35. Bumil & Suami

4.3K 202 7
                                    

Enam bulan kemudian...

Setelah hari dimana Opa dan Oma Revan datang. Di situlah Gaby tahu jika dirinya memang hamil. Dari hasil tes pack dan cek up tentunya.

Revan yang mendengar dan mengetahuinya tentu saja bahagia tidak tertolong. Ia sangat menantikan ini dari jauh-jauh hari.

Tetapi, ada kala nya Revan tak tega dan sedih saat melihat Gaby yang tengah hamil besar seperti sekarang. Contohnya malam ini, sang istri terbangun dan terduduk lama sembari memijit kaki nya yang mulai bengkak.

Sekedar info, jika kandungan Gaby sudah memasuki bulan ke tujuh. Sebab dulu, saat Gaby menyadari kehamilannya ternyata kandungannya sudah tiga minggu.

"Yang, mau aku pijetin?" Tanya Revan bangun dari tidurnya.

"Nggak usah, aku haus aja Mas" Ucap Gaby sambil melirik suaminya sekilas dan tetap memijit kakinya perlahan.

"Ya udah aku ambilin".

Revan berjalan menuju dapur, kemudian lelaki itu datang membawa teko beserta gelas. Ia menuangkan air tersebut kedalam gelas dan memberikannya pada Gaby.

Revan memandang istrinya yang nampak berkeringat. Padahal suhu ac sudah sangat tinggi. Revan tak tega. Jadi, ibu hamil merasakan semua ini?, membawa anak dalam kandungan yang cukup berat, dan mendapat gejala seperti gatal di perut dan kaki bengkak?. Revan sungguh tak tega melihatnya.

"Sini aku pijitin" Gaby hanya diam saat Revan mulai memijat kakinya yang sedikit bengkak. Ia meletakkan gelas bekas minumnya dan kembali bersandar di sandaran ranjang.

Gaby menyingkap baju tidur nya. Ia mengambil sedikit ludahnya dan menaruhnya di telapak tangan lalu di oles ke perutnya.

"Gatel banget, Yang?" Tanya Revan yang langsung di angguki Gaby.

"Mau aku ambilin salep?" Tanya Revan.

"Gak usah Mas, lagian lebih manjur cara Oma yang nyuruh aku baluri pake ludah aja" Jelas Gaby mengusap perutnya.

Gaby menghela napas, kemudian menatap suaminya yang terus memperhatikannya. Gaby merotasikan bola mata saat melihat suaminya yang sebentar lagi akan menangis.

Semenjak Gaby hamil tua, Revan selalu menangis saat mendapati Gaby bangun tengah malam dengan alasan gatal pada perutnya, kakinya keram, sesak, panas atau yang lainnya.

"Hiks, aku janji ini terakhir kalinya aku buat kamu hamil hiks" Ucap Revan memeluk Gaby dan menenggelamkan wajahnya di dada sang istri.

"Yakin?, liat aku gak pakai baju juga langsung lupa sama janjinya" Ucap Gaby bercanda.

"Maksud aku, aku bakal bantu kamu buat sering minum pil supaya gak hamil hiks" Ucap Revan sesenggukan.

"Udah ah, Mas tidur aja daripada nangis gak jelas gini" Gaby menepuk pelan bahu sang suami kemudian mengelus rambut hitam legam Revan.

"Aku beneran gak tega liat kamu tiap malam gini, masa aku tidur nyenyak terus kamu kesusahan gini" Revan bangkit dan duduk tegak menghadap sang istri yang cekikan.

"Sebenarnya yang hamil itu, aku atau Mas sih?" Tanya Gaby.

"Yangg, aku serius, aku beneran gak tega liat kamu tiap malam kayak gini"

"Gak apa-apa Mas, aku cuma butuh support kamu doang kok, aku gak masalah kalau dedek lagi rewel, soalnya kan dia lagi masa pertumbuhan di rahim aku"

Revan kembali mengeluarkan air mata, dan memeluk pinggang istrinya. Namun, kali ini lelaki itu mendekatkan wajahnya ke arah perut Gaby.

"Anak Papah jangan nakal ya, kasian Mamah sayang" Ucap Revan mengelus perut sang istri.

"Iya Papah" Jawab Gaby menirukan suara anak kecil.

Sejenak terjadi keheningan. Sampai suara ponsel Revan mengalihkan keduanya ke atas meja nakas tersebut.

"Dari siapa, Mas?" Tanya Gaby.

Revan mengambil hp nya dan menunjukkan layar ponsel tersebut ke arah Gaby. Tertera nama manager Revan disana.

"Halo?"

"Halo Pak, maaf menganggu malam begini, tapi saya mendapat kabar dari klien yang ada di china kalau mereka mau kita terjun langsung sama proyek yang disana"

Revan menatap Gaby sekilas, selama Revan menikah dengan Gaby. Baru dua kali Revan meninggalkannya karena urusan pekerjaan. Itu pun hanya di luar kota selama beberapa hari, dan saat mendengar omongan manager nya membuat Revan langsung kepikiran dan menimang tawaran tersebut.

"Berapa hari?" Tanya Revan

"Sekitar dua sampai tiga bulan Pak, sampai proyek pembangunan tersebut selesai dan sudah di resmikan, kita boleh pulang"

Revan kembali melirik Gaby sekilas. Baru Revan ingin menjawabnya, tetapi suara managernya di seberang sana membuat Revan mengurungkan niatnya.

"Proyek ini menjadi titik penentu buat perusahaan induk di jakarta Pak, soalnya banyak investor yang menarik sahamnya dari perusahaan kita, bukannya saya lancang pak, tapi kalau bapak nolak proyek ini saya takut ini berdampak pada perusahan induk yang lagi turun investornya"

Benar kata managernya, jika sampai perusahaan nya yang berada di jakarta bangkrut. Maka banyak tanggungan yang harus Revan ganti. Tapi bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah nasib para karyawan yang tengah bekerja di kantornya sekarang, di ibu kota cari kerjaan susah. Dan Revan yakin, sebagian besar dari karyawannya pasti menjadi tulang punggung keluarga.

Gaby langsung menyerobot hp Revan. Ia mendengar semuanya, dan Gaby tahu jika Revan hendak menolaknya karena alasan tak tega meninggalkan dirinya yang tengah hamil besar.

"Halo, ini saya Gaby istrinya Pak Revan"

"Eh iya selamat malam Bu' maaf kalau saya menganggu waktu istirahat kalian"

"Iya malam Andre, saya dengar kalau ada proyek di China? Kamu telepon mereka dan kabari kalau suami saya setuju dan bakal kesana"

"Alhamdulillah kalau Pak Revan setuju, tapi Ibu' tidak masalah kalau di tinggal sendiri dulu?"

"Iya saya gak masalah, ada orangtua dan mertua saya kok"

"Oh begitu, tapi Bu' alasan saya nelpon malam begini karena kalau Pak Revan setuju, saya mau ngasih tau buat ngemasi barang soalnya besok pagi kita berangkat"

Gaby terdiam sejenak, dadakan ya?. Biasanya jika ada proyek yang melibatkan luar daerah pasti di hubungi seminggu sebelum berangkat. Tapi ini sangat dadakan sekali.

"Oh iya, nanti saya bantu kemasi"

"Makasih bu', sekali lagi maaf menganggu"

"Iya sama-sama" Balas Gaby kemudian menutup teleponnya.

Revan termenung, setelah menyadari jika Gaby sudah selesai berbicara. Revan langsung memeluk sang istri.

"Aku gak tega ninggalin kalian selama itu" Ucap Revan yang kembali menyembunyikan wajahnya di dada Gaby.

"Udah ah, kamu jangan pikirin aku, kan ada Bunda sama Mamah yang bakal nemenin aku"

"Aku juga mau di nenenin kamu" Balas Revan.

Plak

Gaby meggeplak bahu Revan membuat lelaki itu terkekeh.

"Udah mau punya buntut tapi omongannya ngawur mulu!"



*
*
*
TBC

My Crazy Neighbor (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang