Hanya tampak Mira yang tengah membereskan sisa makan malam ketika langkah Nusa sampai di ruang makan. Piring kotor yang masih basah dan kursi yang belum dirapikan cukup untuk menandakan bahwa ritual malam keluarganya baru saja selesai. Tangan lelaki berkaus putih itu mengambil gelas, lantas mengisinya dengan air putih yang berada di bar dekat dapur. Tak begitu jauh dengan meja makan. "Mama udah makan?" tanyanya sebelum membasahi kerongkongan.
"Astaghfirullah .... Mas Nusa kapan turun? Bikin Mbak kaget aja." Asisten rumah tangga itu sontak mengusap dada kala mendapati Nusa berdiri tidak jauh dari tempatnya.
"Mbak totalitas banget beres-beresnya sampai enggak sadar ada aku," Nusa meletakkan gelas yang telah ia kosongkan setengahnya di meja bar. Lantas, menarik kursi dan meletakkan kedua lengannya di meja panjang berbahan marmer itu. "Mama udah makan?" ulangnya.
"Udah, Mas. Ini Bapak sama Ibu baru aja selesai makan malam. Mas barusan tidurnya pulas banget sampai Mbak enggak tega mau bangunin. Masih pusing, Mas?" Mira menjawab selagi memindahkan piring kotor ke wastafel.
Nusa menggeleng. Memang sedari di sekolah tadi, terlebih setelah pelajaran olahraga, ia merasa sedikit pening. Dirinya sengaja pulang lebih awal dibanding menghadiri rapat rutin pengurus OSIS setiap akhir pekan. Memilih beristirahat dan tidur setelah pulang sekolah cukup efekftif untuk menghilangkan sakit kepalanya.
"Mas mau makan sama apa? Biar Mbak bikinin. Tadi sebenernya Mbak bikin sup ayam. Apa mau Mbak panasin?" Setelah membereskan meja makan, perempuan berumur tiga puluhan itu lantas mencuci tangan. Mengeringkannya dengan tisu lantas beralih pada Nusa. Bersiap menerima titah dari tuan muda di rumah itu.
"Itu aja diangetin, Mbak."
"Mas meriang?"
Nusa biarkan seorang yang baru dua tahun bekerja di rumahnya itu meraba keningnya. "Enggak, sih."
"Alhamdulillah kalau gitu." Mira menurunkan telapak tangannya. Lalu dengan segera menuju ke depan kompor dan mulai menyiapkan makan malam untuk Nusa. "Mas kayanya kecapekan, deh. Ibu tadi pulang bawa vitamin sama obat pas tahu Mas sakit."
Kernyitan muncul di kening Nusa. Tidak biasanya sang mama mengkhawatirkan dirinya. Sebagai anak tunggal yang lahir dari seorang wanita karir, ia hanya akan bertemu mamanya di meja sarapan dan makan malam. Begitu juga sang papa yang jauh lebih sibuk. Oleh karenanya, walau Mira terhitung belum lama bekerja di rumahnya, ia mudah akrab dengan wanita itu. Sebab tidak ada orang lain yang dapat memenuhi kebutuhannya dan dijadikan tempat bercerita.
"Ibu juga pesan ke Mbak, kalau Mas Nusa masih belum bangun diminta manggil dokter."
"Kalau aja enggak kelaparan belum tentu bangun akunya, Mbak." Nusa terkekeh ringan. Menyambut dengan senang masakan asisten rumah tangganya yang diletakkan di atas meja bar. Kepul serta aroma yang keluar dari dalam mangkuk berukuran medium itu semakin merangsang rasa laparnya. "Mbak udah makan?" tanyanya sebelum memasukkan kuah sup ke dalam mulut dan meniupnya sesekali.
"Sudah. Mbak temenin aja." Wanita berkaus merah muda itu lantas menarik kursi di sebelah Nusa. Tersenyum lebar tatkala mendapati remaja berumur tujuh belas tahun di depannya dengan lahap tengah menghabiskan hasil masakannya.
Mira tidak tahu banyak tentang keluarga yang ia layani. Setahunya, asisten rumah tangga sebelum dirinya mengundurkan diri dan suaminya yang telah bekerja lebih dulu di rumah ini mengajukan ia sebagai pengganti. Jujur, ketika pertama kali bertemu dengan Nusa, ia tidak menyangka jika akan mendapat sambutan seramah ini. Bagaimanapun, Hadyan dan Rossa, kedua orang tua anak itu adalah sepasang suami istri yang sangat jarang berkomunikasi. Pada mulanya, ia menebak bahwa Nusa mungkin sosok irit bicara yang tak jauh berbeda dengan orang tuanya. Namun, seiring berjalannya waktu membuat anggapan itu memudar. Nusa lebih banyak bicara. Bahkan tanpa ragu, anak itu kerap lebih dulu menyapa orang-orang yang bekerja untuk orang tuanya. Lantas hal tersebut mematahkan stigma buruk yang sebelumnya ia punya.
![](https://img.wattpad.com/cover/329686995-288-k517278.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nusa Sagara
Teen Fiction"Sa, gue butuh bantuan lo." Pinka tak pernah menyangka jika satu kalimat itu akan mengantarkannya pada kisah yang panjang. Pada sejuta sisi kelam yang tiada juga menemukan ujung. Pada rahasia semesta yang tidak pernah ia sangka akan seluas nusa-saga...