Chapter 21

3.9K 334 11
                                    

- CRUSH -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- CRUSH -

Jam delapan malam dan gue masih di sini. Duduk dengan sebuah koper berukuran cukup besar di depan gue, nantinya koper itulah yang akan menemani perjalanan Papa ke luar kota.

Seperti yang dikatakan oleh Viona, Papa akan pindah tempat tugas ke luar kota setelah resmi bercerai dengan Mama. Di telinga gue ini masih terngiang ketukan palu dari hakim sore kemarin, rasanya masih tidak percaya. Terlalu sulit untuk gue dan Viona untuk menerima kenyataan itu.

Namun malam ini, gue mencoba menguatkan diri untuk melepas kepergian Papa di Bandara. Tanpa Viona, juga Dava yang seharusnya ikut nganterin Papa, tapi dilarang sama Mama.

"Ra, beneran nggak mau ikut sama Papa?"

Gue menganggukkan kepala dengan pelan. "Nanti kalau udah lulus SMA, aku nyusulin Papa ke sana."

Mengusap surai rambut gue adalah yang Papa lakukan saat mendengar jawaban itu. "Ya, udah. Nanti jajannya Papa kirim tiap bulan, ya? Kamu jangan galak-galak sama Dava. Maafin Papa ya, Ra."

Nggak usah ditanya seberapa sulitnya gue menahan air mata gue saat ini. Gue menutup wajah gue dengan memeluk Papa dengan erat.

"Papa jaga diri baik-baik, ya. Jangan cari pacar dulu sampai aku lulus sekolah."

Usapan demi usapan gue rasakan di kepala gue, selanjutnya sebuah kecupan Papa berikan. "Berarti setelah kamu lulus, Papa boleh punya pacar?"

Gue sedikit terkekeh, tanpa berniat melepaskan pelukan sama sekali. "Boleh, tapi jangan cari yang kayak Mama."

Kali ini Papa lah yang terkekeh pelan. "Oke, deh..." katanya. Kemudian pelukan kami terlepas karena ini saatnya gue dan Papa berpisah.

Setelah ini gue bakal jarang ketemu Papa. Sebelumnya Papa emang sibuk kerja, bahkan jarang pulang ke rumah disaat gue masih terjaga, namun tetap aja kali ini bakal lebih terasa beratnya jauh dari Papa.

Papa juga berjanji bakal datangin anak-anaknya setiap satu bulan sekali. Setelah ini, Papa kembali bukan lagi untuk pulang, tapi hanya untuk menyapa sesaat.

"Nanti kabarin pas udah sampai ya, Pa."

"Siap!!"

Setelahnya, yang gue lakukan hanyalah menatap punggung Papa yang perlahan menghilang dari peredaran.



- CRUSH -






Setelah perceraian Mama dan Papa, hari-hari gue terasa begitu datar. Nggak ada yang menarik, nggak ada juga yang bikin tertarik.

Di rumah kehidupan gue emang berjalan lebih damai daripada sebelumnya, hanya saja terdapat kekosongan di sana. Di mana setiap pagi, kursi milik Papa di meja makan selalu kosong.

CRUSH | SO JUNGHWAN ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang