik-baik saja.

Nyatanya, cowok itu datang dengan darah yang mengucur dari kepalanya. Luka di jari-jarinya menambah rasa khawatir yang kami rasakan.

Melihat lukanya yang cukup parah itu, gue refleks maju dan menyentuh tangannya Kefano. Menggenggamnya, berharap rasa sakit yang cowok itu rasakan segera menghilang.

Gue tau Kefano nggak akan melihat aksi yang gue lakukan, gue juga yakin apa yang gue lakukan tidak berdampak apa-apa pada dirinya, namun tetap saja gue merasa harus melakukan itu.

"Maaf, Mba. Silakan tunggu di luar."

Kefano dimasukkan ke UGD untuk penanganan pertama. Dan genggaman gue terpaksa harus di lepasakan.

Mengacak rambut gue dengan kasar adalah yang selanjutnya yang gue lakukan. Seandainya tadi gue bisa menghentikan langkah Kefano untuk tidak pergi lebih dulu sebelum pertandingan futsal selesai, Kefano nggak harus melewati kejadian ini.

Nggak beda jauh dari gue, Dimas juga mengaku menyesal telah membiarkan temannya yang sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja itu pulang sendirian.

Ebra pun sama. Katanya Ebra yang memaksa Kefano untuk ikut bertanding futsal sore ini, terlebih lawannya adalah Kenzo, orang yang sekarang Kefano benci. Niatnya ingin mengalahkan, nyatanya malah diluar dari dugaan.

Duduk di kursi yang tersedia di depan UGD adalah hal yang gue lakukan saat ini. Sambil menenangkan tangan yang terus gemetaran dengan ponsel yang berada di genggaman gue sedari tadi.

Dari tempat yang gue duduki ini, gue bisa lihat Dimas yang kalut mengabari orang tuanya Kefano. Alasan kenapa bukan orang tuanya Kefano yang dikabari lebih dulu oleh orang yang mengabari Dimas saat Kefano kecelakaan adalah, karena Dimas orang terakhir yang Kefano hubungi, orang-orang berfikir bawah Dimas adalah keluarganya Kefano.

Dari situ juga gue ketahui bahwa Dimas langsung menarik Ebra untuk keluar dari pertandingan dan mengabari Anna bahwa mereka harus ke rumah sakit saat itu juga. Kejadian yang menimpa Kefano membuat pertandingan ikut kacau balau, gue belum tau apakah pertandingan akan dilanjutkan di hari lain atau gimana. Saat ini Kefano lah yang menjadi prioritas.

"Kahera!"

Gue, Anna, Vanesa, Dimas, dan Ebra kompak menoleh ke sumber suara. Setelah mengatahui siapa si pemilik suara itu, gue bangkit dari tempat duduk gue.

CRUSH | SO JUNGHWAN ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang