32. Wanita Ular

2.9K 160 9
                                    

"Jahat banget!,hiks, hiks" Sudah hampir sepuluh menit Gaby duduk di kursi taman yang berada tak jauh dari kantor Revan.

Makanan yang tadinya ia berikan pada sang suami, Kini hampir habis di makan oleh dirinya sendiri. Daripada mubazir, lebih baik jika Gaby makan kan?.

"Udah tau gue ngambek, tapi dianya gak ngejar, suami durhaka!" Umpat Lili meletakkan rantang tersebut setelah makanan nya telah tandas.

"Bu' Gaby?"

Gaby mendongak saat suara seseorang memanggilnya. Terlihat seorang wanita dengan pakaian formal berdiri di samping Gaby sembari tersenyum.

"S-siska?" Beo Gaby dengan suara sesenggukan.

"Saya di suruh Pak Revan buat jemput Ibu"

Gaby mendengkus "Kenapa bukan dia yang kesini?".

Siska menghela napas kemudian ikut duduk di samping Gaby "Jangan marah sama Pak Revan Bu', saya tau kenapa dia emosi sampe bentak Ibu"

Mendengar ucapan Siska, membuat Gaby menoleh bingung. Bingung sebab ia tak habis pikir jika Revan menceritakan masalah mereka hingga sedetail itu.

"Ibu harus tau, Pak Revan lagi dapat proyek pembangunan hotel di depok, tapi bangunannya terbakar" Jelas Siska

"Kalau Ibu gak percaya, Ibu bisa liat berita update hari ini"

Dengan segala inisiatifnya Gaby membuka platform berita di ponselnya dan menemukan berita yang di maksud Siska tentang kantor sang suami.

"Gimana? Ibu mau ikut saya ke kantor? Atau mau saya anter pulang?" Tanya Siska.

"Ke kantor"

Siska tersenyum. Ia sudah menebak jawaban dari istri bos nya ini. Walaupun usia Gaby masih muda dan dapat di katakan jika sifat gadis itu bar-bar, namun Gaby cukup dewasa dalam menyikapi segala hal.

***

Revan memijit pelipisnya saat Nindi kembali keruangan dan memberikan hasil laporan keuangan yang baru. Proyek pembangunan hotel yang terbakar di depok cukup membuat biaya perusahaannya anjlok.

Nindi yang melihat Bos nya terus berdecak seketika berinisiatif utuk memijit bahu Revan.

"Biar saya pijit ya Pak"

Revan tak menolak, ia tak menghiraukan Nindi dan terus berkutat dengan layar laptop di depannya.

"Maaf ya Pak, tadi saya gak sengaja dengar kalau bapak bertengkar sama pacar bapak gara-gara saya" Ucap Nindi.

Wanita itu menyebut Gaby sebagai pacar Revan karena memang ia tak di undang di acara pernikahan bos nya itu. Dan Gaby juga sangat anti jika ada media yang tahu sebab takut jika teman kampus dan Refi mengetahui jika Gaby telah menikah, tapi itu dulu. Sekarang, Gaby siap jika harus go publik, sebab tak ada yang harus di sembunyikan lagi.

"Tidak apa-apa" Jawab Revan yang acuh.

Nindi tersenyum, sepertinya Revan tak terlalu memperdulikan pacarnya itu. Atau mungkin Revan tak cinta? Nindi sangat senang mendengarnya.

Dengan tekad penuh, Nindi berjalan ke hadapan Revan dan dengan berani duduk di paha lelaki itu.

Ia pastikan akan merebut Revan dari bocah ingusan tadi. Selama ini Nindi mencoba menyimpan sikap agresif nya agar Revan luluh dengan sosok lemah lembutnya, namun sampai sekarang sepertinya Revan tidak peka.

"Apa yang kamu lakukan Nindi!" Nada bicara Revan naik satu oktaf namun sama sekali tak membuat Nindi gentar.

Wanita itu mengelus dada Revan sembari menggesek bokongnya di atas selangkangan Revan.

Revan mendesis, sedangkan Nindi tersenyum. Lihatlah, laki-laki mana yang akan menolak jika di perlakukan seperti ini?.

"Saya bisa hilangin stress Bapak" Bisik Nindi sembari meniup leher Revan.

"Turun!, saya bakal pecat kamu kalau berani macam-macam!" Ucap Revan.

Bukannya takut, Nindi semakin berani. Wanita itu membuka kancing kemejanya dan memperlihatkan tanktop mini yang membungkus dadanya.

Ia menuntun tangan Revan ke arah dadanya membuat lelaki itu menahan marah. Namun, Nindi salah sangka, ia mengira jika wajah Revan memerah sebab horny.

"Kurang ajar! Turun kamu dari paha saya!" Revan hendak mendorong Nindi turun namun dengan cepat wanita itu mengalungkan tangannya di leher Revan dan menenggelamkan wajahnya di ceruk lelaki itu.

"Mas Revan!" Teriak seseorang dari arah pintu membuat keduanya menoleh. Buru-buru Revan mendorong Nindi hingga membuat wanita itu tersungkur.

Revan gelagapan melihat Gaby yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan kecewa. Gaby yang awalnya tersenyum bahagia membuka pintu ruangan, kini tersenyum getir memandang Revan.

"Sayang, ini gak seperti yang kamu liat" Revan berjalan menghampiri Gaby.

Tangan Revan hendak menyentuh lengan sang istri, namun langsung di tepis oleh sang empu.

"Aku kesini cuma mau minta maaf, aku gak tau kalau kantor kamu dapat musibah, tapi ternyata penjelasan Siska tadi cuma omong kosong" Ucap Gaby memandang bergantian ke arah Revan dan Nindi yang tersenyum penuh kemenangan ke arahnya.

"Sekarang aku tau kenapa kamu sampe belain wanita itu daripada aku, sampe kamu rela bentak aku demi bela dia" Gaby menghapus air matanya yang mulai membasahi pipi mulusnya. Ia sedikit malu menangis sebab seluruh karyawan kantor kini memandangnya dengan raut bertanya.

"Sayang, bukan gitu ak-"

"Terserah kamu, aku udah males dengar omong kosong dari mulut kamu, aku udah liat pake mata kepala aku sendiri apa yang kamu lakuin sama karyawan yang kamu bilang baik, sopan, dan gak macem-macem itu"

"Pantes aja ya, kamu aku anterin makan siang kayak gak suka banget, ternyata aku ganggu kamu toh"

Setelah mengatakan itu, Gaby berlalu meninggalkan Revan dan para karyawan yang menonton pertengkaran mereka.

"Sayang!" Panggil Revan.

"Shit!" Umpat lelaki itu, ia menengok ke arah Nindi, menatap wanita itu dengan tatapan tajam kemudian berlari mengejar Gaby.

"KALIAN LIAT APA!, KERJA!" Teriak siska kepada seluruh staff.

Nindi tersenyum menang, walupun ia gagal membuat Revan jatuh ke pelukannya, tetapi ia berhasil membuat Revan dan sang pacar bertengkar.

"Lo jangan merasa menang, setelah ini lo gak akan di kasih ampun sama istri Pak Revan" Ucap Siska kemudian meninggalkan Nindi

Nindi terperangah, apa tadi kata Siska? Istri?. Yang benar saja, sejak kapan bos nya menikah? Apa Siska hanya ingin membodohi dan menakutinya saja?. Tidak mempan!.

Wanita itu memperbaiki penampilannya dan berjalan menuju meja miliknya. Terdengar bisik-bisik dari para karyawan lain, namun Nindi seolah acuh dan menulikan rungu nya.

"Dasar wanita ular" Ucap Refi yang berjalan melewati meja Nindi.

Seolah tak mendengar, Nindi kembali melanjutkan pekerjaannya. Nindi yakin, tadi Revan terangsang hanya saja terganggu oleh kedatangan bocah labil itu. Huh!.

Galih aja bisa gue taklukin, masa Revan yang daun muda gak bisa sih?, mustahil. Batin Nindi tersenyum.

*
*
*
Tbc

My Crazy Neighbor (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang