Chapter 28

4.1K 301 31
                                    

- CRUSH -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- CRUSH -

Vila yang cukup mewah dengan kolam berenang di halaman belakangnya, akhirnya liburan ke vila kali ini bukan sekedar wacana lagi.

Kami berangkat dengan dua mobil, Anna bersama Dimas membawa tas-tas berisi baju serta barang lainnya yang kami butuhkan selama menginap. Sisanya berangkat dengan mobil Ebra.

Ingat banget tadi waktu mau lanjut dari rest area Vanesa tiba-tiba ngedorong Kefano dan menyuruhnya untuk duduk di samping Ebra yang mengemudi.

"Giliran kali, gue juga pengen lenjeh-lenjehan sama Hera!" kata cewek itu saat Kefano hendak melayangkan protes.

Karena itu gue yang setengah perjalanan tadi duduk berdekatan sama Kefano, jadi melanjutkan perjalanan dengan membiarkan Vanesa menguasai bahu kiri gue sementara bahu kanan gue dikuasai oleh Dava.

Yaa... anak kecil itu emang nggak bisa jauh dari gue.

Sesampainya kami di vila, kami langsung pergi istirahat ke kamar yang sudah dibagi oleh Anna. Gue dapat kamar sendiri, yang di dalamnya ada kasur berukuran sedang, cukup untuk gue sama Dava. Anna sekamar dengan Vanesa, sementara Kefano satu kamar dengan Ebra dan Dimas.

Dikarenakan Dava lagi tidur dan gue nggak ada kerjaan lagi setelah beres-beres dan mandi, gue memutuskan untuk keluar dari kamar dan bikin mie instan di dapur.

Hujan menjadi alasan kenapa mie instan menjadi pilihan gue alih-alih memilih untuk memasakan makanan lain. Dan saat fokus memasak, seseorang yang nggak gue duga tiba-tiba mengirimkan gue pesan.

Ia bertanya dimana gue saat ini dan gue jawab sejujurnya tanpa berpikir panjang.

"Lagi apa?"

Seketika gue menoleh ke sumber suara. Kefano dengan kaos hitamnya mendekatkan diri dengan wajah penasaran. Hal yang membuat gue langsung lupa lagi chatan sama siapa.

"Masak mie, mau juga?"

Kefano mengintip isi panci yang sedang mendidih, lalu ia menganggukkan kepalanya dengan pelan.

"Dava tidur?" tanya Kefano.

"Iya. Lo kok nggak tidur? Nggak capek, ya?" Mengingat perjalanan kami tadi cukup menghabiskan banyak waktu.

"Seharusnya nggak bakalan capek kalau tadi Vanesa nggak ngedorong gue ke depan," keluhnya.

Gue terkekeh mendengar itu. "Terus kenapa nggak istirahat aja di kamar, hm?"

"Lebih enak di sini kayaknya," katanya sambil menjatuhkan kepalanya di bahu gue, nggak lupa tangannya yang melingkar dipinggang gue. "Wangi," lirihnya setelah dengan (tidak) sengaja mengecup bahu gue.

"Minimal pacaran dulu, anying!"

Entah sejak kapan Ebra berdiri di belakang kami, tapi suaranya tadi cukup membuat gue dan Kefano sama-sama terkejut. Kami menoleh secara bersamaan dan melihat ekspresi Ebra yang tidak terdefinisikan.

CRUSH | SO JUNGHWAN ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang