Bagian 25

602 51 7
                                    

"Saya ucapkan terima kasih kepada semua warga SMA Garda Udayana yang telah membantu saya selama satu periode menjadi ketua OSIS ini. Terkhusus dukungan penuh dari Bapak Kepala Sekolah atas semua program kerja yang kami susun, Pak Azam sebagai Wakil Bidang Kesiswaan yang selalu siap sedia untuk direpotkan, serta bapak ibu guru, para staf, dan teman-teman yang super suportif. Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih untuk kerja samanya. Saya, Kaisar Nusa Sagara Hadyan Putra dan seluruh pengurus OSIS SMA Garda Udayana 2019/2020 merasa sangat terhormat dapat membantu menyalurkan aspirasi teman-teman selama setahun belakangan. Siapa pun nanti yang akan melanjutkan kepengurusan dan mengemban tanggung jawab baru, kita semua sebagai warga Gardya percaya bahwa teman-teman, para kandidat adalah orang-orang terpilih dari banyaknya orang hebat di Gardya. Saya harap, di tangan para pengurus OSIS yang baru Gardya terus dapat lebih baik dari yang sebelumnya.

"Sekian dari saya. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Semangat untuk para calon pengurus OSIS yang baru. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Gemuruh tepuk tangan langsung terdengar setelah Nusa menutup kalimatnya. Berbagai sorakan mengiringi lelaki itu mundur dari tengah lapangan. Tidak dapat dipungkiri, setahun pengabdian Nusa sebagai ketua OSIS sangat berkesan bagi warga Gardya. Bagaimana sosok itu selalu hadir dengan wibawa dan pikiran terbuka mencetak senyuman puas tatkala benar-benar harus purna tugas.

"Sedih banget tahun ini habis periodenya Nusa sama Indra." Beberapa gumaman seperti itu sesekali terdengar.

"Gue sebenernya masih berharap Gilang nyalon ketos, sih."

"Enggak. Udah bener itu anak di Pramuka aja gantiin Indra."

"Bingung mau milih siapa ketosnya. Enggak ada yang cocok perasaan."

"Harusnya Nusa dua periode sih. Fiks. Paling enggak ntar kalau gue wisuda yang ngasih sambutan Adek Ketos Ganteng."

"Boleh ...."

Suasana lapangan upacara kembali kondusif setelah Pak Azam mengambil alih. Guru Seni Budaya sekaligus Wakil Kepala Bidang Kesiswaan itu sedikit memberi imbauan serta wejangan terkait pemilihan ketua OSIS yang akan dilaksanakan. Selepasnya, acara diserahkan kepada panitia yang bertugas.

Nusa berdiri di belakang keramaian. Sengaja beberapa orang ditugaskan untuk menjaga kandidat ketua OSIS yang hendak memberikan orasi. Lelaki itu tersenyum lebar selagi mendengarkan temannya yang memaparkan visi, misi, serta beberapa rancangan program kerja baru kepada warga Gardya. Terlebih, ketika Abim kembali di sampingnya setelah menyampaikan orasi yang meyakinkan. "You did great, Bro!" Ia langsung memeluk dan menepuk pundak sahabatnya itu.

"Thanks a lot. Makasih banyak buat support lo selama ini, Sa."

"Suatu kehormatan bisa membantu Tuan Abimana," kekehnya.

Atensi Nusa kembali ke lapangan setelah pemandu acara membacakan nama kandidat selanjutnya untuk menyampaikan visi misi.

"Selanjutnya, calon nomor 3 atau yang terakhir ... Hanindya Pinka Pramandari Sigit!" panggil seorang yang ada di tengah lapangan.

Nusa menoleh ke sebelah kanan. Senyumnya menghilang ketika mendapati raut Pinka sepucat kertas. Napas gadis itu memburu. Satu tangannya meremas rok yang ia kenakan sedangkan tangan lain menggenggam erat sebuah kertas catatan. "Ka, are you okay?" tanyanya.

Tiada terdengar jawaban dari Pinka. Keringat membanjiri tubuhnya. Bahkan, tatkala Nusa meraih lengan gadis itu, sensasi dingin terasa begitu kentara. "Ka—" Kalimat Nusa terputus ketika Pinka tiba-tiba membungkuk dan memuntahkan isi perutnya. Lelaki itu bertambah khawatir tatkala Pinka kesulitan bernapas hingga menepuk dadanya. Beberapa detik berikutnya, Pinka merasakan sensasi pening luar biasa. Pandangannya memburam. Sebelum tubuh itu benar-benar menyentuh tanah, dengan sigap Nusa menangkapnya.

Nusa SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang