34. Tamu Spesial

3.1K 181 3
                                    

"Mas, aku udah gak selera" Gaby menggeser mangkok berisi bubur kacang hijau tersebut ke hadapan Revan.

"Habisin ya?, muka kamu pucet banget" Ucap Revan khawatir. Pasalnya ini adalah makanan ketiga yang tak di habisi oleh Gaby dengan alasan sudah tidak selera.

Saat bangun pagi tadi, Revan sangat panik saat sang istri mual dan pusing. Bahkan wanitanya rela tak berangkat ke kampus karena tak enak badan.

Revan yang menjadi suami sigap langsung mencarikan obat yang ia stock di kotak p3k. Tadi Revan sudah menawarkan untuk ke rumah sakit tetapi sang istri menolak mentah-mentah.

"Aku telponin dokter aja ya, Yang?" Pertanyaan ralat-penawaran yang sama Revan berikan namun tetap mendapat gelengan dari sang istri.

Revan menghela napas "Ya udah kamu istirahat, biar Mas yang beresin rumah".

"E-eh, jangan Mas, aku kuat kok cuma sedikit pusing aja"

"Kali ini aku gak mau ngalah!" Bantah Revan kemudian berjalan ke arah wastafel untuk mencuci piring.

"Mas? Kamu ke kantor aja, kantor kamu lagi ada masalah emang gak khawatir?" Tanya Gaby menatap punggung kokoh Revan.

"Gak sayang, lagian kalau proyek mall yang aku tangani di batalin juga, gak akan bikin aku bangkrut, harta aku masih bisa hidupi kamu, anak-anak kita, cucu bahkan cicit aku" Ucap Revan sombong tanpa menatap Gaby dan terus fokus cuci piring.

Gaby hanya bergeming. Dari dulu sifat suami nya tak pernah berubah. Tapi tak apa, sebab suaminya sombong kan ada yang di sombong kan, bukan omong doang kayak tetangga Gaby!.

"Itu siapa ya?" Celetuk Gaby saat mendengar bell rumah berbunyi.

"Bentar, biar aku buka" Lelaki yang menggunakan celana selutut dan kaos oblong hitam itu membuka pintu dan nampaklah lelaki dan wanita lansia berdiri di depan pintunya.

"Cucu durhaka ya kamu!, Selama udah nikah gak pernah kabari Oma nya ya!, pinter!" Sarkas wanita lansia itu sembari menjewer kuping sang cucu.

"Awwh Oma, ampun!" Teriak Revan.

"Lepasin, honey" Sela lelaki lansia membuat Revan ingin muntah mendengar panggilan mereka yang menurut Revan menggelikan, mengingat umur mereka mendekati 70 th.

"Huekk, honey, honey, sok banget sih orang tua!" Tegur Revan.

"Emang kenapa kalau sudah tua? Emang gak boleh?" Tanya Sang Opa dengan wajah sinis nya.

"Udah ah!, ayok masuk sayang, aku mau ketemu cucu menantu aku yang cantik" Ajak Oma sembari menggandeng tangan sang suami.

Revan membuang napas sebal saat kedua lansia itu melewati nya begitu saja "Yang cucu kandung di cuekin!" Ucap Revan sembari menatap dua lansia yang masuk ke dalam rumah dan mencari keberadaan Gaby.

"GABY!, CUCU MANTUKU!" Teriak Oma.

Revan meringis kala mendengarnya, sedangkan Opa nampak biasa saja. Mungkin telinganya sudah kebal, setiap hari mendengar teriakan bak naruto itu.

Gaby yang tengah menelungkupkan wajahnya di kedua tangan langsung mendongak saat suara familiar masuk ke indera pendengarannya. Ternyata di ruang keluarga sudah berdiri Oma Ria dan Opa Rey.

"Oma?, Opa?, kapan datang?" Tanya Gaby berjalan lemas ke arah dua lansia itu yang masih terlihat bugar.

"Semalam kita baru tiba, sengaja kita nyuruh Bunda nya Revan gak ngasih tau kalian biar kejutan, kata Oma kalian gitu" Jawab Opa sembari mencium pipi cucu menantu kesayangannya.

Gaby terkekeh setelah menyalami kedua lansia itu. Dulu Gaby sangat susah yakin jika cinta sejati itu ada, tetapi setelah di hadapkan dengan Oma dan Opa, Gaby langsung berubah pikiran dan ingin punya pasangan hingga hari tua, karena melihat kemesraan kedua nya.

"Kesempatan banget cium-cium!, dasar genit!" Tegur Revan kepada sang Opa.

Lelaki itu dengan posesifnya menarik Gaby ke dalam rengkuhannya. Membuat sang Opa bergidik ngeri.

Gaby terkekeh, terakhir kali melihat Oma dan Opa saat di pernikahan mereka, karena mereka tinggal di amerika dengan anak pertama mereka, lebih tepatnya kakak dari Ayah Rendra membuat kedua lansia itu jarang bertandang. Dan Opa dengan sang suami tak pernah akur. Saling mengejek satu sama lain, seperti bukan kakek dan cucunya. Tetapi, walaupun begitu Gaby sangat bisa melihat cinta Oma dan Opa untuk Revan dari sorot matanya.

"Liat honey, laki-laki kuda nil ini ngejek suami mu" Ucap Opa merangkul bahu sang istri dengan tatapn memelas.

"Alay!" Jawab Revan mendengkus.

"Udah ah, nih sayang buat kamu, hadiah dari Oma"

Gaby menerima paperbag hitam tersebut "makasih Oma"

"Loh, itu juga dari Opa!" Ucap Opa memandang Gaby.

"Hihi, makasih Opa"

"Udah, lebih baik kalian istirahat, Gaby juga lagi gak enak badan" Tegur Revan sembari melihat wajah sang istri yang sedikit membaik.

"Loh!, Cucu Oma sakit apa!, kamu kena kdrt sama Revan?" Tanya Sang Oma sembari mengecek tubuh Gaby.

Revan melotot tak percaya "Heh Oma!, ngawur aja"

"Kalau Revan macem-macem in kamu, tinggal telpon Opa aja okey?, biar Opa tendang muka nya yang jelek ini"

"Sok banget, emang masih kuat?" Tanya Revan yang langsung mendapat cubitan di pinggang dari sang istri.

"Iya Opa, tapi Oma sama Opa tenang aja, aku sama Mas Revan alhamdulillah baik kok, cuma akhir-akhir ini suka pusing terus mual kalau bangun pagi, ini aja udah ke empat kalinya Gaby izin sama pihak kampus"Jelas Gaby, walaupun dalam empat hari itu ia sakit bukan di hari yang berturut. Tapi ini memang ke empat kali, bagi Gaby tak masuk mata kuliah nya.

Wajah Oma nampak berseri "Kamu gak ada gejala lain?" Tanya nya antusias.

"Ada, kalau liat makanan bawaan nya eneg!"

"Mual juga?"

"Gak sampe mual sih Oma, cuma eneg aja"

Oma dan Opa saling pandang. Dan setelahnya Oma memeluk Gaby erat sembaru teriak riang "Akhirnya aku bakal dapat cicit!"

Gaby meringis kala mendengarnya. Cicit ya?, apa mungkin dirinya tengah hamil?. Pikir Gaby sejenak. Namun, wanita itu tak mau kedua lansia ini berpikir dan bahagia terlalu jauh. Takut jika tak sesuai ekspektasi nya.

"Kamu h-hamil sayang?" Revan sedikit tertegun. Ada setitik rasa tidak percaya diri jika memang benar Gaby hamil. Ia takut tak bisa menjadi ayah dan suami yang baik, yang dapat menjaga kandungan istrinya nanti.

"Coba tespack aja ya? Opa gak sabar dapat cicit" Ucap Opa antusias.

"Kalau ternyata Gaby gak hamil gimana? Kalian kecewa?" Tanya Gaby hati-hati.

"Enggak Sayang, itu berarti kamu sama Revan masih di suruh pacaran lebih lama lagi, tanpa ada momongan" Ucap sang Oma tersenyum.

"Ya udah Gaby, tes dulu"

Wanita itu berjalan ke kamar, meninggalkan tiga orang dengan pikiran yang memenuhi pikiran mereka masing-masing.

Mendengar kata hamil membuat Revan panas dingin. Ia trauma akan kejadian yang menimpa jessica dulu.

"Alah!, gak usah pasang wajah sedih gitu!, bukannya kasihan yang ada kamu kayak ular sawah mau ganti kulit!" Tegur Opa nya.

Walaupun niatnya bercanda, tapi tetap saja Revan sebal. Namun, kedua lansia itu cukup peka akan keadaan Revan. Maka dari itu Revan tersenyum hangat tanpa sepengetahuan kedua lansia yang asik bercengkrama sembari duduk manis di bangku ruang keluarga.

*
*
*
Tbc

Maf ya kalau makin kesini alurnya makin gak jelas, soalnya aku udah buntu.

My Crazy Neighbor (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang