Chapter 30

3.9K 270 16
                                    

- CRUSH -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- CRUSH -

"Gue balik ke vila dulu. Mau mandi dan sarapan sama yang lain. Nanti gue balik ke sini lagi, ya. Hubungin gue kalau ada apa-apa."

Kefano mengusap rambut gue dengan lembut. Terlihat jelas wajah mengantuknya karena ia tidak tidur semalaman. Setelah mendapatkan anggukan dari gue, cowok itu segera beranjak.

Pukul setengah sembilan pagi, gue baru saja menerima pemeriksaan lebih lanjut dari dokter. Katanya gue udah boleh pulang besok pagi, namun harus selalu hati-hati dalam bergerak.

Mama sama Dava masih di sini, sementara Viona udah balik subuh tadi. Dia ada jadwal kuliah pagi. Viona juga ngabarin kalau Papa udah sampai di Bandara. Cuma karena jaraknya yang cukup jauh, Papa belum kelihatan sampai sekarang.

"Eh, Ra. Tadi kayaknya ada temen kamu juga yang ngintip-ngintip dari pintu."

Gue mengernyit mendengar pernyataan itu dari Mama. "Siapa?" tanya gue.

"Nggak tau deh Mama siapa namanya. Kayaknya pernah lihat dia jemput kamu di rumah."

"Cowok?" Mama mengangguk.

Oke, gue bisa pastiin itu bukan Kefano. Karena dari semalam juga Kefano di dalam ruangan sama gue. Dimas atau Ebra nggak mungkin, karena kalau mau lihat keadaan gue ya bisa tinggal masuk. Lagian mereka berdua nggak pernah jemput gue di rumah.

Entahlah, hanya tersisa satu nama yang ada di pikiran gue sekarang. "Mama lihatnya kapan? Kok, nggak disuruh masuk?"

"Tadi pagi, pas beliin sarapan buat Dava. Mama udah nyuruh masuk tapi dianya bilang nggak mau."

Gue tarik nafas dalam-dalam. Mungkin aja dia nggak mau masuk karena tau ada Kefano di sini. Tapi... buat apa dia datang ke sini dan siapa yang ngasih tau kalau gue ada di sini?

Lamunan gue dibuyarkan oleh dering hp yang menampilkan nama seseorang.

"Iya?"

"Mau ngabarin aja kalau gue udah sampai di vila."

Gue terkekeh pelan. "Ya, udah. Kalau gitu langsung mandi, makan, istirahat. Lo nggak perlu buru-buru ke sini."

"Nggak mau cepat-cepat lihat gue lagi gitu?"

Oke, Kefano emang selalu berhasil buat senyum gue merekah. "Iya, ih. Cepat-cepat ke sini, tapi nggak usah buru-buru. Istirahat aja dulu."

Terdengar kekehannya di sebrang sana. "Tapi gue khawatir...." katanya dengan lirih.

"Khawatir kenapa?"

"Nggak tau. Tiba-tiba ngerasa khawatir aja. Pelakunya belum ketangkap, terus belum ketahuan juga siapa orangnya."

Gue menghela nafas. Bingung mau jawabnya kayak gimana. "Everything will be okay, Kefano. Selama lo ada di samping gue, mungkin?"

Lagi, gue bisa mendengar kekehan cowok itu. "That's mean, kita butuh status nggak, sih?"

CRUSH | SO JUNGHWAN ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang