39. End

4.8K 163 29
                                    

Hari-hari berlalu. Bulan berganti tahun. Tak terasa kini Revan telah hidup sendiri selama lima tahun lamanya.

Wajahnya tak banyak berubah. Hanya saja Revan jarang mencukur rambut kasar yang tumbuh di sekitar rahangnya. Revan yang sekarang bukanlah Revan yang dulu. Tak ada lagi lelaki humoris dengan tatapan jenaka. Tersisa lelaki dingin dengan tatapan intimidasinya.

Sudah banyak yang ia lalui selama lima tahun ini. Ternyata mengucilkan diri dari jangkauan orang-orang bukanlah hal yang buruk. Perlahan Revan bisa menata diri. Soal wanita, Revan tak mempermasalahkannya. Wanita datang pergi di hidup Revan. Hanya sebatas kekasih lalu setelahnya Revan memutuskan mereka dan berakhir asing.

Hatinya masih terpaku oleh nama wanita itu. Wanita yang pernah membina rumah tangga dengannya. Wanita yang pernah menemaninya saat masa remaja. Gaby Gentari..

Revan menatap hamparan pantai di depannya. Ia melepaskan kaca mata miliknya dan menatap sekeliling bibir pantai dimana pengunjung membawa keluarga mereka.

Pantai kuta bali. Tempat Revan menghabiskan setiap sorenya. Tak ada yang tahu keberadaan lelaki itu saat ini. Nomor ponselnya telah ia ganti. Semua yang dapat melacak keberadaannya Revan tinggalkan. Ia hanya membawa beberapa lembar uang saat memutuskan mengasingkan diri.

Ia tahu mungkin tak ada yang mencarinya. Kalaupun ada, mungkin itu hanya ibundanya. Sebab Revan pergi tanpa pamit dan meninggalkan seluruh barangnya.

Lelaki itu meneruskan bisnis perhotelan Hendra-Ayah kandungnya. Tak ada satupun orang yang tahu bahwa Ayah kandung Revan memiliki hotel di bali. Hanya kuasa hukum sang Ayah dan Revan lah yang tahu. Dan ternyata melakoni bisnis tersebut tak buruk.

"Ahhk jahat banget kepitingnya!"

Teriakan cempreng seorang bocah perempuan membuat Revan membuyarkan lamunan dan menatap ke arah suara.

Terlihat seorang bocah cilik berusia 4-5 tahun tengah mengomeli kepiting kecil yang masuk ke istana pasirnya. Revan terkekeh menatap bocah yang menggunakan gaun pantai berwarna pink tersebut.

Mendengar suara kekehan. Bocah tersebut mengerjap dan melihat ke arah Revan. Ia berlari kecil melihat lelaki tampan yang terus menatapnya.

"Halo Uncle!" Sapanya ikut duduk di dekat Revan.

"Ya" Balas Revan.

"Uncle ketawain aku ya tadi?" Tanya nya dengan suara cadel.

"Enggak" Jawab Revan.

"Ih Uncle galak!"

"Hm"

"Nama Uncle siapa sih?"

Revan terdiam. "Wijaya, panggil Wija"

"Kalau aku panggil sayang, boleh?" Tanya bocah tersebut cekikan.

Revan yang awalnya acuh kini memperhatikan gadis cilik tersebut dengan seksama. Wajahnya, tawanya, leluconnya, semuanya hampir mirip dengan... Gaby.

"Kok Uncle diam?"

"Gak apa-apa"

Mungkin efek kesepian membuat Revan berpikir yang tidak-tidak. Tetapi Revan penasaran dengan kabar gadis itu. Apa mungkin wanita yang pernah menjadi istrinya itu mengingatnya?. Sepertinya tidak. Rasa kecewa Gaby begitu dalam padanya. Begitu yang Revan pikir selama lima tahun. Gaby membencinya.

"Uncle kesini sama siapa?"

"Sendiri"

"Istri Uncle mana?"

"Gak ada"

"Boleh gak kalau aku jadi istri Uncle"

"Kamu masih kecil"

My Crazy Neighbor (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang