PART 10

48.2K 1.3K 8
                                    

PART 10

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 10

°°°

"Nona, makanlah." pinta Vega, pasalnya sedari tadi Mazaya tak mau menyentuh makanan itu sedikit pun.

Kini cadar yang Mazaya kenakan, sudah basah dipenuhi air mata. Ia benar- benar merasa hancur, dunia seakan runtuh hanya dalam waktu semalam.

Mazaya tidak menyangka, kehidupan keluarganya akan berakhir tragis seperti ini. Setiap manusia memang akan mati, tapi sedikitpun, tak tersirat dibenaknya, bahwa kematian keluarganya akan sangat menyakitkan.

Mungkin kejadian ini, akan tercatat dalam sejarah, tentang bagaimana keluarga Aarizz, Sang Ulama besar yang disegani, harus berakhir secara tragis dikarenakan pembantaian oleh gangster.

"Ibu, ayah, Yusuf!" kematian tiga orang inilah yang paling menyakitkan, dimana ia secara langsung, menyaksikan para Iblis itu menghabisinya.

Semuanya benar- benar menyakitkan, hingga rasanya, Mazaya ingin mengakhiri hidupnya, jika saja bunuh diri itu bukan perbuatan dosa besar.

"Ya Allah., mengapa kau limpahkan kesedihan ini secara bersamaan? Aku benar- benar tidak sanggup," tangis Mazaya kembali pecah.

"Nona, hentikanlah tangisanmu," larang Vega, khawatir melihat kondisi gadis dihadapannya itum

"Kau tidak berhak melarangku! Jika bukan dengan menangis, lantas dengan cara apa lagi aku harus menyalurkan kesedihanku?" sentak Mazaya, tanpa sadar.

"Iya Nona, tapi Tuan-"

"Berhenti menyebutnya! Apa kau tidak tahu, apa yang Iblis itu lakukan kepada keluargaku? Dia membunuh keluargaku, dia sudah menghancurkan kehidupanku!" pekik Mazaya tak tertahan.

"Nona, tenanglah Kau bisa sakit, jika seperti ini terus." ringis Vega, tak tega melihat kondisi Mazaya yang sangat menyedihkan.

"Nona, bukankah kita memiliki Tuhan? Cobalah untuk menerima takdir, dan pasrahkan semuanya kepada Tuhan." tambah Vega memberi nasehat.

Ia memang tidak terlalu tahu, dengan apa yang telah terjadi pada gadis dihadapannya ini, tapi satu hal yang Vega yakini, dia adalah gadis yang taat pada Tuhan.

Suara tangis Mazaya meredam.

"Aku ingin ke kamar mandi," ujar Mazaya, bangkit dari kasur.

"Mari saya antar, Nona."

"Tidak perlu! Aku bisa sendiri!" ucap Mazaya masuk ke kamar mandi.

Perlahan, ia membuka cadarnya. Mazaya memandang pantulan wajahnya di cermin.

Matanya sembab karena terlalu lama menangis, Hidung, serta pipinya memerah. Penampakan wajahnya cukup berantakan. Tak ada lagi senyuman di wajahnya, yang ada hanya raut kesedihan.

Di bawah naungan Sang Iblis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang