25. Suami Idaman

4.9K 213 5
                                    

"Siapa bilang dia wanita murahan?"

Terdengar bisik-bisik para mahasiswi yang secara terang-terangan memuji Revan. Dan lihatlah mata wanita yang berada disini, seolah ingin menelanjangi Revan, ingin rasanya Gaby mencolok mata mereka satu-satu!.

"Asal kalian tahu, Gaby ini istri saya! Istri sah dimata hukum dan agama!" Sarkas Revan tegas.

"Gila beb, Suami lo maco banget!" Bisik Rena yang berada di dekat Gaby memperhatikan suami sahabatnya.

"Saya gak akan segan buat laporkan kalian jika terus memperlakukan istri saya seperti ini, kalian ini sudah dewasa, sekolah kalian tinggi, seharusnya kalian jangan menilai seseorang dari satu sudut pandang!" Tegur Revan kembali. Ia menatap semua manusia dihadapannya dengan tatapan datar.

"Dan untuk kamu" tunjuk Revan ke arah Clara "kamu seenaknya menyebarkan gosip tidak benar, kamu mau saya laporkan atas tuduhan pencemaran nama baik?" Tanya Revan.

Clara hanya bergeming, ia menundukkan pandangannya saat melihat tatapan Revan. Clara tak sebodoh itu untuk tidak mengetahui siapa lelaki di hadapannya yang tengah mengaku sebagai suami Gaby. Ia adalah salah satu deretan orang yang masuk daftar pengusaha terkaya di indonesia.

"Maaf Pak, ada apa?" Tanya lelaki paruh baya yang tiba-tiba muncul.

"Loh Pak Revan? Ada apa Pak? Kok tumben ke kampus?" Tanya Lelaki paruh baya itu lagi setelah mengetahui keberadaan Revan.

"Maaf Pak Sastro saya membuat ribut di kampus ini, tapi saya muak dengan mahasiswi di dekat anda" Tunjuk Revan ke arah Clara yang terus tertunduk.

"Maaf Pak, kalau boleh tau sebenarnya ada apa?" Tanya Pak Sastro melontarkan pertanyaan yang sama.

Revan berdecak "Jadi begini sistem kampus ini? Bapak itu dekan disini, tapi tidak tahu kalau ada mahasiswi yang kena bully? Dan bapak tahu siapa yang di bully? Istri saya"

"Maaf Pak, saya atas nama kampus mengaku salah" Ucap Sastro.

Revan tak sepenuhnya menyalahkan pihak kampus, ia tahu bahwa pergaulan di kampus berbeda dengan pergaulan di sekolah menengah. Hal wajar jika pihak kampus lalai dalam memperhatikan murid sebab bukan hanya satu atau dua murid yang mereka awasi. Namun itu semua dari kesadaran diri mereka masing-masing, mereka bukan lagi anak SMA yang harus di awasi setiap saat.

"Saya maafkan Pak, tapi untuk mahasiswi itu" Tunjuk Revan ke arah Clara "Saya mau dia di keluarkan dari kampus, kalau dia tidak dikekuarkan, saya berhenti menjadi donatur tetap di kampus ini!"

Seketika mata Clara dan semua orang yang berada di sana membulat sempurna tak terkecuali Gaby. Ia baru tahu jika sang suami donatur di kampusnya.

"Tapi Pak, apa gak kelewatan kalau di keluarin dari kampus?" Tanya Pak Sastro.

"Itu masih mending, atau mau saya laporin ke polisi? Biar dia di penjara sekalian?" Revan mengalihkan pandangannya ke arah Clara "Atau kamu mau ibu kamu di pecat dari kampus? Di berhentikan jadi dosen?" Tanya Revan angkuh.

"E-enggak Om" Clara berlutut di depan Revan "Saya mengaku salah Om, tolong jangan keluarin saya atau Ibu saya dari kampus ini, saya cuma cemburu sama Gaby karena Kak Refi selalu membela dia, tolong Om hiks" Tangis Clara pecah, namun tak membuat Revan gentar sama sekali.

Clara beralih berlutut ke arah Gaby "Gab maafin gue hiks, gue janji gak bakal ngulangin ini lagi, kalau bokap gue tau, gue bakal di amuk, apalagi kalau nyokap di keluarin dari kampus"

"Gue emang kesel sama lo Ra, tapi gue gak tega liat lo di keluarin juga" Balas Gaby menuntun Clara untuk berdiri.

"Mas? Jangan keluarin Clara ya? Setiap orang itu punya cita-cita, aku yakin Clara juga sama" Ucap Gaby mengelus bahu Revan.

"Benar kata istri anda Pak, setiap manusia berhak mendapat kesempatan kedua"

"Oke, saya bakal maafin kamu, tapi ingat ini semua bukan karena saya kasihan sama kamu, tapi saya nurut sama istri saya" Pada akhirnya, Revan luluh juga, ia tak tega melihat wajah istrinya yang memelas.

"Makasih Om" Balas Clara menyalimi tangan Revan yang langsung di tepis oleh lelaki itu.

"Kalian bubar!" Sentak Revan menatap kerumunan mahasiswa dan mahasiswi tersebut satu per satu.

Takut terkena imbasnya, akhirnya para mahasiswa dan mahasiswi tesebut bubar menyisahkan Clara, Pak Sastro, Rena, Gaby dan tentunya Revan.

"Saya tidak mau sampai kejadian ini terulang lagi Pak"

"Iya Pak, sekali lagi atas nama kampus saya minta maaf" Jawab Pak sastro.

"Kalau gitu saya duluan Pak Revan, mari" Ucap Pak sastro sopan lalu pergi dari hadapan Revan.

Revan mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang, lalu menyodorkannya pada Rena.

"Ini buat kamu" Ucap Revan.

Rena melotot kaget, itu bukan uang sedikit! Bisa ia gunakan untuk jajan sebulan!.

"Maaf Om, buat apa ya?" Tanya Rena sok polos.

"Karena kamu sudah bantu istri saya tadi, kamu kan yang bela dia depan umum? Saya kasih ini biar kamu lebih menjaga dan menemani istri saya selama di kampus" Jelas Revan.

"Gaby kan sahabat saya Om, jadi wajar kalau saya bela dia, tapi kalau dapat imbalan juga ya gak apa apa" Ucap Rena nyengir "Rejeki gak boleh di tolak, iyakan Gab?" Tanya Rena menyenggol bahu Gaby.

"I-iya" Balas Gaby gugup.

"Ini hp kamu sayang" Revan memberikan hp tersebut ke arah sang istri.

"Maaf, pasti kamu malu saya buat keributan kan? Lagian saya gak tahan liat kamu di permalukan kayak tadi" Ucap Revan.

"Enggak kok Mas, udah ah Mas ke kantor aja lagian kelas aku bentar lagi mulai" Balas Gaby.

"Ohh jadi ceritanya kamu ngusir aku gitu?" Tanya Revan cemberut.

"Enggak!, tapi kan kamu harus ke kantor juga Mas!" Sentak Gaby kesal.

Revan cemberut dan mengecup kening Gaby "Mas pergi ya" Pamitnya.

Kedua wanita itu menatap keperluan Revan hingga lelaki itu benar-benar menghilang. Gaby mencari Clara namun entah gadis itu kemana.

"Aaa gue juga pengen nikah kalau modelan suaminya kayak suami lo Gab!" Celetuk Rena tiba-tiba.

Gaby memicingkan mata ke arah Rena "Awas ya lo naksir suami gue!" Tegur Gaby.

"Ya emang udah naksir! Jangankan gue, mahasiswi disini juga pasti banyak yang naksir! Lo gak liat tatapan mereka ke suami lo tadi?" Tanya Rena.

"Lo gak salah sih udah pertahanin pernikahan lo, Om Revan itu baik, loyal, humble, perhatian, manja, posesif, apalagi sih yang kurang?"

"Ini nih ciri ciri pelakor!, muji suami orang depan istrinya langsung ck!"

"Ya maaf, khilaf beb" Balas Rena.

Gaby hanya menggeleng, dan setelahnya tertawa saat Rena kembali melempar candaan dan pertanyaan random. Membuat seorang lelaki yang tak jauh dari tempatnya tersenyum melihat tawaan yang begitu nyaring keluar dari mulut Gaby.

"Aku bahagia liat kamu ketawa gini, Pak Revan orang yang tepat, dia emang se perfect itu buat kamu" Lirihnya yang hanya dapat ia dengar sendiri.




*
*
*
Tbc

Nikah muda itu gak enak, tapi kalau dapatnya spek Revan bolehlah di bicarakan.

My Crazy Neighbor (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang