- CRUSH -
Gue punya dua temen. Yang satu namanya Anna, satu lagi namanya Vanesa.
Beda dari Anna yang anaknya manis dan feminim, Vanesa ini lebih ke cewek tomboy yang cukup anti sama yang namanya warna pink.
Dia nggak benci warna pink kok, cuma emang baju-bajunya dia tuh nggak jauh-jauh dari warna hitam, putih, coklat, dan abu-abu.
Cewek mamba sedikit bumi, itu sih sebutannya.
Gue sama Anna itu sekelas, sedangkan Vanesa beda kelas. Di kelas gue kebanyakan cewek, sementara kelasnya Vanesa itu kebanyakan cowok.
Ya...
Kefano, Dimas, dan Ebra adalah teman sekelasnya Vanesa.
Makin banyak kan mata-mata gue buat nyari info tentang Kefano?
Anyway, Kefano punya temen satu lagi. Namanya Kenzo. Beda dari tiga temennya itu, Kenzo malah jadi penghuni kelas gue. Orang yang selalu gue lihat di UKS setiap hari Senin, orang yang selalu pura-pura sakit padahal lupa bawa atribut.
Ah, bukan cuma hari Senin. Hari ini pun dia ada di UKS.
"Hera!" teriak Kenzo dari kasur tempat dia baring.
Gue yang lagi meriksa obat di lemari itu langsung mendecak. Orang yang biasanya pura-pura sakit itu akhirnya sakit beneran.
Dan ngerepotin!
"Hera! Woy!!"
"Apa, sih?" jawab gue kesal, berjalan ke arah kasur dia.
Cowok itu balas mendecak. "Pusing, nih. Kasih gue obat dong. Jangan air teh, gue nggak mau."
"Air comberan mau?" jawab gue yang buat dia mendecih.
"Jahat banget lu, mom," sahut Kenzo.
Dipanggil Mom? Udah biasa!!
"Lo sakit kenapa ke sekolah, sih? Ngerepotin aja." Gue memberikan obat pusing ke Kenzo, nggak lupa dengan air putihnya.
By the way, gue nggak berdua aja sama Kenzo di UKS, ada anak PMR lainnya juga yang lagi sibuk meriksa obat dan merapikan beberapa alat untuk praktek PMR minggu depan.
"Disuruh sama Kefano."
Mendadak gue langsung terdiam saat nama Kefano disebut oleh Kenzo.
"Ya, elah lo. Baru nyebut nama Kefano aja udah langsung nge-freeze. Gimana kalau gue ketemuin langsung lo sama orangnya?"
Gila!
"Ck, apaan sih!" jawab gue kesal. Meski begitu, gue kepo akan sesuatu. Duduklah gue di ranjang sebelah sambil ngeliatin Kenzo minum obatnya. "Ken," panggil gue yang buat dia naikin satu alisnya seolah nanya kenapa.
"Kefano balikan sama Kasya?" tanya gue.
Kenzo mendecih. Kenapa sih ni anak?
"Kalau iya kenapa? Kalau enggak kenapa?" jawab Kenzo.
Gue menghela nafas. Emang salah kalau harus nanya sama Kenzo, lagian Kefano udah konfirmasi sendiri kan waktu ditanya Ebra kemarin?
"Nggak jadi, lah." Gue bangkit dari posisi duduk gue. Tapi tiba-tiba, kepo lagi sama sesuatu.
"Hmm, semalam lo ada acara apa sama temen-temen lo?"
Emang bener kalau jatuh cinta tuh bikin orang jadi bodoh. Gue sama sekali nggak bisa nahan rasa ingin tahu gue tentang banyak hal tentang Kefano.
"Kepo deh lo." Kenzo menjawab. "Lagian tau dari mana kalau semalam gue ada acara sama temen-temen gue?"
Kan, gue bilang juga apa? Salah kalau harus nanya sama Kenzo.
"Ck." Gue cuma bisa mendecak. "Gue--"
Baru juga pengen lanjutin omongan, atensi gue teralihkan oleh seorang cewek cantik yang tiba-tiba masuk ke UKS.
Itu Kasya.
"Misi, gue boleh numpang tidur di sini nggak? Kepala gue pusing."
Gue terdiam. Hampir dua tahun gue sekolah di sini, dan ini pertama kalinya gue sama Kasya saling berhadapan dan dia ngajak gue ngomong duluan.
"Lo denger gue ngomong, kan?"
"Ah... Eh. I-iya, boleh kok. Kenapa? Kepala lo pusing?" Gue langsung gerak cepat bawa Kasya ke kasur yang lain. Nggak mungkin gue deketin sama Kenzo karena dia cowok.
"Iya, nih. Tolong, ya. Kepala gue pusing banget."
"Aman," jawab gue sok santai. "Gue ambilin obat dulu," lanjut gue setelah memastikan Kasya baring dengan nyaman di kasur, nggak lupa mastiin dia pakai selimut.
Pas gue ke lemari obat, gue bisa ngelihat Kenzo yang beranjak dari kasurnya. Pas gue deketin Kasya, ternyata Kenzo udah duduk di kasur sebelahnya Kasya.
"Pusing lo?" tanya Kenzo pada Kasya. "Ini pasti gara-gara semalam," lanjut Kenzo dengan gaya pencicilannya.
Gue cuma diam. Diam-diam nguping.
Kasya juga jawab Kenzo seadanya. Kayak males gitu, mungkin karena efek pusingnya.
Pas gue ngasih obat ke Kasya, Kenzo merhatiin gue. Apalagi pas bantu Kasya minum air, Kenzo tiba-tiba nyeletuk
"Pelan-pelan, Ra. Pacarnya temen gue tuh."
Cih!!
"Iya, tau."
Selesai itu, gue mutusin untuk segera keluar dari dalam UKS. Tenang aja, gue pastiin Kasya aman di sana walaupun ada Kenzo, lagipula di dalam sana ada CCTV. Kalau Kasya kenapa-kenapa, CCTV yang akan ngungkapin faktanya.
Baru juga lima langkah gue keluar dari UKS, gue udah bisa lihat sosok Kefano yang berjalan cepat ke arah UKS.
Sialan! Gue langsung putar haluan. Ngelewatin UKS dan beberapa ruang lainnya, hingga ujung-ujungnya sampai di parkiran siswa.
Dari sini gue bisa lihat dengan jelas wajah khawatir Kefano waktu hampir sampai ke UKS. Dia pasti khawatir sama pacarnya.
How sweet!!
Tapi sebelum buka pintu, entah mata gue yang salah atau apa, Kefano sempet noleh ke arah lain. I mean, ke arah parkiran siswa dimana gue lagi berdiri di sana sambil merhatiin dia dari jauh.
Setelah itu, Kefano hilang dari balik pintu.
Gue terdiam.
Dia.... Nggak lagi ngeliatin gue kan?
- TBC -
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUSH | SO JUNGHWAN ✅
Teen FictionSeberapa lama lo bisa nyimpan perasaan suka sama seseorang? Gue 6 tahun. Cukup gila. Mau uncrush pun gue rasanya nggak bisa. Entah karena emang nggak ada yang lebih baik dari dia, atau emang guenya yang menolak untuk uncrush. Dia Kefano Alexander...