14. Jessica Paulila

4.6K 235 35
                                    

Terhitung sudah seminggu sejak pertengkaran itu terjadi. Dan saat itu pula Revan selalu pulang larut malam agar tak bertemu dengan Gaby. Lelaki itu berangkat pagi buta dan pulang larut malam, namun usaha nya tak sia-sia, ia berhasil. Saat pagi ia berangkat Gaby masih tidur dan saat malam ia pulang Gaby sudah ketiduran.

Dan malam ini lelaki itu kembali pulang larut malam, setengah dua belas ia baru kembali ke rumah. Niat hati ingin tidur namun ia mengurungkan niatnya dan memilih mengonsumsi kembali batang nikotin miliknya.

Sejenak Revan termenung saat beberapa lintasan masa lalu berputar di otaknya.

"Haloo Bunda, Bunda lagi ngapain?" Tanya Revan saat panggilannya sudah ia alihkan menjadi panggilan video.

"Ini loh Bunda lagi bikin kue" Ucap Bunda Revan kala itu.

"Sama siapa Bunda?"

"Sama Gaby"

Revan manggut-manggut "Bunda? Gaby mana?" Tanya Revan penasaran.

"Dia lagi beli bahan kue" balas Bunda Revan tersenyum.

"Bunda punya foto Gaby yang lain gak?"

"Punya, mau lagi?"

Revan mengangguk. Bundanya langsung mematikan panggilan video tersebut dan beralih ke pesan whatsapp.

Terlihat foto Gaby yang tersenyum ke arah kamera menggunakan baju dress dan topi wisuda SMA membuat Revan langsung tersenyum.

Tak dipungkiri hampir sepuluh tahun Revan di amerika namun ia tetap memantau Gaby. Entah mengapa sejak kepindahannya ke amerika membuat Revan terus kepikiran dengan gadis cilik itu. Bocil yang selalu mengembalikan moodnya, Bocil yang selalu bertengakar dengannya. Bahkan Revan menganggap Gaby sangat cocok dengannya, ia sangat terkoneksi sebab tingkah dan perilaku mereka yang seperti di copy.

Revan tersenyum dalam lamunan nya sambil terus menyesap batang rokok di jarinya dan mengepulkan asapnya ke udara.

"Saya kira sifat kamu saat kecil dulu bakal kebawa sampe dewasa, ternyata setelah kamu dewasa semuanya sangat beda, saya kira kamu Gaby yang saya kenal, Gaby yang genit, usil, banyak bicara, suka hal random, namun nyatanya semua beda" Ucap Revan yang terus menyesap rokok tersebut.

"Benar kata kamu, semuanya akan berubah seiring berjalannya waktu" Ucap Revan.
(Ucapan Gaby Bab 08. Calon pasutri)

Revan berdiri dari duduknya dan berjalan ke kamar. Sebenarnya percuma saja Revan berada di kamar, sebab ia tak bisa tidur. Hanya mengerjakan pekerjaan kantornya saja.

Gaby yang sedari tadi berdiri mendengarkan Revan kini Gadis itu berjalan secepat kilat ke arah kulkas. Ia sengaja mengambil minum agar Revan tak curiga padanya jika tadi dia mendengarkan keluhan lelaki itu.

Saat Revan menutup pintu yang terhubung dengan kolam renang, langsung saja matanya melihat Gaby yang tengah minum di dapur. Lelaki itu mengabaikan Gaby dan hanya melihatnya sekilas, lalu ia kembali berjalan.

Ini adalah kali pertama Revan dan Gaby bertemu setelah pertengkaran itu terjadi.

***

Minggu pagi, Revan sudah lengkap dengan pakaiannya. Lelaki itu memakai celana bahan hitam, dan kemeja hitam yang digulung sampai siku, Tak lupa kacamata hitam bertengger rapi di hidungnya.

Ia berjalan keluar kamar dan mendapati Gaby yang tengah menyapu ruang tamu. Revan langsung mengalihkan perhatiannya dan berjalan melewati Gaby.

"Mau kemana Om?" Tanya Gaby.

"Kemana-mana hatiku senang" Jawab Revan acuh dan meninggalkan Gaby yang mematung.

Rapi gitu, Pasti mau ketemuan sama cewe! Ini kan minggu, gue harus ikutin dia biar kita impas!. Batin Gaby yang langsung menggeletakkan sapunya ke sembarang arah dan berlari ke kamar mengambil sweater.

Revan sudah pergi menggunakan motornya. Lelaki itu terlihat tampan dengan pakaian seperti itu, hanya Gaby yang bodoh telah menyia-nyiakan lelaki spek Revan!.

Gaby buru-buru mengambil kunci mobil dan mengikuti Revan dari belakang. Gaby sedikit mengerutkan kening saat Revan mengendarai motornya menuju area pemakaman.

"Siapa yang meninggal?" Monolog Gaby bertanya saat ia melihat Revan turun dari motor dan berjalan memasuki area pemakaman.

Gaby ikut turun dari mobil dan berjalan mengendap mengikuti lelaki itu. Revan berhenti di penjual bunga pemakaman, terlihat lelaki itu membeli mawar putih lalu kembali berjalan menyusuri area kuburan.

Dari kejauhan Gaby dapat melihat Revan yang duduk berjongkok di sisi salah satu kuburan dan meletakkan bunga tadi di pusara yang bertuliskan Jessica paulila.

"Halo Jess, ini kali kedua aku datang kesini" Revan membuka kacamatanya. Lelaki itu mengelus nisan yang bertuliskan nama seseorang yang ia rindu selama ini.

"Kali ini aku gak mau ngeluh soal apapun kecuali tentang gadis itu lagi" Ucap Revan yamg masih setia mengelus nisan tersebut.

"Kamu pasti bakal ketawa kalau dengar aku bentar lagi jadi duda" kekeh Revan.

"Gaby udah punya laki-laki yang dia cinta Jess, dia bukan Gaby yang aku kenal lagi, dia udah berubah bukan Gaby yang dulu,

Revan menghela napas "Mungkin kamu bosen  dengar keluhan yang sama, tapi aku benar-benar kesepian selama kamu pergi, kamu sahabat aku satu-satunya, bahkan waktu aku di amerika pun aku tetap dihantui rasa bersalah sama kamu, dulu waktu kamu baru ninggalin aku rasanya duniaku benar-benar hancur, udah gak ada teman cerita, teman jahil, teman random, teman ketawa, aku kangen kita yang setiap minggu pergi ke pameran buat dapat kupon makan gratis" Revan terkekeh dan mengusap air matanya.

"Tapi, apa kamu tau jess? Setelah kamu pergi, aku ketemu Gaby kecil, dia persis sama kamu, kamu juga udah tau dia kan sebelum kamu meninggal aku udah liatin fotonya ke kamu, dulu aku kira Gaby yang bakal gantiin posisi kamu, tapi ternyata enggak" Revan tertunduk dan membiarkan air matanya jatuh begitu saja.

"Setelah kepergian kamu, aku benar-benar merasa bersalah, sampai Mamah takut kalau aku kena kasus, maafin aku ya Jess karena lari dari tanggung jawab.. tapi apa kamu tau? Selama aku di luar negeri, aku kayak yatim piatu Jess, aku kayak orang gak punya keluarga, aku dikucilin, walaupun Bunda sering telepon aku, tapi rasanya aku tetap kesepian, dan kamu tau? Aku harus mengucilkan diri lagi, kalau aku sama Gaby cerai pasti Bunda bakal marah besar kayak waktu itu, pasti aku bakal di lariin keluar negeri lagi" Revan menangis terisak.

Gaby yang mendengarkan Revan dari kejauhan pun tak kuasa menahan air matanya. Jadi lelaki itu dulu punya masalah sehingga di larikan keluar negeri? Gaby sungguh tidak tahu.

"Kamu tau gak Jess? Aku nyebat lagi, akhir-akhir ini aku stress, aku gak punya teman cerita, cuma kamu orang yang benar-benar bisa ngertiin aku, sampai kapanpun kita tetap bersahabat" Ucap Revan berdiri dari duduk nya "mungkin ini kali terakhir aku bertamu ke rumah kamu, miss you" Ucap Revan menatap lekat-lekat pusara tersebut dan meninggalkan berjalan meninggalkan are pemakaman.

Gaby yang sedari tadi bersembunyi di balik pohon langsung keluar dan menatap punggung Revan yang semakin menjauh.

"Seberat apa beban yang Om tanggung selama ini?"


*
*
*
Tbc
Haloo guus🙌🙌
Jangan lupa baca cerita aku di second account ya Ika123Q
Jangan lupa vote!

My Crazy Neighbor (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang