sakura pov
kini sakura tengah berada di rumahnya dengan raut wajah yang masih menatap kosong ke arah jendela kamarnya.
sakura terus saja melamunkan sekaligus berfikir tentang kejadian tadi siang saat di hotel.
sudah sejak lama ia tidak betemu sasori, entah mengapa saat sakura bertemu sasori waktu seakan berhenti.
namun sungguh tidak ada rasa kesal di dalam diri sakura, apa mungkin karena semua itu adalah kesalahan sakura?.
sakura mengusap wajahnya gusar, ia menghembuskan nafasnya, mencoba mengingat masa lalu kembali.
.
.
.
flashback onTangisan pecah saat sakura tengah melihat ke arah suatu objek yang membuatnya sangat terusik sejak ia datang ke bar yang menjadi janjinya dengan seseorang.
Rambut merah dengan senyumnya terlihat jelas, di balas oleh seorang gadis dengan manisnya gadis itu membelai lembut rambut merah Sasori, apa yang di lakukan oleh gadis itu sungguh membuat hati sakura sakit.
Mengapa ya? Padahal sejak awal pun sakura tidak pernah menerima kehadiran Sasori di sisinya bahkan sakura tidak menganggap Sasori adalah kekasihnya.
Tetapi kenapa kini sakura merasa hatinya teriris hanya melihat seorang gadis yang terlihat mesra dengan kekasih yang tak pernah di anggap oleh sakura bahkan sejak awal sakura membuat janji di bar pun hanya untuk membahas hubungan mereka yang niatnya sakura ingin mengajak putus dengan Sasori, tapi mengapa ia malah sakit melihat Sasori mesra dengan gadis lain.
Dengan langkah cepat dan kaki yang sengaja sakura hentakkan ke lantai.
kesal namun mungkin memang selama ini hubungan rusak ini adalah salahnya, dan mungkin saja jika Sasori sudah lelah dengan sakura dan lebih mementingkan gadis lain dari padanya.
Sakura pun memutar badannya dan keluar dari bar dengan air mata yang mulai keluar dari sudut matanya.
.
.
.
Seminggu sejak sakura mendapati Sasori dengan gadis lain tengah bermesraan di bar, sakura pun tidak pernah membalas telpon dan chat dari Sasori malahan kontak Sasori hampir saja mau di blokir oleh sakura, tapi sakura urung kemauannya itu.
.
.
.
Berhari hari sakura menjalani harinya dengan suram dan tanpa s Mangat hingga Ino berpikir jika sakura selalu sakit setiap harinya.Sakura tidak pernah berbicara tentang hubungan nya dengan Sasori meskipun kepada sahabatnya sekalipun (Ino), jadi pantas saja Ino tidak tahu harus bagaimana dengan sakura yang hawa nya di penuhi dengan roh kesedihan.
"Saku~ mau ku antar ke dokter???!" Ucap Ino dengan wajah cemasnya.
Sakura menggeleng pelan, dan terdiam dengan menatap kosong ke arah langit.
Wajahnya yang makin pucat seakan bertambahnya hari membuat Ino makin khawatir, Ino yang tidak tega melihat temannya begitu mencoba menanyakan keadaannya sakura melalui ayah dan ibunya.
Akan tetapi orangtua nya pun tidak mengetahui hal yang sakura galau kan itu.
.
.
.
Sudah satu bulan berlalu sejak kesedihan yang sakura alami itu kini mulai perlahan lahan terlupakan saat hari harinya yang kosong itu ia lalui bersama seorang lelaki yang sejak awal selalu ia lindungi dari anak nakal yang selalu membullynya.Karena lelaki itu, sakura mulai bisa tersenyum kembali meskipun tidak sepenuhnya senyuman itu tulus di hadapan lelaki yang telah rela menghiburnya itu.
"Terima kasih sudah mau menemaniku!!" Ucap sakura dengan wajah yang menatap ke arah langit sore yang indah.
"Jangan khawatir !!! Seharusnya aku yang berterima kasih....karena semenjak ada saku~ aku jadi tidak pernah di ganggu oleh anak nakal itu lagi!!" Ucap nya dengan melemparkan senyuman manis ke arah sakura, sedangkan sakura hanya memandang lelaki itu dan membalas senyumannya walaupun hanya sekilas.
"Ini akan jadi pertemuan terakhir kita!!" Ucap kembali sakura, yang membuat lelaki itu membulatkan matanya sempurna karena terkejut.
"Kau ....ma...mau kemana!!!??" Ucapnya dengan nada yang nyaris seperti berteriak.
Sakura memandang ke arah lelaki itu dan berkata "untuk yang terakhir kalinya terima kasih!" Dengan senyumannya sakura berhasil membuat lelaki itu mengeluarkan air matanya.
"Hehe...jangan menangis !!" Sakura yang langsung mengusap air mata yang berada di pipi gemuk itu.
"Ta...tapi aku sangat tidak ingin kehilangan saku~!!!" tangisnya makin pecah saat sakura tersenyum dengan mata yang di penuhi dengan air mata.
"Sudah...!" Sakura menarik lelaki itu agar masuk ke dalam pelukannya, mencoba menenangkan lelaki yang berada di hadapannya, sembari sakura mengusap ngusap punggung lelaki itu agar berhenti menangis.
.
.
.
Pukul 8 malamSakura kini tengah terdiam di stasiun kereta menunggu jam keberangkatannya dengan sekantong tas besar dan koper.
Sakura terus saja melihat ke arah jam tangannya, karena merasa jika kereta yang akan ia tumpangi terasa begitu lama.
Tak jauh dari tempat sakura terdiam di arah lain ada seorang lelaki dengan keringat yang mengguyur tubuhnya, tengah terengah engah karena beres berlarian kencang.
"SAKURA!!!" Dari jarak jauh Sasori langsung meneriaki nama kekasihnya itu dengan sangat keras hingga sakura yang tengah melamun, tiba tiba tersadar dari lamunannya.
"Siapa?!" Sakura yang mencoba membalikkan tubuhnya mencari seseorang yang memanggilnya tadi tapi.
Sasori yang larinya sangat cepat, d Ngan sekejap mata sasori sudah berada di belakang sakura sambil memeluk sakura dari belakang.
"Jangan pergi !!!" Ucap Sasori dengan mengeratkan pelukannya di pinggang mungil sakura.
Sakura tertegun ia sungguh tidak bisa bergerak, sudah lama sekali kejadian itu dan sakura pun belum pernah lagi bertemu dengan Sasori.
Dan saat sakura akan pergi tiba tiba Sasori menghampirinya dan menyuruh nya untuk jangan pergi?!.
Mengapa...?! Baru sekarang kau peduli padaku bukan sejak awal kau menemui ku!!! Kenapa??!! Apa mungkin karena diriku yang selalu tidak bisa menganggap hubungan kita benar.
"Maafkan aku!!" Dengan air matanya yang mengalir Sasori meminta permohonan maafnya di telinga sakura dengan lembut.
Mengapa??? Apakah kau punya salah !!...sampai dirimu meminta maaf begitu!!!
Sakura melepaskan pelukan Sasori dengan kasar menampar wajah tampan Sasori, hingga banyak saksi mata yang memandang.
"Jangan pernah menemui ku lagi!!!" Ucap sakura dengan amarah yang memuncak.
"Saku~.... apa salahku sakura!!!!" Teriak Sasori dengan memegang pipinya yang memerah akibat tamparan sakura tadi.
"Berhenti omong kosong....kita sudah tidak punya hubungan apapun lagi!!" Bentak sakura dengan telunjuk yang ia arahkan ke depan wajah Sasori.
Beberapa detik pun kereta yang sakura tunggu tunggu akhirnya datang juga.
Sakura yang sudah tidak sanggup melihat wajah Sasori dengan cepat ia langsung menaiki kereta setelah pintu kereta itu terbuka.
Sasori yang hatinya tersakiti hanya melihat sakura dengan penuh penyesalan.
Sedangkan sakura tidak ingin melihat Sasori kembali ia yang langsung memutar bola matanya.
Terduduk di kursi dengan banyak sekali kekesalan di dalam dirinya, mengapa ia bisa sampai sesakit ini??!! ...padahal jika di pikir pikir sakura yang salah karena sudah sejak awal ia tidak pernah menganggap Sasori adalah kekasihnya.
Tetapi mengapa kini ia merasa kesal hanya karena melihat Sasori dengan gadis lain, padahal jika di bicarakan baik baik, mungkin saja gadis itu adalah adik atau saudaranya.
Tapi karena sudah terlanjur kesal sakura lebih memilih untuk mengakhirkan hubungan mereka berdua.
Flashback off
.
.
.
To be continued