04. Mula Bincangan

8.2K 367 16
                                    

"Heh! Anak gadis Papah kok jam segini bengong?" Tanya Malik yang baru pulang dari kantor.

"Mamah mana Sayang?" Tanya nya lagi.

Gaby. Gadis itu menghela napas, padahal baru saja ia tenang sebab Mamahnya baru masuk. Sekarang dirinya hanya ingin meratapi nasibnya namun kembali di ganggu oleh sang Papah.

"Tuh Pah, Mamah di dalem baru masuk"

Malik berjalan dari garasi ke arah teras rumah di tempat Anak nya duduk. Ia ikut duduk di samping putri semata wayangnya itu. Malik cukup heran dengan Gaby, gadis yang selama ini ceria, namun malam ini terlihat sangat murung.

"Kamu kenapa sayang coba cerita sama Papah" Malik mengelus surai Gaby sayang dan menatap putrinya lekat-lekat.

Tak ada sahutan dari Gaby, gadis itu hanya diam membisu tak mau menjawab sang Papah. Ia sangat kacau memikirkan Refi. Mengapa lelaki itu sangat mudah untuk memutuskan hubungan mereka?.

"Sayang? Ayok cerita sama Papah" Ucap Malik lagi.

Tangis yang sedari tadi Gaby tahan kini sudah tidak bisa ia tahan lagi. Seketika air matanya luruh membasahi pipinya.

"Hiks Pah, aku putus sama kak Refi hiks hiks" Tangis Gaby tersedu sedu dan memeluk Papahnya.

"Ssht sayang, Papah tau kamu patah hati kan? Kamu murung mikirin Refi? Mungkin hubungan kalian berhenti sampai disini karena tuhan mau liatin kamu seseorang yang jauh lebih baik buat kamu, anggap aja kisah kamu sama Refi itu sebagai pembelajaran kalau setiap pertemuan itu pasti ada perpisahan, people come and go itu nyata adanya sayang, itu semua dari pintarnya logika dan hati kita yang menaggapi, Papah yakin ada lelaki yang jauh lebih baik dari Refi yang nunggu kamu di depan sana" Malik mengelus surai anaknya.

Tatapan lurus menerawang ke depan malik perlihatkan, ia sudah menduga dari awal bahwa Refi dan Gaby tak akan bertahan sampai ke jenjang serius, terbukti dari orang tua Refi yang tak menyetujui hubungan mereka.

"Tapi siapa Pah yang lebih baik dari Refi? Siapa laki-laki yang nunggu Gaby di depan sana? Apa boleh Gaby liat sekarang?" Tanya Gaby mengendorkan pelukannya dan mendongak menatap sang Papah.

"Papah gak tau sayang, Mungkin di dep-" Ucapan Malik terhenti saat suara seseorang memanggilnya dari arah pagar rumah.

"Om Malik! Kiw Om kita ngopi" Teriak pemuda tersebut.

Malik mengerutkan keningnya dan beralih menatap Gaby "Dia siapa sayang?" Tanya Malik.

"Dia Om Revan Pah, anaknya Bunda Liana" Bisik Gaby.

Lelaki paruh baya itu manggut-manggut dan tersenyum ke arah Revan. Sepuluh tahun tak bertemu membuat Malik pangling kepada Revan si bocah tengil itu.

"Sini Van!" Teriaknya.

Revan mendekati kedua orang yang sedang berpelukan tersebut. Ia sedikit mengerutkan keningnya saat melihat mata Gaby yang terdapat bekas air mata.

Papah Gaby berdiri dan tos ala lelaki ke arah Revan "Widih makin cakep aja kamu, Om kira bule darimana" Canda Malik kepada Revan.

"Iya nih Om, Bule kesasar" Timpalnya.

Kedua lelaki itu tertawa sampai akhirnya Papah Gaby memutuskan untuk masuk mengganti pakaiannya "Ya udah Om tinggal sebentar ya Van? Nanti di bikinin Gaby kopi, kamu jangan pulang kita main catur bentar" Ucap Papah Gaby memperingati sebelum lelaki itu benar benar masuk kedalam rumah.

"Siapa Pah?" Tanya Zaskia-Mamah Gaby.

"Itu loh Mah si Revan anaknya Rendra"

Zaskia manggut-manggut dan mengikuti suaminya ke kamar menyiapkan air hangat untuk sang suami mandi.

Kini tinggallah manusia yang berbeda jenis di teras rumah. Keadaan seketika canggung, setelah mengetahui lelaki yang ia omeli kemarin adalah Revan, Gaby menjadi canggung terhadap lelaki itu. Namun rasa sebal dan kesalnya tetap ada.

"Si Montok ngapain nangis?" Tanya Revan tanpa menatap Gaby dan fokus menyusun rubik di tangannya.

"Kepo!" Sentak Gaby sebal.

"Saya bukan dora, ngapain kepo?" Tanya Revan lagi.

"Terus ngapain nanya-nanya?"

Tak ada sahutan dari Revan, lelaki itu tetap fokus terhadap rubiknya sampai rubik tersebut tersusun rapi dalam waktu kurang dari tiga menit.

Gaby sedikit terkejut melihat Revan yang menyusun rubik dengan sangat lincah dan cepat. Apa benar di hadapannya ini adalah Revan sengklek?.

"Hidup itu kayak rubik by, awalnya kita susah buat nyusunnya, tapi karena kita punya pikiran dan pantang menyerah semuanya bakal tersusun rapi, sama seperti hidup kita yang kita gak tau buat menatanya, semuanya tergantung dari pintarnya kita buat menata hidup, kalau kita punya tujuan pasti hidup kita bakal tertata" Jelas Revan tanpa menatap Gaby.

Gadis itu sedikit terperangah mendengar ucapan Revan. Ia tak menyangkal bahwa Revan ini cukup dewasa dalam berbicara-eh bukannya memang sudah dewasa?.

"Kok diem?" Tanya Revan.

Gaby gelagapan "Emm, nama aku Gaby bukan By"

"Emang salah kalau saya panggil By? Potongan dari nama kamu Gaby" Jelas Revan yang akhirnya menatap manik Gaby.

"Panggil Gab kan bisa, gak usah ambil belakang nama" Gaby sedikit kesal, terdengar seperti Revan memanggilnya seorang kekasih saja, By? Baby?. Ooh astaga!.

"Terserah saya dong" Ucap Revan acuh.

Kesal yang dirasakan gadis itu semakin bertambah. Lelaki di dekatnya ini benar-benar membuatnya naik pitam!.

"Btw kamu gak mau peluk saya gitu? Apa gak kangen sama saya?" Goda Revan menaikkan kedua alaisnya.

"Ogah! Najis!" Sentak Gaby.

"Ohh saya tau, kamu gak mau peluk berarti mau cium? Iyakan?" Goda lelaki itu lagi mendekatkan wajahnya ke arah Gaby.

"Stop! Jangan macem-macem ya!" Gaby menjauhkan wajah Revan menggunakan telapak tangannya.

"Pliss aku masih kecil, tolong Om jangan racuni otak aku sama hal mesum"Tegur Gaby yang kesal dan langsung meremas wajah Revan yang masih berada di dalan telapak tangannya.

"Awwh!" Revan mengaduh dan menjauhkan wajahnya dari Gaby. Gadis ini sangat kasar.

"Rasain!"

Revan berdehem "Kamu udah bisa kok jadi pacar saya" Ucap Revan lagi.

Mata Gaby langsung melotot sempurna, Om-om di sampingnya ini sangat gila!. Dia kira dengan tampang nya yang tampan itu mampu membuat Gaby jatuh cinta? Huekk Gaby tidak sudi!.

"Kok diem?" Tanya Revan.

"Siapa juga yang mau jadi pacarnya situ!?"

Revan terkekeh "Dulu ada anak kecil yang nembak saya, tapi saya tolak karena dia tepos" Ucap Revan tersenyum menggoda dan memasang wajah tengilnya.

Ucapan Revan membuat Gaby terpaksa memutarkan otaknya ke puluhan tahun silam dimana ia menembak Revan namun lelaki itu menolaknya.

Revan kembali mendekatkan wajahnya namun kali ini ke arah telinga Gaby "Sekarang kamu bisa jadi pacar saya" Ucapnya berbisik.

"Sekarang kamu gak tepos lagi, udah montok" lanjutnya berbisik dan mendapat tabokan dari Gaby.







*
*
*
Tbc
Jangan lupa vote! Agar author semangat ngetiknya!.

My Crazy Neighbor (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang