Prolog

164K 4.1K 96
                                    

Ketika waktu membawa berita,
Lirihku mengais luka tak berdarah,
Aku mengharap, namun harapan itu sirna,
Segala derita mengalir sederas air mata.

Kini cahaya redup menerbangkan asa,
Memilukan hati yang gundah- gulana,
Aku mencinta diujung nafasku,
Menikmati luka tak berdarah ini.

Adanya engkau memberi isyarat,
Kemana luka ini akan berlabuh.
Adanya engkau memberi isyarat,
Kemana kaki ini akan melangkah.

~Mazaya dan segala lukanya~

~Mazaya dan segala lukanya~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Prolog

°°°

Suara tembakkan senjata api saling bertautan.

Burung- burung dengan serentak menerbangkan sayapnya.Angin kencang membuat pepohonan di hutan itu bergoyang, hingga dedaunan yang berguguran turut mewarnai suasana yang nampak semakin mencekam.

"Tuan Emilio, anda baik- baik saja?"

"Jangan pedulikan aku, cepat. Kejar mereka!" titahnya tak ingin dibantah.

"Tapi Tuan-"

"Cepat kejar mereka, atau aku akan membunuhmu!" ancamnya, tak main- main.

Tatapan tajam dari Tuannya itu, membuatnya bergidik nyeri. Jika bisa memilih, dia lebih baik ditodongkan senjata, dibanding mendapat tatapan tajam dari Pria itu.

"Baik, Tuan." Para Pria berseragam hitam itu, langsung bergegas pergi.

Tinggallah ia seorang diri, dengan kondisi luka tembak di lengannya.
Darah bercucuran deras, tapi tak ada rasa sakit, takut atau cemas sedikit pun di wajahnya, ia malah menampilkan smirknya.

Jika saja ini hanya luka tembak biasa, mungkin saat ini ia sudah menghabisi para musuhnya. Tapi lihatlah sekarang, tubuhnya melemah efek obat bius yang telah dioleskan pada peluru yang mengenainya.

Lagi- lagi, ia menampilkan smirknya.
Seseorang yang tercipta dengan wajah terpahat sempurna, rahang tegas, mata hazel dan kulit sawo matang, membuat dirinya dipuja bak dewa.

Tidak hanya itu, kekuasaan dan harta membuat kehidupannya nyaris sempurna, jika saja dirinya tak sekejam Iblis. Bahkan bisa dibilang, Iblis pun akan tahluk jika dihadapkan dengannya.

Dirinya yang tak memiliki belas kasih sedikitpun, membuat siapapun yang mengusiknya, akan binasa saat itu juga.

Namun kali ini, sepertinya ia dilanda kesialan. Sekelompok teroris, berhasil menyerang salah satu Markasnya, hingga dirinya harus terkena tembakkan tanpa bisa ia hindari.

Di sisi lain...

Dari kejauhan, nampak seorang gadis dengan berpakaian serba hitam, nampak asyik menunggani kudanya. Tapi suara tembakkan menyita perhatiannya, hingga ia memutuskan untuk turun dari kudanya.

Di bawah naungan Sang Iblis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang